Kamis, 20 Oktober 2016

Status Manusia sebagai Anak Allah dalam Perjanjian Baru (Bagian 2)



Kamis, 20 Oktober 2016
Bacaan Alkitab: Matius 5:9-10
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. (Mat 5:9)


Status Manusia sebagai Anak Allah dalam Perjanjian Baru (Bagian 2)


Pertama kali Tuhan Yesus menyebutkan istilah “anak Allah” yang merujuk kepada manusia (selain diri-Nya) adalah dalam Matius 5:9. Dalam ucapan bahagia yang disampaikan Tuhan Yesus pada saat berkhotbah di atas bukit,  Tuhan Yesus menyampaikan bahwa “berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat 5:9). Hal ini menyatakan dengan jelas bahwa tidak semua manusia secara otomatis disebut sebagai anak-anak Allah. Orang yang masuk dalam kategori anak-anak Allah adalah mereka yang membawa damai dalam hidupnya.

Ini tidak berarti anak-anak Allah harus menjadi lemah dan kompromi dengan dosa. Mereka yang memposisikan diri sebagai anak-anak Allah harus senantiasa mencintai damai dan membawa damai. Jikalaupun terjadi konflik yang disebabkan oleh pelanggaran terhadap kebenaran Firman Tuhan, maka anak-anak Allah harus senantiasa mencari solusi terbaik tanpa yang paling mendamaikan. 

Tuhan sebenarnya senantiasa ingin berdamai dengan manusia. Walaupun manusia berdosa sekalipun, Tuhan akan mengampuni jika manusia bertobat. Permasalahannya timbul ketika manusia merasa tidak perlu bertobat dan tidak membutuhkan Tuhan. Sehingga hidup manusia tersebut akan semakin rusak dan jauh dari jalan Tuhan. Oleh karena itu mereka yang bertindak sebagai anak-anak Allah, harus senantiasa mencoba mencari damai dan pendamaian dengan Tuhan. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan jika mereka yang “bermasalah” mau bertobat dan berdamai dengan Tuhan dan sesamanya. Oleh karena itu, jangan terjebak pada konflik yang tidak berkesudahan, tetapi usahakan supaya kita dapat hidup damai dengan semua orang (Ibr 12:14).

Selain itu, sebagai anak-anak Allah, kita juga perlu menyadari bahwa sangat mungkin kita mengalami aniaya karena kebenaran (ay. 10a). Sama seperti dunia tidak mengenal Yesus dan menganiaya-Nya, maka demikian pula kita sebagai anak-anak Allah dapat pula mengalami aniaya karena kebenaran yang kita miliki (Yoh 15:20). Oleh karena itu, sebagai anak-anak Allah kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan. Apabila kita dianiaya karena kebenaran, maka ingatlah bahwa kita senantiasa mencoba mencari damai. Kita harus membuat orang yang menganiaya kita mengenal Tuhan sehingga mereka dapat bertobat. Sikap hidup kita ketika ada orang yang menganiaya kita, harus menunjukkan sikap hidup seperti Tuhan Yesus hidup, yaitu tidak melawan atau membalas, tetapi mengampuni mereka yang menganiaya sambil terus berpegang pada kebenaran Firman Tuhan yang kita miliki.

Jika kita dapat melakukannya, maka kita akan disebut anak-anak Allah, dan kita akan menjadi yang empunya Kerajaan Surga (ay. 10b). Hal ini menunjukkan bahwa mereka yang disebut sebagai anak-anak Allah, juga akan menjadi yang empunya Kerajaan Surga. Anak-anak Allah akan duduk bersama-sama dengan Tuhan Yesus Kristus dalam Kerajaan-Nya yang kekal. Tuhan Yesus sebagai Anak Allah yang sulung, dan kita semua adalah saudara-saudara-Nya, yaitu jika kita menghayati makna sebagai anak-anak Allah dan hidup berkeadaan sebagai anak-anak Allah sesuai dengan standar yang Allah telah tetapkan.


Bacaan Alkitab: Matius 5:9-10
5:9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
5:10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.