Kamis, 07 Agustus 2014

Tidak Ada yang Tahan Melihat Hadirat Kemuliaan Tuhan



Minggu, 10 Agustus 2014
Bacaan Alkitab: Wahyu 1:10-18
Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir  (Why 1:17)


Tidak Ada yang Tahan Melihat Hadirat Kemuliaan Tuhan


Yohanes adalah salah satu murid kesayangan Tuhan Yesus. Bahkan Yohanes menggunakan istilahnya sendiri yaitu “Murid yang dikasihi Yesus” untuk menunjuk dirinya sendiri dalam tulisan-tulisannya. Yohanes ini pun benar-benar spesial di mata Tuhan Yesus. Menurut sejarah gereja, Yohanes adalah satu-satunya murid Tuhan (dari ke-12 murid Tuhan) yang tidak mati dengan cara disiksa atau dibunuh. Menurut sejarah gereja, Petrus pun mati disalib terbalik, Tomas mati dilembing di daerah India, Yakobus mati dibunuh tentara Romawi, dan lain sebagainya. Tetapi Yohanes “hanya dibuang” ke pulau Patmos dan menurut sejarah gereja, meninggal secara wajar (karena usia) di sana. 

Yohanes adalah salah satu murid Yesus yang ikut melihat penyaliban Yesus dari dekat (Yoh 19:25-27), bahkan ketika Petrus justru menyangkal Yesus. Oleh karena itu Yohanes pun mendapatkan “kehormatan dari Tuhan” untuk melihat penglihatan apa yang akan terjadi di akhir zaman dan untuk menulisnya dalam sebuah kitab yang sekarang kita kenal dengan kitab Wahyu.

Yohanes menulis dengan rinci apa yang dialaminya waktu itu, ketika saat itu ia dikuasai oleh Roh Tuhan (ay. 10), yang menyuruh Yohanes untuk menulis segala sesuatu yang ia lihat dan menuliskannya ke dalam sebuah kitab dan menyampaikan kepada ketujuh jemaat (ay. 11). Alkitab menulis ketika Yohanes berpaling untuk melihat suara tersebut, ia melihat Tuhan sedang duduk di dalam kemuliaanNya. Gambaran kemuliaan Tuhan dapat kita baca di ayat-ayat selanjutnya, yang menggambarkan suatu tahta Tuhan yang sangat mulia, jauh melebihi apa yang dapat manusia bayangkan (ay. 12-16).

Sekali lagi saya katakan bahwa Yohanes bukanlah orang yang sembarangan. Sebelumnya ia pun (bersama-sama dengan Petrus dan Yakobus) melihat Tuhan Yesus yang sedang dimuliakan di atas gunung (Luk 9:28-29). Akan tetapi, pada saat ia melihat kemuliaan Tuhan di Pulau Patmos, Yohanes tersungkur di depan kakiNya, seperti orang yang mati (ay. 17a). Mengapa Yohanes sampai mengalami hal yang demikian?

Dalam Alkitab, cukup sering ditulis bahwa ketika Tuhan menampakkan diri dalam kemuliaan, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru, maka manusia pun tidak akan tahan untuk dapat berdiri di hadapan Allah yang Maha Kuasa. Mengapa demikian? Karena ketika Tuhan datang dengan segala kemuliaanNya, maka kita menyadari bahwa diri kita adalah manusia yang penuh dengan dosa dan sangat tidak sempurna di hadapan Tuhan. Ketika kita melihat kemuliaan Tuhan, maka kita melihat suatu kemuliaan yang tanpa noda dan cela sedikitpun, oleh karena itu kita pasti akan jatuh tersungkur dan tidak tahan melihatNya, karena kita sangat penuh dengan dosa dan cela. Kita melihat suatu standar yang luar biasa murni dan suci, dimana hidup kita masih kotor dan bernoda. Yohanes sendiri baru dapat tahan ketika Tuhan Yesus mendatanginya dan memberinya kekuatan karena ada tujuan yang penting yang harus dilakukan Yohanes, yaitu menulis seluruh hal yang ia lihat dalam kitab Wahyu tersebut (ay. 17b-18).

Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang dapat tahan berdiri di hadapan hadirat Allah maupun kemuliaan Allah. Pertanyaannya, bagaimana dengan peran gereja maupun persekutuan Kristen saat ini? Apakah setiap ibadah yang diadakan setiap gereja maupun persekutuan sudah benar-benar mendatangkan hadirat Tuhan? Jujur saja, walaupun saya dibesarkan di gereja aliran Pentakosta atau Karismatik, saya melihat masih banyak gereja yang belum benar-benar mendatangkan hadirat Tuhan. Apa buktinya? Jika memang Tuhan benar-benar hadir dalam suatu ibadah, maka sesungguhnya hadirat dan kemuliaan Tuhan tersebut dapat dirasakan oleh jemaat. Jemaat akan menyadari kondisi dirinya yang penuh dosa dan saat itu juga bertobat dan ingin memiliki suatu hidup yang lebih sungguh-sungguh lagi dengan Tuhan. Hadirat dan kemuliaan Tuhan tidak hanya dapat dilihat dari jemaat yang bersorak-sorai atau jemaat yang menangis (apalagi hanya mengeluarkan air mata buaya) demi pencitraan semata, tetapi karena ada kerinduan yang mendalam untuk lebih dan lebih lagi hidup menyenangkan Tuhan.

Jika ibadah di gereja atau persekutuan kita selama ini sepertinya hanya biasa-biasa saja, maka mungkin kita perlu mengintropeksi apa yang salah. Bisa jadi jemaatnya yang salah karena tidak mempersiapkan diri sebelum beribadah, atau bisa juga pelayan-pelayan ibadah yang salah karena tidak sungguh-sungguh hidup benar dan kudus, serta mempersiapkan ibadah dengan sebaik-baiknya. Hal ini menjadi bahaya karena ibadah hanya akan menjadi rutinitas biasa. Seorang worship leader (WL) mungkin akan mengajak jemaat untuk menyembah Tuhan, akan tetapi karena hanya kebiasaan, maka WL tersebut mungkin hanya mengucapkan kata-kata karena terbiasa, dan jemaat tidak pernah sadar bahwa mereka perlu bertobat dari segala dosa yang selama ini mereka lakukan agar mereka dapat terlihat layak di hadapan Tuhan. Bisa jadi juga gembala/pendeta/hamba Tuhan yang salah karena tidak peka terhadap hal ini, dan membiarkan ibadah yang suam-suam kuku terjadi selama bertahun-tahun lamanya. Itulah perlunya ada semacam “Kebaktian Kebangunan Rohani/KKR” secara periodik (minimal 1 tahun sekali), dimana dalam kebaktian semacam itu, sungguh-sungguh kerohanian jemaat dibangun dan dibangkitkan, bukan hanya dengan kebaktian yang biasa, tetapi dengan suatu ibadah yang sungguh-sungguh didoakan dan dipersiapkan begitu rupa, agar Tuhan hadir dan bertahta sehingga kemuliaan Tuhan dirasakan oleh setiap orang yang hadir.

Tentu hal ini tidak mudah, tetapi jika kita sama sekali tidak pernah tersungkur dan bertobat di hadapan kemuliaan Tuhan pada ibadah di gereja atau persekutuan kita, maka selama ini, siapa yang hadir dan bertahta di ibadah kita? Apakah diri kita yang kita sanjung di ibadah tersebut? Apakah gembala/pendeta/hamba Tuhan yang kita sanjung di ibadah tersebut? Ataukah malah iblis yang hadir dan bertahta di ibadah kita? Karena jika memang Tuhan sendiri yang hadir dan bertahta di suatu ibadah, maka iblis pun tidak akan memiliki celah untuk dapat masuk ke ibadah kita, dan setiap manusia tidak akan tahan untuk berdiri di hadapanNya.


Bacaan Alkitab: Wahyu 1:10-18
1:10 Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala,
1:11 katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia."
1:12 Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas.
1:13 Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.
1:14 Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api.
1:15 Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau air bah.
1:16 Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik.
1:17 Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,
1:18 dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.