Sabtu, 27 September
2014
Bacaan Alkitab: Matius 5:17-20, 27-28
“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang
untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17)
Yesus
Memformulasikan Ulang Hukum Taurat
Hukum Taurat adalah sebuah hukum yang sangat
unik. Mengapa demikian? Karena Tuhan Allah sendirilah yang memberikan hukum
tersebut kepada bangsa pilihanNya, yaitu bangsa Israel. Jika kita mau jujur,
sebenarnya bangsa Israel bukanlah bangsa yang istimewa. Mungkin masih banyak
bangsa-bangsa lain yang lebih pantas untuk dijadikan bangsa pilihan Allah.
Bahkan mungkin beberapa suku di Indonesia lebih mudah “menurut” kepada Allah
jika diberikan Hukum Taurat dan ditunjukkan mujizat-mujizat yang Allah lakukan
selama ini kepada bangsa Israel.
Nyatanya, bangsa Israel adalah bangsa yang
tegar tengkuk. Dengan segala macam mujizat yang dibuat Tuhan di tengah-tengah
mereka, bangsa Israel tetap menjadi bangsa yang suka melanggar aturan Tuhan.
Hukum Taurat yang seharusnya menjadi acuan bagaimana bangsa Israel hidup,
justru diabaikan. Bahkan setelah mereka dibuang ke Babel dan kembali ke
Yerusalem (yang dikenal sebagai bangsa Yahudi di Perjanjian Baru), mereka tetap
tidak berubah. Hukum Taurat hanya menjadi hukum yang dijalankan karena tradisi
tanpa semangat untuk menyenangkan hati Tuhan.
Oleh karena itu, ketika Yesus datang kepada
bangsa Yahudi memberitakan tentang Kerajaan Allah, bangsa Yahudi (khususnya
para pemuka agama Yahudi, para Imam dan para ahli Taurat) menjadi geger. Mereka
menyangka bahwa Yesus (yang lahir dari keluarga Yahudi) akan menghilangkan
hukum Taurat dalam ajaranNya. Hal tersebut tidaklah benar. Yesus sendiri
mengatakan bahwa Ia tidak datang untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi untuk
menggenapinya (ay. 17). Hukum Taurat adalah hukum yang baik, walaupun belum
sempurna (karena akan disempurnakan oleh Yesus sendiri).
Banyak orang Kristen di masa kini seakan-akan
“mengerdilkan” arti Hukum Taurat. Mereka menganggap Hukum Taurat sebagai bagian
dari Perjanjian Lama yang harus ditinggalkan karena mereka merasa bahwa mereka
hidup di Perjanjian Baru. Padahal Hukum Taurat adalah hukum yang diberikan
Tuhan Allah sendiri, dan hukum tersebut sebenarnya masih relevan hingga saat
ini. Saya justru takut jika Hukum Taurat diabaikan oleh orang Kristen karena
dianggap bahwa hukum tersebut hanya berlaku bagi orang Yahudi di masa lalu.
Apakah hukum “Jangan membunuh” atau “jangan berzinah” sudah tidak relevan lagi?
Bukankah orang Kristen juga harus tidak boleh membunuh orang lain ataupun tidak
boleh berzinah?
Oleh karena itu, Yesus tidak datang untuk
meniadakan hukum Taurat (ay. 18). Bahkan Yesus menyatakan bahwa siapa yang melakukan
dan mengajarkan Hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam
kerajaan Surga (ay. 19). Hal ini tentu saja tidak berarti bahwa Hukum Taurat
menyelamatkan, tetapi bagi orang yang telah diselamatkan (telah percaya kepada Allah
Bapa melalui Yesus Kristus), mereka yang lebih rajin melakukan Hukum Taurat
(ingat bahwa Hukum Taurat adalah hukum yang
diberikan Tuhan Allah sendiri), mereka akan mendapatkan kedudukan yang lebih
tinggi di dalam kerajaan Surga. Bahkan Yesus membuat standar yang tinggi
terhadap pelaksanaan Hukum Taurat ini, yaitu standar hidup yang harus lebih
benar daripada apa yang dilakukan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi (ay.
