Selasa, 5 Agustus 2014
Bacaan Alkitab: Ibrani 5:11-14
Sebab sekalipun
kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih
perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih
memerlukan susu, bukan makanan keras. (Ibr 5:12)
Sudah Saatnya
Menjadi Pengajar
Dalam kehidupan kita di dunia ini, adalah
umum jika kita harus naik tingkat seiring berjalannya waktu. Ambil contoh pada
saat kita bersekolah, adalah sangat umum jika kita seharusnya naik kelas setiap
tahunnya. Dari kelas 1 SD, naik ke kelas 2 SD, dan begitu seterusnya hingga
kelas 6 SD, bahkan seharusnya juga dapat diteruskan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, yaitu SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi di S1, S2, dan S3. Di
dunia kerja juga sama demikian halnya. Seharusnya seiring perjalanan waktu,
kita akan naik posisi, naik gaji, atau naik jabatan. Hampir tidak ada orang
normal yang ingin terus-menerus berada di posisi yang sama, baik di sekolah
maupun di kantor. Orang akan ingin untuk selalu naik walaupun tentu hal
tersebut juga diiringi dengan meningkatnya beban tanggung jawab kita.
Dalam hal rohani juga demikian halnya. Di
sebuah gereja yang umum, sejak kecil anak-anak diajar di dalam sekolah minggu,
kemudian seiring bertambahnya umur mereka, maka mereka mulai masuk ke persekutuan
remaja, pemuda, dewasa muda, dan setelah menikah pada umumnya beribadah di ibadah
umum atau ibadah raya. Akan tetapi sayangnya banyak orang Kristen setelah
menikah akhirnya berhenti “hanya” menjadi jemaat di ibadah raya. Mereka tidak
lagi terlibat dalam pelayanan. Ketika ditanya alasannya, mereka hanya menjawab “biarkan
saja generasi yang lebih muda yang aktif di gereja, kami ini sudah cukup
menjadi jemaat biasa saja”.
Bagaimana pandangan Alkitab mengenai hal ini?
Sesungguhnya Kekristenan adalah suatu perjalanan seumur hidup. Saya bahkan
lebih suka menggunakan istilah bahwa Kekristenan adalah “Sekolah Teologi”
seumur hidup. Oleh karena itu, sangat salah jika orang Kristen yang kemudian hanya
ingin menjadi jemaat biasa.
Oleh karena itu penulis kitab Ibrani ini
benar-benar menegur umat Tuhan yang selama ini selalu malas untuk naik level.
Dalam hal ini, penulis kitab Ibrani mengkritik sikap mereka yang selalu lamban
dalam mendengarkan walaupun sudah banyak yang disampaikan dan dijelaskan (ay.
11). Penulis kitab Ibrani ini mengkritik sikap umat Tuhan yang sebenarnya sudah
sangat senior alias sudah cukup lama menjadi orang percaya, namun mereka belum
siap untuk menjadi pengajar (ay. 12a). Bahkan mereka masih harus diajarkan
hal-hal yang masih mendasar, ibarat bayi yang terus membutuhkan susu dan bukan
makanan keras (ay. 12b).
Tentu saja untuk menjadi pengajar bukan hal
yang mudah. Bukan hanya sekedar usia yang cukup atau telah menjadi orang Kristen
selama puluhan tahun, tetapi juga adalah kompetensi dan hati yang memang
terbeban untuk menjadi pengajar. Akan tetapi, jika seseorang sudah menjadi
orang Kristen selama 30 atau 40 tahun, seharusnya orang tersebut pun minimal
sudah mampu menjadi pengajar atau “pembawa Firman”, minimal dalam ibadah-ibadah
keluarga atau kelompok sel. Gereja pun juga membuat suatu mekanisme untuk dapat
memfasilitasi jemaatnya, bukan hanya membiarkan mereka menjadi jemaat yang pasif
saja.
Gereja juga harus mengembangkan suatu sistem
yang memungkinkan para anggota gereja mendapatkan makanan rohani dengan
kualitas yang berbeda-beda. Jemaat yang masih merupakan “bayi rohani” atau “anak
rohani” tentu membutuhkan makanan rohani yang masih lembut atau susu (ay. 13).
Namun tentu si “bayi rohani” itu pun tetap harus bertumbuh dan diharapkan
segera menjadi orang yang “dewasa rohani” sehingga dapat memakan makanan rohani
yang keras (ay. 14). Oleh karena itu gereja (termasuk Gembala Sidang dan para Pendeta
dan hamba Tuhan di gereja tersebut) harus sungguh-sungguh memperhatikan
kebutuhan jemaat. Jangan jemaat yang baru percaya langsung dijejali dengan
makanan-makanan rohani yang bersifat “keras”, tetapi harus ada suatu mekanisme
bertahap agar ia pada akhirnya sanggup menerima makanan rohani yang “keras”
tersebut. Di sisi lain, bagi jemaat yang sudah lama di gereja tersebut juga
harus dijejali makanan rohani yang “keras”, bahkan mereka-mereka yang
seharusnya secara waktu sudah siap untuk menyampaikan makanan rohani, perlu dibuatkan
sistem agar mereka juga belajar menjadi pengajar atau pemberita Firman,
meskipun mungkin belum pada ibadah raya di hari Minggu. Gereja Tuhan tidak
dapat hanya menjadi gereja yang pasif, yang tidak mau mengerti kebutuhan
jemaatnya, tetapi harus bertindak seperti Yesus Kristus, yang dalam
pelayananNya pun terkadang menyampaikan kebenaran dengan lemah lembut, namun di
sisi lain (terutama kepada murid-muridNya), Ia menyampaikan Firman yang “keras”
dan sulit dimengerti.
Menjadi pertanyaan yang menarik bagi diri
kita sendiri, apakah diri kita sendiri sudah layak untuk menjadi pengajar atau
pembawa Firman? Jika dalam seminggu kita minimal mendengarkan khotbah 1 kali
saja, maka dalam setahun minimal kita sudah mendengarkan 52 khotbah yang
berbeda (itu dengan asumsi minimal kita tidak pernah mendengarkan khotbah lain,
baik melalui radio, TV, atau ibadah lain selain ibadah raya hari Minggu).
Bayangkan jika kita sudah 20 atau 30 tahun menjadi orang Kristen, masihkah kita
menganggap diri kita hanya sebagai jemaat biasa? Saya dengan tegas menyampaikan
bahwa jika kita sudah 20 tahun menjadi orang Kristen, seharusnya kita sudah
naik level ke tingkat pengajar. Memang mungkin diperlukan banyak latihan, tetapi
jika tidak demikian, maka suatu saat nanti kita akan kalah oleh orang-orang
baru di gereja kita. Jangan sampai Firman Tuhan yang berkata “Tetapi banyak
orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi
yang terdahulu” (Mat 19:30) ternyata terjadi dalam hidup kita, dimana kita yang
awalnya terdahulu tetapi justru menjadi yang
terakhir.
Bacaan Alkitab: Ibrani 5:11-14
5:11 Tentang hal
itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena
kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.
5:12 Sebab
sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar,
kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu
masih memerlukan susu, bukan makanan keras.
5:13 Sebab
barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran,
sebab ia adalah anak kecil.
5:14 Tetapi
makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai
pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.