Selasa, 30
September 2014
Bacaan Alkitab: Yohanes 18:1-15
“Jawab mereka:
"Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia."
Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka.” (Yoh 18:5)
Pengkhianatan
Terbesar
Setiap tanggal 30 September, di Indonesia
kita memperingati peristiwa G 30 S PKI, dimana pada tanggal 30 September 1965,
terjadi pembunuhan sejumlah perwira tinggi angkatan bersenjata Republik
Indonesia. Banyak orang menyebut hal ini dengan pengkhianatan G 30 S PKI,
walaupun sampai dengan saat ini, masih terdapat banyak perdebatan tentang
apakah yang melakukan pembunuhan tersebut adalah kelompok PKI atau bukan,
ataukah nama pengkhianatan atau kudeta dapat digunakan untuk peristiwa
tersebut.
Tanpa memperpanjang debat mengenai hal
tersebut di atas, Alkitab juga menceritakan sebuah pengkhianatan yang dilakukan
oleh seseorang. Pengkhianatan tersebut dapat saya katakan sebagai suatu
“pengkhianatan terbesar”, yaitu ketika Yudas Iskariot mengkhianati Yesus
Kristus.
Kita tahu bahwa Yudas adalah satu-satunya
murid dari ke-12 murid Yesus yang tidak ikut dalam perjamuan terakhir (Yoh
13:27-30). Saat itu Yudas tidak pergi untuk membeli sesuatu, tetapi untuk
mengkhianati Yesus, antara lain dengan cara memberitahu para imam kepala dimana
Yesus biasa berada dan bagaimana cara menangkap Yesus. Alkitab menulis bahwa
ketika Yesus sedang membawa murid-muridNya (selain Yudas Iskariot) ke sebuah
taman di seberang sungai Kidron (ay. 1). Dalam ayat paralel di kitab lain, kita
mengetahui bahwa taman tersebut adalah taman Getsemani (Mat 26:36, Mrk 14:32).
Yudas sebagai salah seorang murid Yesus, juga
tahu bahwa Yesus sering berkumpul di sana dengan murid-muridNya (ay. 2). Oleh
karena ini, informasi tersebut ia jual kepada para imam kepala sehingga mereka
dapat menangkap Yesus. Para imam tidak berani menangkap Yesus pada saat ia
sedang bersama-sama dengan rakyat di siang hari, karena mereka tahu bahwa
rakyat sangat kagum kepada Yesus. Oleh karena itu mereka ingin melakukannya di
malam hari. Dengan satu rombongan yang cukup
besar, yang terdiri dari sepasukan prajurit dan para penjaga Bait Allah, dan juga Yudas, mereka datang ke
taman itu dengan persenjataan lengkap (ay. 3).
Yesus tahu bahwa sudah saatnya Ia akan
ditangkap dan akan menderita hingga mati di atas kayu salib. Oleh karena itu, Yesus
tampil ke depan dan bertanya siapa yang para pasukan itu cari di taman
Getsemani pada malam hari seperti itu (ay. 4). Saat itu mereka menjawab “Yesus
dari Nazaret”, dan Yesus menjawab “Akulah Dia”. Saat itu Yudas pun juga ada di
situ untuk memastikan Gurunya (atau lebih tepat disebut “mantan Gurunya”)
ditangkap (ay. 5).
Mengapa saya katakan bahwa apa yang dilakukan
Yudas adalah pengkhianatan terbesar? Karena jika seseorang berkhianat kepada
orang lain, katakanlah kepada gurunya atau atasannya, biasanya orang tersebut
hanya mau berkhianat dari jarak jauh. Biasanya orang akan mengkhianati orang
lain dari jarak jauh dan tidak terlibat dalam “pengkhianatan jarak dekat”
seperti Yudas. Yudas selain menjual Yesus dengan harga “hanya” 30 uang perak
(Mat 26:15), ia juga memastikan sendiri bahwa Yesus ditangkap oleh
prajurit-prajurit suruhan imam Bait Allah. Di ayat paralel lain, bahkan disebutkan
bahwa Yudas memberikan tanda melalui cara mencium Yesus (Mat 26:48-49, Mrk
14:44-45, Luk 22:47-48). Tradisi saat itu, seperti yang umum dilakukan oleh
orang-orang Timur Tengah saat ini, adalah saling mencium dengan menempelkan
pipi untuk memberi salam. Dan itu yang Yudas lakukan kepada Yesus. Ucapan salam
yang seharusnya tulus, digunakan Yudas untuk memberi tanda agar para prajurit
menangkap Yesus.
Tentu saja pengkhianatan ini harus dibayar
dengan mahal. Yudas mungkin pada awalnya tidak mengira bahwa Yesus akan dihukum
mati. Mungkin ia menginginkan uang yang lebih untuk membeli sesuatu. Akan
tetapi, setelah ia tahu bahwa Yesus dijatuhi hukuman mati, Yudas baru menyesal
dan akhirnya mati (Mat 27:3-5). Penyesalan memang selalu datang terlambat.
Terlebih penyesalan karena mengkhianati Yesus. Pengkhianatan Yudas dapat dikatakan
sebagai pengkhianatan terbsesa, bukan hanya karena ia mengkhianati gurunya
dengan imbalan sejumlah uang, tetapi juga karena yang ia khianati adalah Yesus,
yang tidak pernah melakukan kesalahan sebagai manusia.
Contoh Yudas merupakan salah satu contoh yang
kita harus hindari. Jangan ada di antara kita yang ingin menjadi pengkhianat,
atau yang memiliki karakter sebagai pengkhianat. Jagalah diri kita agar kita tetap
setia mengiring Yesus hingga akhir. Karena jika kita mengkhianati Yesus, maka
apa artinya kita menjadi orang Kristen selama ini? Jangan khianati Yesus hanya
karena harta dan materi, tahta dan kedudukan, serta pasangan hidup yang tidak
seiman.
Bacaan Alkitab: Yohanes 18:1-15
18:1 Setelah
Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan
murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu
taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.
18:2 Yudas, yang
mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ
dengan murid-murid-Nya.
18:3 Maka
datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait
Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan
lentera, suluh dan senjata.
18:4 Maka Yesus,
yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada
mereka: "Siapakah yang kamu cari?"
18:5 Jawab
mereka: "Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah
Dia." Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama
mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.