Minggu, 17
Agustus 2014
Bacaan Alkitab: Matius 23:29-32
Celakalah kamu,
hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik,
sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh (Mat 23:29)
Bukan Hanya
Sekedar Membangun Tugu Peringatan Sejarah
Dimanapun kita tinggal, pasti kota kita
memiliki suatu monumen yang didirikan untuk memperingati suatu peristiwa bersejarah
yang terjadi di kota kita. Surabaya memiliki Tugu Pahlawan untuk memperingati
peristiwa pertempuran 10 November 1945 di kota Surabaya. Jakarta memiliki lebih
banyak monumen, museum ataupun tugu yang didirikan untuk memperingati peristiwa
bersejarah tertentu. Salah satunya adalah Tugu Proklamasi yang didirikan tepat
di tempat Soekarno dan Hatta mengumandangkan proklamasi Indonesia pada 17
Agustus 1945. Bahkan nama jalan yang semula Jalan Pegangsaan Timur diubah
menjadi Jalan Proklamasi.
Memang hal tersebut bukanlah suatu hal yang
salah. Tetapi akan menjadi beda maknanya apabila pembangunan tugu atau monumen
tersebut didasarkan pada motivasi yang kurang tepat. Saya pernah membaca suatu
artikel bahwa pembangunan tugu proklamasi tersebut dilakukan Presiden rezim
Orde Baru agar rakyat Indonesia tidak “mengkultuskan” rumah tempat proklamasi,
sehingga dibuatlah tugu dan patung sang proklamator. Saya tidak tahu
kebenarannya, tetapi mungkin menjadi masuk akal karena nama Soekarno-Hatta
tidak pernah dijadikan nama jalan di Jakarta pada zaman Orde Baru.
Tetapi lepas dari itu semua, Yesus sendiri
pernah mengkritik apa yang dilakukan oleh orang Yahudi pada umumnya dan para
ahli Taurat dan orang Farisi pada khususnya. Yesus menyebut para ahli Taurat
dan orang Farisi sebagai orang-orang yang munafik (ay. 29a). Apa yang membuat
Yesus menyebut mereka sebagai orang-orang munafik? Salah satunya adalah karena
perbuatan mereka yang membangun makam nabi-nabi dan membuat serta memperindah
tugu untuk memperingati orang-orang saleh mereka (ay. 29b). Sebenarnya tidak
ada yang salah dengan apa yang dilakukan, tetapi permasalahannya adalah
tindakan mereka itu bertujuan hanya untuk pencitraan mereka sendiri.
Para ahli Taurat dan orang Farisi bahkan
berkata “Kalau kami dulu hidup di zaman nenek moyang kita dulu, pasti kami
tidak ikut membunuh para nabi-nabi yang menyampaikan suara Tuhan” (ay. 30).
Tetapi Yesus tidak suka dengan sikap mereka karena dengan membangun makam dan
tugu-tugu tersebut, mereka justru bersaksi bahwa mereka adalah keturunan
pembunuh nabi-nabi tersebut (ay. 31). Mereka dengan sendirinya mengakui bahwa
orang Yahudi di masa lalu adalah pembunuh nabi-nabi yang menyampaikan suara
Tuhan (yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi keinginan mereka). Tidak heran
ketika Yesus tampil dan menyuarakan kebenaran Firman Tuhan, dan banyak orang
Yahudi maupun non Yahudi yang percaya, justru para ahli Taurat dan orang Farisi
yang paling tidak percaya. Mereka tidak mau menerima ajaran Tuhan Yesus karena
ajaran tersebut menurut mereka bertentangan dengan apa yang selama ini mereka
ketahui. Mereka menolak dan bahkan menyalibkan Yesus karena takut jabatan mereka
akan hilang karena tampilnya Yesus. Oleh sebab itu Yesus sangat marah dengan ahli
Taurat dan orang Farisi karena mereka bersikap munafik. Mereka memposisikan
diri mereka berbeda dengan para nenek moyang mereka, padahal sebenarnya mereka
juga sama seperti nenek moyang mereka. Seharusnya ahli Taurat dan orang Farisi
juga berkaca dahulu kepada nenek moyang mereka dan menggunakan standar yang
sama dengan nenek moyang mereka (ay. 32).
Kita pun juga harus belajar dari nenek moyang
kita. Tidak salah jika para pendahulu kita membangun monumen atau tugu yang
megah untuk memperingati suatu peristiwa tertentu. Tetapi seharusnya kita
memiliki sikap untuk dapat melihat peristiwa yang terjadi di masa lalu dengan
bijak. Kita harus belajar dari setiap kesalahan para pendahulu kita, dan jangan
melakukannya. Di sisi lain, kita juga harus belajar dari setiap keberhasilan
para pendahulu kita, dan harus meneruskan bahkan meningkatkannya lagi di masa
yang akan datang. Jangan jadi orang munafik yang hanya suka menyalahkan orang
lain, menyalahkan generasi sebelum kita dengan menjadikan mereka “penyebab”
permasalahan yang terjadi saat ini. Jangan pernah tiru dan lakukan apa yang
dilakukan ahli Taurat dan orang Farisi, jika tidak ingin dianggap Tuhan sebagai
orang yang munafik.
Bacaan Alkitab: Matius 23:29-32
23:29 Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang
saleh
23:30 dan
berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut
dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu.
23:31 Tetapi
dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah
keturunan pembunuh nabi-nabi itu.
23:32 Jadi,
penuhilah juga takaran nenek moyangmu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.