Senin, 03 Oktober 2016

Ciri-ciri Anak Iblis



Selasa, 4 Oktober 2016
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 13:9-10
Tetapi Saulus, juga disebut Paulus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap dia, dan berkata: "Hai anak Iblis, engkau penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat dan kejahatan, engkau musuh segala kebenaran, tidakkah engkau akan berhenti membelokkan Jalan Tuhan yang lurus itu? (Kis 13:9-10)


Ciri-ciri Anak Iblis


Pada suatu kesempatan, saya pernah mendengar bahwa ada pendeta yang sampai berkata kepada salah seorang jemaatnya bahwa ia adalah anak iblis. Saya sendiri tidak tahu apakah memang perkataan itu yang keluar terucap dari mulut pendeta itu, atau lewat sms/BBM/whatsapp, atau bagaimana. Tetapi jika memang yang dikatakan itu adalah benar, maka hanya ada 2 kemungkinan: 1) Kemungkinan pertama, jemaat tersebut memang sudah sangat kurang ajar sehingga akhirnya terlontar kata-kata itu dari mulut si pendeta; atau 2) Kemungkinan kedua, pendeta tersebut yang salah karena ia terhasut oleh omongan orang lain sehingga keluar kata-kata tersebut kepada jemaat yang mungkin tidak pantas untuk menerimanya.

Namun bagaimanapun juga, kita harus belajar mengenai ciri-ciri dari anak iblis itu. Jadi kita juga tidak sembarangan men-judge seseorang sebagai anak iblis. Jangan hanya karena kita tidak suka dengan orang itu lalu dengan cepat kita mengatakan dirinya sebagai anak iblis. Itu sama saja dengan menghakimi dan memfitnah. Oleh karena itu berikut ini adalah ciri-ciri seseorang adalah anak iblis dan bukan anak Tuhan:

Pertama, penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat (ay. 10a). Seorang anak iblis adalah seseorang yang hidupnya penuh dengan tipu daya dan muslihat. Ia tidak memikirkan apakah orang lain dirugikan dengan segala tipu muslihatnya, karena yang terpenting adalah bahwa orang lain bisa mengikuti kemauannya. Hal ini akan sangat berbahaya karena orang yang tidak waspada bisa terkena jebakan tipu muslihatnya. Oleh karena itu, tepatlah ayat yang mengatakan agar kita tetap cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati (Mat 10:16). Jika kita hanya mengandalkan ketulusan saja, itu tidak akan pernah cukup. Hal itu hanya akan membuat kita sebagai orang-orang yang lugu, yang dengan mudah terperdaya oleh tipu muslihat orang yang disebut sebagai anak iblis.

Kedua, penuh dengan kejahatan (ay. 10b). Kata kejahatan di ayat ini dalam bahasa aslinya menggunakan kata yang cukup unik, yaitu rhadiourgia (ῥᾳδιουργία), yang hanya muncul 1 kali dalam Alkitab Perjanjian Baru. Kata ini dapat diartikan sebagai “ease in doing, laziness, recklessness, hence wickedness” (menganggap enteng, kemalasan, kecerobohan, sehingga menjadi kejahatan/keburukan/kebusukan). Artinya kejahatan di sini tidaklah langsung kejahatan yang besar, tetapi dimulai dari hal-hal kecil dimana orang tersebut sudah terbiasa jahat, sehingga merembet ke hal-hal yang besar sehingga tidak dapat lagi diperbaiki karena sudah menjadi karakter.

Kata rhadiourgia tersebut juga dapat diartikan sebagai “unscrupulousness, cunning, mischief” (tidak bermoral, licik, nakal/rusak). Tentu hal tersebut tidak hanya berbicara mengenai kekurangan secara umum seperti berbohong atau tidak menghargai waktu, tetapi memiliki makna yang lebih dalam dari itu. Orang seperti ini sudah sama sekali tidak bermoral, licik dan sudah begitu rusaknya. Kalau boleh saya katakan, orang seperti ini sudah nyaris tidak bisa diselamatkan, kecuali jika orang ini sungguh-sungguh bertobat dan berbalik dari kejahatan. Bagi orang seperti ini, kejahatan sudah menjadi menu sehari-hari dan sudah menjadi kenikmatannya. Orang seperti ini akan tetap senang berbuat jahat walaupun sudah diingatkan berkali-kali oleh orang-orang di sekitarnya. Tidak jarang, orang seperti ini justru dapat menyeret orang-orang yang belum dewasa untuk dapat berkubang dalam kejahatannya.