20).
Namun demikian, kita juga harus paham bahwa Hukum Taurat itu tidak
membawa kepada keselamatan. Namun demikian, Yesus ingin agar orang-orang
percaya (yang hidup di masa Perjanjian Baru) juga melakukan Hukum Taurat dengan
level yang lebih tinggi lagi. Hukum Taurat yang diberikan kepada orang Israel
pada masa Perjanjian Lama, adalah Hukum Taurat yang lebih bersifat lahiriah
semata. Artinya Hukum Taurat di Perjanjian Lama melarang orang Israel melakukan
apa yang tidak benar, dan mewajibkan orang Israel melakukan apa yang benar.
Kata kunci Hukum Taurat di Perjanjian Lama adalah “Melakukan” atau “Perbuatan”.
Akan tetapi, dalam Perjanjian Baru, Yesus memformulasikan
ulang Hukum Taurat dan membawanya ke level atau tingkatan yang lebih tinggi
lagi. Yesus tidak ingin manusia hanya melihat Hukum Taurat dari sisi perbuatan
saja, tetapi Yesus ingin agar manusia melakukan Hukum Taurat mulai dari hati.
Salah satu contoh yang kita dapat lihat adalah dari Hukum Taurat yang
mengatakan “Jangan berzinah” (ay. 27). Hukum tersebut sebelumnya telah ada di
Perjanjian Lama, yaitu tepatnya di Keluaran 20:14. Namun demikian kebanyakan
orang Israel pada waktu itu berpikir bahwa yang namanya berzinah adalah ketika
mereka melakukan hubungan seksual dengan orang yang bukan suami/isterinya.
Yesus tidak mau Hukum Taurat hanya sampai
pada level “Perbuatan” atau “Tindakan”. Oleh karena itu Yesus berkata bahwa
jika seseorang (pria) memandang perempuan (yang bukan isterinya) dan
mengingininya, maka itu sudah termasuk perzinahan, yaitu berzinah di dalam hatinya (ay. 28). Ini merupakan formulasi
ulang Hukum Taurat yang dilakukan oleh Yesus. Yesus tidak membatalkan Hukum
Taurat yang berkata “Jangan berzinah”, tetapi justru menyempurnakannya. Di
zaman Perjanjian Baru ini, Tuhan ingin agar kita memiliki sudut pandang yang
sama dengan sudut pandang Tuhan. Tuhan ingin kita taat perintah Tuhan mulai
dari hati, tidak hanya sekedar perbuatan. Tuhan ingin merombak pola pikir kita
dan mengubah hati kita, sehingga hati dan pikiran kita memiliki pandangan yang
sama dengan Tuhan. Kita tidak melanggar perintah Tuhan sejak dari dalam hati
kita, dan kita melakukan kehendak Tuhan dengan dorongan yang keluar dari hati
kita (sebagai contoh: tidak hanya melakukan pelayanan secara fisik, tetapi
hatinya hampa).
Ini merupakan kebenaran yang luar biasa. Tuhan
ingin kita, orang-orang yang hidup di Perjanjian Baru, memiliki level yang
lebih tinggi dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh orang-orang di
masa Perjanjian Lama. Perjanjian antara Tuhan dan manusia diperbaharui lagi melalui
Yesus Kristus. Oleh karena itu, jangan sia-siakan kesempatan ini. Usahakanlah
untuk hidup benar di hadapan Tuhan, mulai dari hati dan pikiran yang bersih
dari dalam diri kita sendiri, dan nantinya akan tercermin dalam perkataan
maupun perbuatan kita setiap harinya.
Bacaan Alkitab: Matius 5:17-20, 27-28
5:17
"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat
atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya.
5:18 Karena Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu
iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi.
5:19 Karena itu
siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling
kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat
yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan
mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat
yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
5:20 Maka Aku
berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup
keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan
masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
5:27 Kamu telah
mendengar firman: Jangan berzinah.
5:28 Tetapi Aku
berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya,
sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.