Sabtu, 8 Oktober 2016
Bacaan
Alkitab: Matius 14:3-5
Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal engkau
mengambil Herodias!" (Mat 14:4)
Risiko Menegur Penguasa
Saya rasa, sebagian besar para pembaca
renungan ini bukanlah seorang penguasa. Apapun dan dimanapun posisi kita, baik
di kantor, di rumah, di gereja, ataupun di mana saja, kita pada umumnya punya
seorang pimpinan atau orang yang berkuasa di atas kita. Dalam menghadapi
pimpinan kita tersebut, kita perlu bertindak bijaksana. Memang Alkitab juga
mengatakan agar kita tunduk kepada tuan kita, tetapi kita juga harus senantiasa
bertindak dengan hikmat Allah, terutama bila menghadapi pimpinan atau penguasa
yang lalim.
Namun demikian, ketika pimpinan kita
atau para penguasa (mereka yang memiliki kuasa) bertindak tidak sesuai dengan
Firman Tuhan, bagaimana reaksi kita? Apakah kita akan diam saja dan pura-pura
tidak tahu? Ataukah kita akan berdiri dan berkata dengan lantang kepada sang
penguasa tersebut bahwa tindakannya adalah salah?
Masing-masing pilihan memiliki
konsekuensinya. Dalam hal ini kita akan melihat bagaimana konsekuensi atau
risiko dari bertindak frontal dengan cara menegur sang penguasa, yaitu Yohanes
Pembaptis. Yohanes Pembaptis adalah nabi yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan
Yesus Kristus. Ia adalah orang yang tidak takut apapun selain takut akan Tuhan.
Ketika penguasa Romawi pada waktu itu (Herodes) mengambil Herodias yang
merupakan isteri saudaranya (ay. 3b), Herodes dengan terang-terangan menegurnya
bahwa apa yang dilakukannya itu tidak halal (ay. 4).
Saya rasa, teguran Yohanes Pembaptis itu
tidak disampaikan di kesempatan pribadi, tetapi sangat mungkin disuarakan
secara terus menerus di hadapan orang lain. Oleh karena itu, Herodes sangat
marah sehingga memerintahkan penangkapan Yohanes Pembaptis, untuk selanjutnya
memenjarakannya (ay. 3a). Walaupun Herodes memiliki kuasa untuk membunuh
Yohanes Pembaptis, bahkan sebenarnya ingin membunuhnya, namun ia masih memiliki
rasa segan, apalagi banyak orang memandang Yohanes sebagai nabi.
Kita tentu tahu kelanjutan cerita ini,
dimana akhirnya Yohanes pun dibunuh karena sebuah tipu daya dan muslihat yang
sangat cantik. Namun inti dari cerita ini adalah, kita harus sungguh-sungguh
memperhitungkan konsekuensi dari pilihan tindakan kita, terutama jika berkaitan
dengan orang yang berkuasa. Kita tahu bahwa jika kita diam, mungkin tidak akan
banyak yang tahu tentang kesalahan atau kejahatan sang penguasa. Akan tetapi,
sang penguasa pun bisa jadi akan semakin lalim karena tidak ada orang yang
menegurnya. Namun jika kita memilih untuk bersuara, maka bisa jadi akan ada
risiko yang harus kita tanggung. Dan kita harus siap dengan risiko dari pilihan
kita tersebut.
Oleh karena itu, jika kita sudah siap
dengan segala konsekuensinya, saya anjurkan kita untuk tetap berbicara dan
menyuarakan kebenaran, sepahit apapun risikonya. Kita tahu bahwa orang-orang
yang dianiaya karena kebenaran adalah orang-orang yang empunya Kerajaan Surga (Mat
5:10). Namun demikian, sebelum memutuskan untuk bertindak, pastikan dahulu kita
sudah berada di pihak yang benar, dengan motivasi yang benar pula, supaya semua
tindakan kita benar. Jika ada yang masih meleset, perbaiki itu lebih dulu
sebelum melakukan tindakan lebih jauh. Ingat, kita ingin dianiaya karena
kebenaran, bukan teraniaya karena kebodohan atau kesalahan kita sendiri.
Bacaan
Alkitab: Matius 14:3-5
14:3 Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya
dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus
saudaranya.
14:4 Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal engkau
mengambil Herodias!"
14:5 Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang
memandang Yohanes sebagai nabi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.