Selasa,
25 Februari 2020
Bacaan Alkitab: Markus 14:1-11
Lalu pergilah Yudas Iskariot, salah seorang dari kedua belas murid itu,
kepada imam-imam kepala dengan maksud untuk menyerahkan Yesus kepada mereka. Mereka sangat gembira waktu mendengarnya dan mereka berjanji akan
memberikan uang kepadanya. Kemudian ia mencari kesempatan yang baik untuk
menyerahkan Yesus. (Mrk 14:10-11)
Sebuah Hipotesis tentang Motif Yudas Menjual
Yesus
Jika kita
adalah orang Kristen sejak kecil, maka sejak masa sekolah minggu kita pasti
sering mendengar bagaimana Tuhan Yesus dikhianati oleh salah satu murid-Nya
yang bernama Yudas Iskariot. Itulah sebabnya hampir tidak pernah ada orang tua
yang menamai anaknya dengan sebutan Yudas, meskipun sebenarnya ada salah satu kitab
dalam Alkitab yang ditulis oleh Yudas (yang bukan Iskariot). Nama Yudas identik
dengan pengkhianatan dan kejahatan, apalagi ia telah membuat Yesus mati. Saya
pun juga memiliki pemikiran yang kurang lebih sama sejak kecil. Dalam cerita
guru sekolah minggu, khotbah pendeta, bahkan dalam lukisan-lukisan dan ilustrasi
sekalipun, Yudas pasti diibaratkan sebagai orang yang sangat jahat, bengis, dan
keji. Itulah penggambaran Yudas yang selama ini kita kenal.
Namun
seiring dengan pertumbuhan rohani saya, saya kemudian mulai mencoba untuk
mempertanyakan sesuatu: Benarkah Yudas begitu jahatnya hingga ingin membunuh
gurunya sendiri? Jika ia ingin membunuh gurunya sendiri, mengapa ia tidak
melakukannya secara langsung? Mengapa ia harus menggunakan imam-imam kepala
untuk kemudian menangkap Yesus? Jawaban paling simpel atas pertanyaan ini
adalah: “Ya karena Yudas sudah ditentukan untuk binasa, makanya kemudian Yudas
memang harus menjual Yesus supaya Yesus bisa disalib”. Namun dari jawaban itu
muncul satu pertanyaan lagi: “Jika memang Yesus harus mati disalib, berarti
Yudas sangat ‘berjasa’ dong dalam anugerah keselamatan. Coba kalau Yudas tidak
menyerahkan Yesus, bagaimana Yesus bisa mati? Jangan-jangan kita tidak dapat
diselamatkan kalua Yudas tidak menyerahkan Yesus”. Lalu muncul pula pemikiran “liar”
lainnya: “Jika demikian, Kira-kira Yudas masuk surga atau neraka ya?”.
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut sulit untuk dijawab karena selama ini kita sudah memiliki praduga
bahwa Yudas itu pengkhianat. Pola pikir ini membuat kita kemudian juga
berdampak pada pemikiran lainnya, misalnya: Apakah Tuhan Yesus tahu bahwa Yudas
akan berkhianat? Apakah Tuhan sengaja memilih Yudas sebagai muridnya supaya ia
binasa? Hal ini tidak mudah, tetapi izinkan saya untuk mencoba membahas hal ini
dari suatu sudut pandang yang mungkin agak berbeda dari kebanyakan orang, tanpa
bermaksud untuk merendahkan Tuhan Yesus yang sangat saya hormati sebagai Tuhan
dan Raja kita semua.
Dalam
ayat bacaan Alkitab kita hari ini, kita melihat bagaimana tensi yang tinggi
antara Yesus dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Mereka mencoba untuk
menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat (ay. 1-2). Ketika keputusan
ini diambil oleh mereka, artinya mereka sudah siap untuk melakukan apapun demi
membunuh Yesus. Mereka sudah tidak mempedulikan lagi hukum Taurat yang berbunyi:
“Jangan membunuh”. Yang ada di pikiran mereka adalah bagaimana Yesus dapat mati
supaya posisi mereka sebagai ahli-ahli agama Yahudi tidak terusik. Sangat
mungkin bahwa mereka merasa sedang membela agama mereka (agama Yahudi atau Yudaisme)
dan dengan cara apapun. Bahkan mungkin saja waktu itu ada fatwa yang mereka
keluarkan bahwa Yesus halal untuk dibunuh (mungkin dengan alasan menista agama
Yahudi atau menghujat Allah).
