Selasa, 23
September 2014
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul
8:9-24
“Ketika Simon
melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu
menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka, serta berkata:
"Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku
di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus.” (Kis 8:18-19)
Budaya Instan
Manusia pada masa kini cenderung tidak mau
repot. Mereka ingin segala sesuatunya serba cepat. Jika perlu, mereka rela
membayar lebih mahal agar dapat memperoleh pelayanan yang lebih baik, lebih
cepat, dan lebih menyenangkan. Bahkan tidak jarang mereka berani membayar lebih
agar mereka dapat melanggar aturan yang berlaku. Inilah cikal bakal korupsi di
negeri kita, terlebih pada saat-saat ini, dimana begitu banyak kesempatan untuk
korupsi. Dengan membayar sejumlah uang kita dapat memperoleh SIM tanpa harus
ikut tes, kita dapat memperoleh ijin mendirikan pabrik walaupun ternyata
melanggar aturan lingkungan hidup, dan lain sebagainya.
Namun demikian, budaya instan seperti itu pun
ternyata sudah ada pada zaman gereja mula-mula. Bacaan Alkitab kita hari ini
berbicara mengenai Filipus yang pada mulanya memberitakan Injil di daerah
Samaria (ay. 12). Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar bahwa Samaria telah
menerima Firman Allah, maka mereka mengutus Petrus juga ke Samaria (ay. 14).
Filipus dan Petrus bekerja sama dalam mengabarkan Injil di Samaria, bahkan
berdoa agar Roh Kudus turun di antara orang-orang Samaria (ay. 15-16). Filipus
dan Petrus pun menumpangkan tangan atas orang-orang Samaria, dan mereka pun
beroleh Roh Kudus (ay. 17).
Pada saat itu, ada seseorang yang bernama
Simon yang dikenal sebagai tukang sihir di Samaria. Simon sangat terkenal
karena perbuatan sihirnya yang selama ini dia lakukan (ay. 9-11). Namun ketika Filipus
mengabarkan Injil dan banyak orang Samaria dibaptis, Simon si tukang sihir pun
ikut dibaptis, bahkan ia takjub ketika melihat sendiri mujizat-mujizat yang
dilakukan Filipus di sana (ay. 12-13). Simon selama ini memang sering melakukan
perbuatan sihir (yang umum dikenal sebagai mujizat oleh orang-orang awam),
sehingga walaupun takjub, ia tidak terlalu mengingini “kuasa mujizat” yang
dimiliki oleh Filipus. Namun ketika melihat bagaimana Filipus dan Petrus
menumpangkan tangan agar orang-orang menerima Roh Kudus (dan mungkin saat itu
banyak orang Samaria yang berbahasa Roh), Simon langsung tertarik kepada
karunia tersebut.
Simon pun berkata kepada Filipus dan Petrus
agar mereka berdua mau memberikan kuasa dan karunia tersebut kepada Simon
dengan imbalan sejumlah uang (ay. 18-19). Ini menunjukkan budaya instan yang
sudah dimiliki oleh orang-orang di masa gereja mula-mula. Mereka menyangka
bahwa karunia dalam pelayanan itu dapat dibeli dengan uang. Ini adalah pola
pikir yang salah. Kerajaan Allah maupun karunia dari Tuhan tidak dapat dibeli
dengan uang (ay. 20).
Permasalahannya, di akhir zaman ini banyak
orang Kristen dan juga hamba Tuhan yang lupa dengan prinsip kebenaran ini.
Mereka menyangka bahwa uang dapat membeli segala-galanya. Banyak orang Kristen
berani “memberi persembahan” dalam jumlah besar, agar mereka dapat dianggap
terhormat dan dijadikan pelayan Tuhan di gereja. Mereka berharap bahwa dengan
memberi persembahan dalam jumlah besar, maka mereka dapat menduduki
posisi-posisi yang tinggi di gereja dan menjadi pribadi yang dihormati. Bahkan
banyak hamba Tuhan yang juga memiliki motivasi yang menyimpang (ay. 21). Mereka
melayani demi uang, sehingga khotbah mereka dapat “dibeli” dengan uang. Mereka
bukan lagi hanba Tuhan, tetapi sudah menjadi hamba uang atau budak uang. Mereka
mulai memilih-milih melakukan pelayanan yang uangnya banyak, dan menolak pelayanan-pelayanan
yang tidak menghasilkan uang.
