Minggu, 10 Agustus
2014
Bacaan Alkitab: Wahyu 1:10-18
Ketika aku
melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati;
tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan
takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir (Why 1:17)
Tidak Ada yang
Tahan Melihat Hadirat Kemuliaan Tuhan
Yohanes adalah salah satu murid kesayangan
Tuhan Yesus. Bahkan Yohanes menggunakan istilahnya sendiri yaitu “Murid yang
dikasihi Yesus” untuk menunjuk dirinya sendiri dalam tulisan-tulisannya.
Yohanes ini pun benar-benar spesial di mata Tuhan Yesus. Menurut sejarah
gereja, Yohanes adalah satu-satunya murid Tuhan (dari ke-12 murid Tuhan) yang
tidak mati dengan cara disiksa atau dibunuh. Menurut sejarah gereja, Petrus pun
mati disalib terbalik, Tomas mati dilembing di daerah India, Yakobus mati
dibunuh tentara Romawi, dan lain sebagainya. Tetapi Yohanes “hanya dibuang” ke
pulau Patmos dan menurut sejarah gereja, meninggal secara wajar (karena usia)
di sana.
Yohanes adalah salah satu murid Yesus yang
ikut melihat penyaliban Yesus dari dekat (Yoh 19:25-27), bahkan ketika Petrus
justru menyangkal Yesus. Oleh karena itu Yohanes pun mendapatkan “kehormatan
dari Tuhan” untuk melihat penglihatan apa yang akan terjadi di akhir zaman dan
untuk menulisnya dalam sebuah kitab yang sekarang kita kenal dengan kitab Wahyu.
Yohanes menulis dengan rinci apa yang
dialaminya waktu itu, ketika saat itu ia dikuasai oleh Roh Tuhan (ay. 10), yang
menyuruh Yohanes untuk menulis segala sesuatu yang ia lihat dan menuliskannya
ke dalam sebuah kitab dan menyampaikan kepada ketujuh jemaat (ay. 11). Alkitab
menulis ketika Yohanes berpaling untuk melihat suara tersebut, ia melihat Tuhan
sedang duduk di dalam kemuliaanNya. Gambaran kemuliaan Tuhan dapat kita baca di
ayat-ayat selanjutnya, yang menggambarkan suatu tahta Tuhan yang sangat mulia,
jauh melebihi apa yang dapat manusia bayangkan (ay. 12-16).
Sekali lagi saya katakan bahwa Yohanes
bukanlah orang yang sembarangan. Sebelumnya ia pun (bersama-sama dengan Petrus
dan Yakobus) melihat Tuhan Yesus yang sedang dimuliakan di atas gunung (Luk 9:28-29).
Akan tetapi, pada saat ia melihat kemuliaan Tuhan di Pulau Patmos, Yohanes
tersungkur di depan kakiNya, seperti orang yang mati (ay. 17a). Mengapa Yohanes
sampai mengalami hal yang demikian?
Dalam Alkitab, cukup sering ditulis bahwa
ketika Tuhan menampakkan diri dalam kemuliaan, baik dalam Perjanjian Lama
maupun dalam Perjanjian Baru, maka manusia pun tidak akan tahan untuk dapat
berdiri di hadapan Allah yang Maha Kuasa. Mengapa demikian? Karena ketika Tuhan
datang dengan segala kemuliaanNya, maka kita menyadari bahwa diri kita adalah
manusia yang penuh dengan dosa dan sangat tidak sempurna di hadapan Tuhan. Ketika
kita melihat kemuliaan Tuhan, maka kita melihat suatu kemuliaan yang tanpa noda
dan cela sedikitpun, oleh karena itu kita pasti akan jatuh tersungkur dan tidak
tahan melihatNya, karena kita sangat penuh dengan dosa dan cela. Kita melihat
suatu standar yang luar biasa murni dan suci, dimana hidup kita masih kotor dan
bernoda. Yohanes sendiri baru dapat tahan ketika Tuhan Yesus mendatanginya dan
memberinya kekuatan karena ada tujuan yang penting yang harus dilakukan
Yohanes, yaitu menulis seluruh hal yang ia lihat dalam kitab Wahyu tersebut
(ay. 17b-18).
Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang
dapat tahan berdiri di hadapan hadirat Allah maupun kemuliaan Allah. Pertanyaannya,
bagaimana dengan peran gereja maupun persekutuan Kristen saat ini? Apakah
setiap ibadah yang diadakan setiap gereja maupun persekutuan sudah benar-benar
mendatangkan hadirat Tuhan? Jujur saja, walaupun saya dibesarkan di gereja
aliran Pentakosta atau Karismatik, saya melihat masih banyak gereja yang belum
benar-benar mendatangkan hadirat Tuhan. Apa buktinya? Jika memang Tuhan
benar-benar hadir dalam suatu ibadah, maka sesungguhnya hadirat dan kemuliaan
Tuhan tersebut dapat dirasakan oleh jemaat. Jemaat akan menyadari kondisi
dirinya yang penuh dosa dan saat itu juga bertobat dan ingin memiliki suatu
hidup yang lebih sungguh-sungguh lagi dengan Tuhan. Hadirat dan kemuliaan Tuhan
tidak hanya dapat dilihat dari jemaat yang bersorak-sorai atau jemaat yang
menangis (apalagi hanya mengeluarkan air mata buaya) demi pencitraan semata,
tetapi karena ada kerinduan yang mendalam untuk lebih dan lebih lagi hidup
menyenangkan Tuhan.
Jika ibadah di gereja atau persekutuan kita
selama ini sepertinya hanya biasa-biasa saja, maka mungkin kita perlu
mengintropeksi apa yang salah. Bisa jadi jemaatnya yang salah karena tidak
mempersiapkan diri sebelum beribadah, atau bisa juga pelayan-pelayan ibadah
yang salah karena tidak sungguh-sungguh hidup benar dan kudus, serta
mempersiapkan ibadah dengan sebaik-baiknya. Hal ini menjadi bahaya karena
ibadah hanya akan menjadi rutinitas biasa. Seorang worship leader (WL) mungkin
akan mengajak jemaat untuk menyembah Tuhan, akan tetapi karena hanya kebiasaan,
maka WL tersebut mungkin hanya mengucapkan kata-kata karena terbiasa, dan
jemaat tidak pernah sadar bahwa mereka perlu bertobat dari segala dosa yang
selama ini mereka lakukan agar mereka dapat terlihat layak di hadapan Tuhan.
Bisa jadi juga gembala/pendeta/hamba Tuhan yang salah karena tidak peka
terhadap hal ini, dan membiarkan ibadah yang suam-suam kuku terjadi selama
bertahun-tahun lamanya. Itulah perlunya ada semacam “Kebaktian Kebangunan
Rohani/KKR” secara periodik (minimal 1 tahun sekali), dimana dalam kebaktian
semacam itu, sungguh-sungguh kerohanian jemaat dibangun dan dibangkitkan, bukan
hanya dengan kebaktian yang biasa, tetapi dengan suatu ibadah yang
sungguh-sungguh didoakan dan dipersiapkan begitu rupa, agar Tuhan hadir dan
bertahta sehingga kemuliaan Tuhan dirasakan oleh setiap orang yang hadir.
Tentu hal ini tidak mudah, tetapi jika kita sama
sekali tidak pernah tersungkur dan bertobat di hadapan kemuliaan Tuhan pada
ibadah di gereja atau persekutuan kita, maka selama ini, siapa yang hadir dan
bertahta di ibadah kita? Apakah diri kita yang kita sanjung di ibadah tersebut?
Apakah gembala/pendeta/hamba Tuhan yang kita sanjung di ibadah tersebut?
Ataukah malah iblis yang hadir dan bertahta di ibadah kita? Karena jika memang
Tuhan sendiri yang hadir dan bertahta di suatu ibadah, maka iblis pun tidak
akan memiliki celah untuk dapat masuk ke ibadah kita, dan setiap manusia tidak
akan tahan untuk berdiri di hadapanNya.
Bacaan Alkitab: Wahyu 1:10-18
1:10 Pada hari
Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang
nyaring, seperti bunyi sangkakala,
1:11 katanya:
"Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah
kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke
Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia."
1:12 Lalu aku
berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku
berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas.
1:13 Dan di
tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah
yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari
emas.
1:14 Kepala dan
rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala
api.
1:15 Dan kaki-Nya
mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau
air bah.
1:16 Dan di
tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah
pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang
terik.
1:17 Ketika aku
melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati;
tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan
takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,
1:18 dan Yang
Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku
memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.