Sebelum
Yesus ke Yerusalem, kita tahu bahwa ada peristiwa yang terjadi, yaitu ketika
ada seorang wanita yang mengurapi Yesus dengan minyak (ay. 3). Hal ini juga
dicatat dalam ayat paralel lainnya meskipun ada beberapa perbedaan karena perbedaan
penitikberatan oleh masing-masing penulis Injil (Mat 26:6-13, Yoh 12:1-8). Setelah
Yesus diurapi oleh wanita tersebut, ada orang yang menjadi gusar karena menganggap
apa yang dilakukan adalah suatu pemborosan (ay. 4). Dikatakan bahwa ada orang
yang menjadi gusar dan berkata bahwa minyak ini dapat dijual 300 dinar lebih
dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin (ay. 5). Jika kita memperhatikan
ayat paralelnya, maka kita akan mengerti bahwa yang mengucapkan ini adalah Yudas
Iskariot, salah seorang murid Yesus. Yudas mengatakan ini karena ia adalah
bendahara dalam pelayanan Yesus dan ia sering mencuri uang kas yang dipegangnya
(Yoh 12:4-6).
Yudas
seakan-akan ingin tampil sebagai pahlawan dan menyalahkan wanita tersebut. Ia tentu
berharap Tuhan Yesus membenarkan argumen Yudas tersebut. Namun Tuhan Yesus justru
menjawab dengan jawaban yang tidak disangka-sangka oleh Yudas. Tuhan Yesus
meminta agar Yudas tidak menyusahkan wanita tersebut karena wanita itu telah
melakukan suatu perbuatan baik bagi Yesus (ay. 6). Terkait orang miskin, Yesus
memberikan penjelasan bahwa orang miskin akan selalu ada dan murid-murid-Nya
(termasuk Yudas) dapat menolong mereka kapanpun, tetapi Yesus tidak akan selalu
ada bagi mereka (ay. 7). Dengan jalan demikian Yesus menekankan bahwa tak lama
lagi Ia akan mati, dan wanita itu telah melakukan sesuatu yang pantas untuk
persiapan penguburan diri-Nya (ay. 8). Bahkan suatu saat nanti apa yang
dilakukan wanita tersebut akan selalu diingat terus sepanjang zaman (ay. 9).
Setelah Tuhan
Yesus menjawab demikian, maka Yudas langsung pergi kepada imam-imam kepala
untuk menyerahkan Yesus kepada mereka (ay. 10). Tentu saja imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat sangat senang dan berjanji akan menyerahkan uang kepada Yudas.
Sejak itu Yudas kemudian mencari waktu yang baik untuk menyerahkan Yesus (ay.
11). Peristiwa dimana Yudas langsung pergi kepada imam-imam kepala setelah
jawaban Tuhan Yesus itu juga dicatat dalam Injil Matius (Mat 26:14-16).
Perhatikan
jawaban Tuhan Yesus, kira-kira bagian mana yang membuat Yudas mengambil
keputusan untuk menyarahkan Yesus kepada imam-imam kepala? Apakah karena ia merasa
ditegur Tuhan Yesus kemudian ia marah? Apakah karena marahnya itu lalu Yudas
hendak membunuh Yesus? JIka demikian mengapa ia harus menyerahkan kepada imam-imam
kepala? Bukankah ia bisa saja membunuh Yesus dengan cara lain?
Untuk
menjawab pertanyaan ini tidak mudah, tetapi melalui renungan ini saya hendak
mengusulkan suatu hipotesis bahwa Yudas sebenarnya tidak ingin membunuh Yesus.
Ada 2 hal utama yang dapat menjadi alasan atas hipotesis saya tersebut.