Terkait dengan hal tersebut, Petrus dengan
tegas berkata bahwa hal ini adalah sebuah kejahatan di mata Tuhan, dan Petrus berharap
agar orang-orang seperti ini harus bertobat dan meminta Tuhan untuk mengampuni kejahatan niat di dalam
hati tersebut (ay. 22). Bahkan diibaratkan orang yang mengira bahwa uang dapat
membeli segala-galanya termasuk kerajaan Allah dan kebenarannya, sama saja
dengan orang yang memiliki hati yang pahit seperti empedu, dan mereka telah
terjerat dalam kejahatan (ay. 23).
Jika kita berada dalam posisi seperti Simon,
mungkin sudah saatnya kita juga sadar dan bertobat. Simon sendiri setelah
ditegur oleh Filipus dan Petrus, tidak terlihat dengan jelas apakah ia mau
bertobat atau tidak. Tetapi ia minta untuk didoakan agar ia mampu mengubah pola
pikirnya, sehingga hukuman Tuhan tidak terjadi atas dirinya (ay. 24). Tentunya
kita harus mampu lebih baik dibandingkan Simon. Ketika kita ditegur Tuhan, kita
harus mau menerima teguran Tuhan itu dengan hati yang terbuka. Kita harus
menjadi orang yang lemah lembut, yang mau menerima teguran Tuhan ketika kita memiliki
motivasi atau hati yang salah dan tidak tulus.
Seberapa tinggi pun jabatan kita (baik di
luar gereja maupun di dalam gereja), saatinya kita belajar bahwa dalam kerajaan
Allah, tidak ada sesuatu yang instan. Uang tidak dapat membeli pelayanan,
bahkan tidak dapat membeli kebenaran Firman Tuhan. Jika kita ingin melayani
atau mendapatkan karunia dalam pelayanan, kita harus mau mengikuti proses
Tuhan. Kita harus menjadi pelayan Tuhan yang setia, mulai dari hal yang kecil
hingga Tuhan percayakan hal-hal yang lebih besar (Luk 16:10). Jadilah
hamba-hamba Tuhan yang setia mengikuti proses Tuhan, dan bukan orang-orang yang
selalu ingin instan dan cepat, bahkan menghalalkan segala cara untuk memperoleh
apa yang kita inginkan.
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul
8:9-24
8:9 Seorang yang
bernama Simon telah sejak dahulu melakukan sihir di kota itu dan mentakjubkan
rakyat Samaria, serta berlagak seolah-olah ia seorang yang sangat penting.
8:10 Semua orang,
besar kecil, mengikuti dia dan berkata: "Orang ini adalah kuasa Allah yang
terkenal sebagai Kuasa Besar."
8:11 Dan mereka
mengikutinya, karena sudah lama ia mentakjubkan mereka oleh perbuatan sihirnya.
8:12 Tetapi
sekarang mereka percaya kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan
Allah dan tentang nama Yesus Kristus, dan mereka memberi diri mereka dibaptis,
baik laki-laki maupun perempuan.
8:13 Simon sendiri
juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan
Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar
yang terjadi.
8:14 Ketika
rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman
Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ.
8:15 Setibanya di
situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus.
8:16 Sebab Roh
Kudus belum turun di atas seorang pun di antara mereka, karena mereka hanya
dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.
8:17 Kemudian
keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus.
8:18 Ketika Simon
melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu
menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka,
8:19 serta
berkata: "Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan
tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus."
8:20 Tetapi
Petrus berkata kepadanya: "Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan
engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah
dengan uang.
8:21 Tidak ada
bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah.
8:22 Jadi
bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia
mengampuni niat hatimu ini;
8:23 sebab
kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam
kejahatan."
8:24 Jawab Simon:
"Hendaklah kamu berdoa untuk aku kepada Tuhan, supaya kepadaku jangan
kiranya terjadi segala apa yang telah kamu katakan itu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.