Senin, 29 September 2014

Pengkhianatan Terbesar



Selasa, 30 September 2014
Bacaan Alkitab: Yohanes 18:1-15
“Jawab mereka: "Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia." Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka.” (Yoh 18:5)


Pengkhianatan Terbesar


Setiap tanggal 30 September, di Indonesia kita memperingati peristiwa G 30 S PKI, dimana pada tanggal 30 September 1965, terjadi pembunuhan sejumlah perwira tinggi angkatan bersenjata Republik Indonesia. Banyak orang menyebut hal ini dengan pengkhianatan G 30 S PKI, walaupun sampai dengan saat ini, masih terdapat banyak perdebatan tentang apakah yang melakukan pembunuhan tersebut adalah kelompok PKI atau bukan, ataukah nama pengkhianatan atau kudeta dapat digunakan untuk peristiwa tersebut.

Tanpa memperpanjang debat mengenai hal tersebut di atas, Alkitab juga menceritakan sebuah pengkhianatan yang dilakukan oleh seseorang. Pengkhianatan tersebut dapat saya katakan sebagai suatu “pengkhianatan terbesar”, yaitu ketika Yudas Iskariot mengkhianati Yesus Kristus.

Kita tahu bahwa Yudas adalah satu-satunya murid dari ke-12 murid Yesus yang tidak ikut dalam perjamuan terakhir (Yoh 13:27-30). Saat itu Yudas tidak pergi untuk membeli sesuatu, tetapi untuk mengkhianati Yesus, antara lain dengan cara memberitahu para imam kepala dimana Yesus biasa berada dan bagaimana cara menangkap Yesus. Alkitab menulis bahwa ketika Yesus sedang membawa murid-muridNya (selain Yudas Iskariot) ke sebuah taman di seberang sungai Kidron (ay. 1). Dalam ayat paralel di kitab lain, kita mengetahui bahwa taman tersebut adalah taman Getsemani (Mat 26:36, Mrk 14:32).

Yudas sebagai salah seorang murid Yesus, juga tahu bahwa Yesus sering berkumpul di sana dengan murid-muridNya (ay. 2). Oleh karena ini, informasi tersebut ia jual kepada para imam kepala sehingga mereka dapat menangkap Yesus. Para imam tidak berani menangkap Yesus pada saat ia sedang bersama-sama dengan rakyat di siang hari, karena mereka tahu bahwa rakyat sangat kagum kepada Yesus. Oleh karena itu mereka ingin melakukannya di malam hari. Dengan satu rombongan yang cukup  besar, yang terdiri dari sepasukan prajurit dan para penjaga  Bait Allah, dan juga Yudas, mereka datang ke taman itu dengan persenjataan lengkap (ay. 3).

Yesus tahu bahwa sudah saatnya Ia akan ditangkap dan akan menderita hingga mati di atas kayu salib. Oleh karena itu, Yesus tampil ke depan dan bertanya siapa yang para pasukan itu cari di taman Getsemani pada malam hari seperti itu (ay. 4). Saat itu mereka menjawab “Yesus dari Nazaret”, dan Yesus menjawab “Akulah Dia”. Saat itu Yudas pun juga ada di situ untuk memastikan Gurunya (atau lebih tepat disebut “mantan Gurunya”) ditangkap (ay. 5).

Mengapa saya katakan bahwa apa yang dilakukan Yudas adalah pengkhianatan terbesar? Karena jika seseorang berkhianat kepada orang lain, katakanlah kepada gurunya atau atasannya, biasanya orang tersebut hanya mau berkhianat dari jarak jauh. Biasanya orang akan mengkhianati orang lain dari jarak jauh dan tidak terlibat dalam “pengkhianatan jarak dekat” seperti Yudas. Yudas selain menjual Yesus dengan harga “hanya” 30 uang perak (Mat 26:15), ia juga memastikan sendiri bahwa Yesus ditangkap oleh prajurit-prajurit suruhan imam Bait Allah. Di ayat paralel lain, bahkan disebutkan bahwa Yudas memberikan tanda melalui cara mencium Yesus (Mat 26:48-49, Mrk 14:44-45, Luk 22:47-48). Tradisi saat itu, seperti yang umum dilakukan oleh orang-orang Timur Tengah saat ini, adalah saling mencium dengan menempelkan pipi untuk memberi salam. Dan itu yang Yudas lakukan kepada Yesus. Ucapan salam yang seharusnya tulus, digunakan Yudas untuk memberi tanda agar para prajurit menangkap Yesus.

Tentu saja pengkhianatan ini harus dibayar dengan mahal. Yudas mungkin pada awalnya tidak mengira bahwa Yesus akan dihukum mati. Mungkin ia menginginkan uang yang lebih untuk membeli sesuatu. Akan tetapi, setelah ia tahu bahwa Yesus dijatuhi hukuman mati, Yudas baru menyesal dan akhirnya mati (Mat 27:3-5). Penyesalan memang selalu datang terlambat. Terlebih penyesalan karena mengkhianati Yesus. Pengkhianatan Yudas dapat dikatakan sebagai pengkhianatan terbsesa, bukan hanya karena ia mengkhianati gurunya dengan imbalan sejumlah uang, tetapi juga karena yang ia khianati adalah Yesus, yang tidak pernah melakukan kesalahan sebagai manusia.

Contoh Yudas merupakan salah satu contoh yang kita harus hindari. Jangan ada di antara kita yang ingin menjadi pengkhianat, atau yang memiliki karakter sebagai pengkhianat. Jagalah diri kita agar kita tetap setia mengiring Yesus hingga akhir. Karena jika kita mengkhianati Yesus, maka apa artinya kita menjadi orang Kristen selama ini? Jangan khianati Yesus hanya karena harta dan materi, tahta dan kedudukan, serta pasangan hidup yang tidak seiman.


Bacaan Alkitab: Yohanes 18:1-15
18:1 Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.
18:2 Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya.
18:3 Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata.
18:4 Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: "Siapakah yang kamu cari?"
18:5 Jawab mereka: "Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia." Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.