Ketiga, musuh segala kebenaran (ay. 10c). Seorang anak iblis tidak akan pernah mau mengenal kebenaran yang sejati. Ia hanya menginginkan “pembenaran-pembenaran” yang dibuatnya dengan memutarbalikkan ayat Alkitab sesuka hatinya. Sehebat apapun pendeta yang menyampaikan kebenaran di depan mimbar, tidak akan ada yang masuk ke dalam telinga apalagi hatinya, karena telinganya saja sudah tertutup bagi kebenaran. Akibatnya, hanya mujizat yang bisa membuat orang seperti ini untuk bertobat, karena ia sudah menutup pintu bagi Roh Kudus yang mengingatkan tentang jalan kebenaran. Orang ini mungkin saja datang ke gereja, tetapi di gereja ia tidak pernah punya hati yang harus untuk mengenal kebenaran. Baginya ibadah di gereja sama saja dengan datang ke bioskop untuk menonton film atau datang ke konser musik semata, dan yang terpenting adalah kehadirannya untuk memenuhi kewajiban presensi di gereja, bukan bagaimana ia belajar untuk mengenal Tuhan yang benar.

Keempat, membelokkan Jalan Tuhan yang lurus (ay. 10d). Kita tahu bahwa Jalan Tuhan yang benar itu lurus dan tidak berbelok-belok. Firman Tuhan sudah sangat tegas bahwa hanya ada satu Jalan kepada Bapa yaitu melalui Tuhan Yesus Kristus (Yoh 14:6). Jika kita membaca ajaran Tuhan Yesus dalam Perjanjian Baru, jelas bahwa apa yang diajarkan itu tidak berbelit-belit, tetapi tegas dan jelas. Namun ternyata ada orang-orang yang berusaha untuk membelokkan Jalan Tuhan yang lurus itu. Kebenaran yang lurus mencoba dibelokkan dan dimodifikasi sedemikian rupa untuk kepentingannya. Kebenaran yang mutlak dijadikan relatif supaya tidak merugikan orang tersebut.

Jika melihat ciri yang keempat, hal ini juga sangat menakutkan karena bisa saja yang disebut sebagai anak-anak iblis justru adalah para pembicara dan pengkhotbah. Harus kita akui, sebagian besar atau hampir semua para pembicara dan pengkhotbah (apalagi jika sudah menjadi pendeta) adalah mereka yang sudah pernah belajar ilmu theologi. Sangat mungkin mereka lebih tahu isi Alkitab dibandingkan jemaat awam. Oleh karena itu, pada dasarnya mereka sudah mengerti mengenai apa yang benar dan apa yang salah menurut Alkitab. Namun, jika dalam khotbah yang disampaikan ada “diskon/potongan” dari apa yang seharusnya disampaikan, sebenarnya itu sudah termasuk membelokkan Jalan Tuhan yang lurus.

Namun kita juga harus menyadari bahwa ada orang-orang yang membelokkan kebenaran: 1) karena ia tidak sengaja (karena tidak tahu); 2) karena merasa terpaksa (karena jika khotbahnya terlalu keras maka jemaat akan pergi); dan 3) karena dilakukan dengan sadar dan sengaja. Kelompok yang ketiga inilah yang berbahaya karena memang ia menyadari bahwa ia sudah salah, namun ia tetap melakukan apa yang menyimpang di hadapan Tuhan. Ini adalah penyesatan yang sangat berbahaya, karena bisa membawa orang-orang yang tidak dewasa untuk mengikuti jalan yang salah. Sebagai contoh, semua orang tahu bahwa korupsi itu salah. Akan tetapi jika ada pendeta yang bilang bahwa uang hasil korupsi juga wajib dimasukkan ke dalam persepuluhan karena masuk sebagai penghasilan, maka itu sudah suatu “pembelokan” Jalan Tuhan yang luar biasa sesat.

Biarlah melalui renungan ini kita menjadi peka mengenai ciri-ciri anak iblis. Jikalau pun kita mengenal orang yang memiliki karakter seperti itu, kita tidak perlu mengatakan dengan mulut kita kepada orang itu bahwa ia adalah anak iblis. Jagalah ucapan dan perkataan kita. Bagian kita jika menghadapi ini adalah dengan senantiasa berjaga-jaga dan berdoa, serta dengan tekun belajar kebenaran dalam persekutuan yang intim dengan Tuhan. Dengan demikian, kita akan menjadi cerdik dan tulus, serta peka untuk membedakan roh, peka untuk membedakan ajaran, dan peka untuk membedakan manakah yang anak iblis dan manakah yang benar-benar adalah anak Tuhan.


Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 13:9-10
13:9 Tetapi Saulus, juga disebut Paulus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap dia,
13:10 dan berkata: "Hai anak Iblis, engkau penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat dan kejahatan, engkau musuh segala kebenaran, tidakkah engkau akan berhenti membelokkan Jalan Tuhan yang lurus itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.