Jumat, 07 Oktober 2016

Risiko Menegur Penguasa



Sabtu, 8 Oktober 2016
Bacaan Alkitab: Matius 14:3-5
Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal engkau mengambil Herodias!" (Mat 14:4)


Risiko Menegur Penguasa


Saya rasa, sebagian besar para pembaca renungan ini bukanlah seorang penguasa. Apapun dan dimanapun posisi kita, baik di kantor, di rumah, di gereja, ataupun di mana saja, kita pada umumnya punya seorang pimpinan atau orang yang berkuasa di atas kita. Dalam menghadapi pimpinan kita tersebut, kita perlu bertindak bijaksana. Memang Alkitab juga mengatakan agar kita tunduk kepada tuan kita, tetapi kita juga harus senantiasa bertindak dengan hikmat Allah, terutama bila menghadapi pimpinan atau penguasa yang lalim.

Namun demikian, ketika pimpinan kita atau para penguasa (mereka yang memiliki kuasa) bertindak tidak sesuai dengan Firman Tuhan, bagaimana reaksi kita? Apakah kita akan diam saja dan pura-pura tidak tahu? Ataukah kita akan berdiri dan berkata dengan lantang kepada sang penguasa tersebut bahwa tindakannya adalah salah?

Masing-masing pilihan memiliki konsekuensinya. Dalam hal ini kita akan melihat bagaimana konsekuensi atau risiko dari bertindak frontal dengan cara menegur sang penguasa, yaitu Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis adalah nabi yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan Yesus Kristus. Ia adalah orang yang tidak takut apapun selain takut akan Tuhan. Ketika penguasa Romawi pada waktu itu (Herodes) mengambil Herodias yang merupakan isteri saudaranya (ay. 3b), Herodes dengan terang-terangan menegurnya bahwa apa yang dilakukannya itu tidak halal (ay. 4).

Saya rasa, teguran Yohanes Pembaptis itu tidak disampaikan di kesempatan pribadi, tetapi sangat mungkin disuarakan secara terus menerus di hadapan orang lain. Oleh karena itu, Herodes sangat marah sehingga memerintahkan penangkapan Yohanes Pembaptis, untuk selanjutnya memenjarakannya (ay. 3a). Walaupun Herodes memiliki kuasa untuk membunuh Yohanes Pembaptis, bahkan sebenarnya ingin membunuhnya, namun ia masih memiliki rasa segan, apalagi banyak orang memandang Yohanes sebagai nabi.

Kita tentu tahu kelanjutan cerita ini, dimana akhirnya Yohanes pun dibunuh karena sebuah tipu daya dan muslihat yang sangat cantik. Namun inti dari cerita ini adalah, kita harus sungguh-sungguh memperhitungkan konsekuensi dari pilihan tindakan kita, terutama jika berkaitan dengan orang yang berkuasa. Kita tahu bahwa jika kita diam, mungkin tidak akan banyak yang tahu tentang kesalahan atau kejahatan sang penguasa. Akan tetapi, sang penguasa pun bisa jadi akan semakin lalim karena tidak ada orang yang menegurnya. Namun jika kita memilih untuk bersuara, maka bisa jadi akan ada risiko yang harus kita tanggung. Dan kita harus siap dengan risiko dari pilihan kita tersebut.

Oleh karena itu, jika kita sudah siap dengan segala konsekuensinya, saya anjurkan kita untuk tetap berbicara dan menyuarakan kebenaran, sepahit apapun risikonya. Kita tahu bahwa orang-orang yang dianiaya karena kebenaran adalah orang-orang yang empunya Kerajaan Surga (Mat 5:10). Namun demikian, sebelum memutuskan untuk bertindak, pastikan dahulu kita sudah berada di pihak yang benar, dengan motivasi yang benar pula, supaya semua tindakan kita benar. Jika ada yang masih meleset, perbaiki itu lebih dulu sebelum melakukan tindakan lebih jauh. Ingat, kita ingin dianiaya karena kebenaran, bukan teraniaya karena kebodohan atau kesalahan kita sendiri.


Bacaan Alkitab: Matius 14:3-5
14:3 Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya.
14:4 Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal engkau mengambil Herodias!"
14:5 Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.