Pertama, dikatakan bahwa Yudas hendak menyerahkan Yesus kepada imam-imam
kepala. Kata “menyerahkan” dalam bahasa aslinya adalah paradidómi (παραδίδωμι)
yang bermakna to hand
over, to give or deliver over, to betray (menyerahkan,
memberikan/mengantarkan, mengkhianati). Sebenarnya makna to betray tidak
secara langsung mengkhianati, melainkan to expose someone to danger by treacherously giving information to an
enemy (membuat seseorang terancam
bahaya dengan cara memberikan informasi kepada musuh/pihak yang berlawanan
dengan curang). Dalam makna ini tentu belum sampai pada motivasi untuk membunuh
Yesus. Tentu hal ini kemudian memunculkan pertanyaan: Lalu apa alasan Yudas untuk
menyerahkan Tuhan Yesus? Hal ini akan kita bahas kemudian.
Alasan kedua
yaitu fakta bahwa setelah Yudas mengetahui bahwa Yesus akan dihukum mati, ia
kemudian sangat menyesal, bahkan kemudian Yudas melemparkan kembali 30 keping
perak yang diterimanya sebagai upah menyerahkan Yesus kepada para imam kepala (Mat
27:3). Ini menunjukkan bahwa Yudas tidak menjual Yesus hanya karena ingin
memperoleh uang dari imam-imam kepala. Lagipula jumlah 30 keping perak itu juga
bukanlah suatu jumlah yang besar. Beberapa ahli Alkitab menghitung keeping perak
itu sebagai keping dinar (yaitu upah seorang pekerja dalam sehari), jadi
kira-kira nilai 30 keping perak tersebut adalah sebesar gaji 30 hari seorang
pekerja pada waktu itu (atau sekitar 1 bulan lebih sedikit, dengan asumsi 6
hari kerja dalam seminggu). Ini juga didukung oleh ayat-ayat mengenai pekerjaan
nabi Zakaria sebagai penggembala domba selama 1 bulan yang diupah 30 keping
perak (Za 11:7-13). Ada pula ahli Alkitab yang merujuk jumlah ini kepada nilai seorang
budak dalam Alkitab (Kel 21:32), meskipun konteks ayat itu sebenarnya merujuk kepada
nilai ganti rugi jika ada budak yang mati karena ditanduk lembu orang lain.
Ada pula ahli
Alkitab yang menghitung dengan asumsi atas berat perak dalam koin tersebut, dimana
kemudian total berat perak pada 30 keping itu itu tidaklah sampai 500 gram. Per
tanggal tulisan ini dibuat, total nilai 500 gram perak adalah sekitar Rp6 juta.
Ada ahli yang berpendapat bahwa harga 30 keping perak itu sejajar dengan Ada
pula yang berpendapat berbeda karena ternyata uang itu dapat digunakan untuk
membeli suatu tanah ladang yang akan dijadikan pekuburan bagi orang asing (Mat
27:6-9). Namun sepertinya tanah itu bukanlah tanah di dalam kota Yerusalem,
melainkan sangat mungkin ada di luar kota Yerusalem sehingga nilainya juga
tidak terlalu mahal (tidak bisa dibandingkan dengan harga tanah yang meroket
sangat tinggi pada zaman modern). Namun apapun jawabannya jelas bahwa nilai 30
keping perak itu bukanlah sesuatu yang nilainya sangat tinggi, bahkan
dibandingkan dengan nilai minyak wangi senilai 300 dinar yang dipermasalahkan
Yudas. Tidak mungkin ia mau menjual Yesus dengan harga 30 keping perak jika
memang motivasinya adalah untuk mencari uang.
Lalu
apakah alasan atau motif Yudas menjual Yesus kepada imam-imam kepala? Pendapat
saya saat ini adalah bahwa Yudas sangat ingin Yesus tampil sebagai Raja yang
kemudian akan mengalahkan bangsa Romawi dan membawa kejayaan kembali bagi
bangsa Yahudi. Itulah yang pada umumnya orang harapkan dari kehadiran seorang
Mesias. Mereka mengharapkan Mesias akan memimpin orang Israel/Yahudi melawan
musuh-musuh mereka dan menegakkan kembali kejayaan kerajaan Israel di dunia
ini. Oleh karena itu kita dapat memahami bagaimana Petrus dengan tegas berkata
bahwa Yesus adalah Mesias, tetapi ia tidak mau Yesus mati (Mat 16:13-23). Atau
bagaimana murid-murid Yesus berebut ingin menjadi yang terbesar (Luk 9:46),
atau ingin duduk di samping kanan dan kiri Tuhan Yesus (Mat 20:20-21). Jelas
bahwa pemikiran murid-murid Yesus pada saat itu adalah dengan segala mujizat
dan kuasa yang dimiliki-Nya, maka Yesus akan membawa Israel kepada kejayaannya
kembali. Mungkin inilah salah satu motivasi mereka mengiring Yesus pada waktu
itu, karena mereka berharap akan menjadi menteri-menteri jika Yesus menjadi
raja di Israel (secara duniawi). Bahkan setelah kebangkitan-Nya dari kematian, murid
Yesus masih bertanya kapan Yesus akan memulihkan kerajaan Israel (Kis 1:6).
Mereka belum dapat memahami bahwa Yesus adalah Anak Allah yang turun ke dunia
ini, dan kerajaan-Nya bukan di bumi ini, tetapi kelak ada di langit yang baru
dan bumi yang baru.
Dengan keinginan
yang kuat agar Yesus menjadi raja Israel secara duniawi, maka ada kemungkinan
bahwa murid-murid-Nya pun “gregetan” menanti kapan Yesus tampil di depan umum
sebagai Mesias. Di hadapan keduabelas murid-Nya memang mereka sudah tahu bahwa
Yesus adalah Mesias tapi Yesus melarang mereka memberitahukan kepada orang
banyak. Lagi pula konsep Mesias yang mereka miliki ternyata masih salah, apalagi
pemahaman mengenai Mesias yang dimiliki oleh kebanyakan orang Israel pada waktu
itu. Itulah sebabnya ketika Yesus datang ke Yerusalem, ada banyak kebingungan
mengenai Yesus, apakah Ia benar-benar Mesias atau bukan. Bahkan orang-orang
Yahudi berusaha bertanya dan mendapat jawaban langsung dari Yesus (Yoh 10:24).
Jika
orang Yahudi saja menjadi bingung, tentu murid-murid Yesus juga semakin bingung
melihat apa yang dilakukan Guru mereka tersebut. Apalagi Tuhan Yesus banyak
berbicara mengenai kematian-Nya, padahal pemahaman mereka Mesias itu akan hidup
selama-lamanya, dan akan menjadi raja bagi orang Israel/Yahudi (Yoh 12:34). Kebingungan
yang dialami murid-murid Yesus ini kemudian sangat mungkin menjadi alasan bagi
Yudas untuk menyerahkan Yesus kepada imam-imam kepala, dengan harapan bahwa
mungkin saja pada waktu terdesak, maka Yesus akan menyatakan diri-Nya sebagai
Mesias dengan kuasa ilahinya. Yudas ingin tampil sebagai seorang pahlawan yang
berhasil mengeluarkan sisi superhero
dari diri Yesus untuk tampil sebagai Mesias
di depan orang banyak.
Tentu
Yudas melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Yesus membuat mujizat
menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, berjalan di atas air,
mengusir roh jahat, dan banyak mujizat lainnya. Ia tentu membayangkan betapa
hebatnya jika dapat menjadi bendahara atau menteri keuangan jika Yesus menjadi Raja.
Namun dalam hatinya, ia pun bingung mengapa Yesus tidak segera tampil dan
menyatakan diri sebagai Raja? Ia berharap bahwa jika imam-imam kepala hendak
menangkapnya bersama dengan para prajurit Romawi, maka Yesus akan “kepepet” dan
akan mengeluarkan kuasa-Nya yang dahsyat untuk dapat tampil sebagai Raja.
Itulah
sebabnya, dari yang saya pahami, Yesus tidak pernah berniat membuat Yesus mati
terbunuh. Ia hanya berniat menyerahkan Yesus supaya kemudian Yesus bisa menyatakan
diri-Nya sebagai Mesias. Tentulah ia sudah memperhitungkan kuasa Yesus yang
luar biasa, yang tidak mungkin sanggup dilawan oleh imam-imam kepala dan para
prajurit Romawi sekalipun. Ia memikirkan suatu saat dimana Yesus pada akhirnya
akan berubah menjadi semacam superhero
dengan kekuatan super/kekuatan ilahi yang kemudian membawa
bangsa Yahudi menuju kejayaan.
Namun apa
dikata, ternyata ketika Yesus ditangkap, Ia sama sekali tidak melawan. Bukan
karena Ia tidak berkuasa (Yesus masih menyembuhkan telinga orang yang terluka
karena pedang Petrus (Luk 22:50-51, Yoh 18:10)). Pada waktu itu Yudas mungkin
masih berpikir bahwa nanti Yesus akan menyatakan diri-Nya secara lebih spektakuler.
Namun harapan itu sirna ketika ia mendengar Yesus telah dijatuhi hukuman mati
dan sama sekali tidak melawan. Ia sangat malu karena telah menjual Yesus
(meskipun salah satu alasannya mungkin adalah untuk memicu Yesus supaya segera
tampil sebagai Mesias). Ia juga tidak mungkin lagi kembali kepada kelompok murid-murid.
Oleh karena itu dalam penyesalannya tersebut ia memilih untuk melakukan bunuh
diri (Mat 27:5). Apakah Yudas menyesal dengan keputusannya? Ya Alkitab menulis
bahwa Yudas menyesal. Apakah Yudas kemudian bertobat? Saya rasa sulit untuk
menjawab hal ini. Jika Yudas bertobat, ia seharusnya tidak melakukan bunuh
diri. Ia tentu mengenal pribadi Yesus yang penuh kasih. Sebenarnya Yudas dan
Petrus juga sama-sama melakukan kesalahan yang fatal (yang satu menjual Yesus,
yang satu lagi menyangkal Yesus sampai 3 kali). Namun bedanya Yudas melakukan bunuh
diri, sementara Petrus tidak, dan pada akhirnya ia pun mendapatkan pengampunan
dari Tuhan Yesus, serta kemudian menjadi salah satu rasul dengan pelayanan yang
luar biasa di masa-masa awal kekristenan.
Hipotesis
yang saya ajukan ini mungkin saja sulit untuk dimengerti, dan tentu ada
beberapa orang yang mempertanyakan validitasnya. Saya tidak berkata bahwa
inilah yang paling benar, tetapi patut dipertimbangkan dan diperkarakan mengapa
Yudas sampai menyerahkan Yesus dan kemudian menyesal? Apakah karena uang?
Apakah karena memang Yudas ditentukan dari semula untuk berkhianat? Ataukah hal
itu sebenarnya karena Yudas ingin Yesus segera tampil, tapi tanpa sadari dengan
ia menjual Yesus maka itu membuka jalan bagi kematian Yesus di atas kayu salib.
Meskipun demikian, memang ada ayat yang patut kita cermati bahwa “Yesus tahu dari
semula siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan diri-Nya” (Yoh
6:64). Mengenai ayat tersebut, akan kita bahas lebih dalam pada renungan
selanjutnya.
Bacaan Alkitab: Markus 14:1-11
14:1 Hari raya Paskah dan hari raya Roti Tidak Beragi akan mulai dua hari
lagi. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan untuk menangkap dan
membunuh Yesus dengan tipu muslihat,
14:2 sebab mereka berkata: "Jangan pada waktu perayaan, supaya jangan
timbul keributan di antara rakyat."
14:3 Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang
duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi
minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher
buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus.
14:4 Ada orang yang menjadi gusar dan berkata seorang kepada yang lain:
"Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini?
14:5 Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat
diberikan kepada orang-orang miskin." Lalu mereka memarahi perempuan itu.
14:6 Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan
dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku.
14:7 Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong
mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama
kamu.
14:8 Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya. Tubuh-Ku telah
diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku.
14:9 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di
seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat
dia."
14:10 Lalu pergilah Yudas Iskariot, salah seorang dari kedua belas murid
itu, kepada imam-imam kepala dengan maksud untuk menyerahkan Yesus kepada
mereka.
14:11 Mereka sangat gembira waktu mendengarnya dan mereka berjanji akan
memberikan uang kepadanya. Kemudian ia mencari kesempatan yang baik untuk
menyerahkan Yesus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.