Rabu, 24 September 2014

Yesus Memformulasikan Ulang Hukum Taurat



Sabtu, 27 September 2014
Bacaan Alkitab: Matius 5:17-20, 27-28
 “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17)


Yesus Memformulasikan Ulang Hukum Taurat


Hukum Taurat adalah sebuah hukum yang sangat unik. Mengapa demikian? Karena Tuhan Allah sendirilah yang memberikan hukum tersebut kepada bangsa pilihanNya, yaitu bangsa Israel. Jika kita mau jujur, sebenarnya bangsa Israel bukanlah bangsa yang istimewa. Mungkin masih banyak bangsa-bangsa lain yang lebih pantas untuk dijadikan bangsa pilihan Allah. Bahkan mungkin beberapa suku di Indonesia lebih mudah “menurut” kepada Allah jika diberikan Hukum Taurat dan ditunjukkan mujizat-mujizat yang Allah lakukan selama ini kepada bangsa Israel.

Nyatanya, bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk. Dengan segala macam mujizat yang dibuat Tuhan di tengah-tengah mereka, bangsa Israel tetap menjadi bangsa yang suka melanggar aturan Tuhan. Hukum Taurat yang seharusnya menjadi acuan bagaimana bangsa Israel hidup, justru diabaikan. Bahkan setelah mereka dibuang ke Babel dan kembali ke Yerusalem (yang dikenal sebagai bangsa Yahudi di Perjanjian Baru), mereka tetap tidak berubah. Hukum Taurat hanya menjadi hukum yang dijalankan karena tradisi tanpa semangat untuk menyenangkan hati Tuhan.

Oleh karena itu, ketika Yesus datang kepada bangsa Yahudi memberitakan tentang Kerajaan Allah, bangsa Yahudi (khususnya para pemuka agama Yahudi, para Imam dan para ahli Taurat) menjadi geger. Mereka menyangka bahwa Yesus (yang lahir dari keluarga Yahudi) akan menghilangkan hukum Taurat dalam ajaranNya. Hal tersebut tidaklah benar. Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia tidak datang untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya (ay. 17). Hukum Taurat adalah hukum yang baik, walaupun belum sempurna (karena akan disempurnakan oleh Yesus sendiri).

Banyak orang Kristen di masa kini seakan-akan “mengerdilkan” arti Hukum Taurat. Mereka menganggap Hukum Taurat sebagai bagian dari Perjanjian Lama yang harus ditinggalkan karena mereka merasa bahwa mereka hidup di Perjanjian Baru. Padahal Hukum Taurat adalah hukum yang diberikan Tuhan Allah sendiri, dan hukum tersebut sebenarnya masih relevan hingga saat ini. Saya justru takut jika Hukum Taurat diabaikan oleh orang Kristen karena dianggap bahwa hukum tersebut hanya berlaku bagi orang Yahudi di masa lalu. Apakah hukum “Jangan membunuh” atau “jangan berzinah” sudah tidak relevan lagi? Bukankah orang Kristen juga harus tidak boleh membunuh orang lain ataupun tidak boleh berzinah?

Oleh karena itu, Yesus tidak datang untuk meniadakan hukum Taurat (ay. 18). Bahkan Yesus menyatakan bahwa siapa yang melakukan dan mengajarkan Hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam kerajaan Surga (ay. 19). Hal ini tentu saja tidak berarti bahwa Hukum Taurat menyelamatkan, tetapi bagi orang yang telah diselamatkan (telah percaya kepada Allah Bapa melalui Yesus Kristus), mereka yang lebih rajin melakukan Hukum Taurat (ingat  bahwa Hukum Taurat adalah hukum yang diberikan Tuhan Allah sendiri), mereka akan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi di dalam kerajaan Surga. Bahkan Yesus membuat standar yang tinggi terhadap pelaksanaan Hukum Taurat ini, yaitu standar hidup yang harus lebih benar daripada apa yang dilakukan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi (ay. 20).

Namun demikian, kita  juga harus paham bahwa Hukum Taurat itu tidak membawa kepada keselamatan. Namun demikian, Yesus ingin agar orang-orang percaya (yang hidup di masa Perjanjian Baru) juga melakukan Hukum Taurat dengan level yang lebih tinggi lagi. Hukum Taurat yang diberikan kepada orang Israel pada masa Perjanjian Lama, adalah Hukum Taurat yang lebih bersifat lahiriah semata. Artinya Hukum Taurat di Perjanjian Lama melarang orang Israel melakukan apa yang tidak benar, dan mewajibkan orang Israel melakukan apa yang benar. Kata kunci Hukum Taurat di Perjanjian Lama adalah “Melakukan” atau “Perbuatan”.

Akan tetapi, dalam Perjanjian Baru, Yesus memformulasikan ulang Hukum Taurat dan membawanya ke level atau tingkatan yang lebih tinggi lagi. Yesus tidak ingin manusia hanya melihat Hukum Taurat dari sisi perbuatan saja, tetapi Yesus ingin agar manusia melakukan Hukum Taurat mulai dari hati. Salah satu contoh yang kita dapat lihat adalah dari Hukum Taurat yang mengatakan “Jangan berzinah” (ay. 27). Hukum tersebut sebelumnya telah ada di Perjanjian Lama, yaitu tepatnya di Keluaran 20:14. Namun demikian kebanyakan orang Israel pada waktu itu berpikir bahwa yang namanya berzinah adalah ketika mereka melakukan hubungan seksual dengan orang yang bukan suami/isterinya.

Yesus tidak mau Hukum Taurat hanya sampai pada level “Perbuatan” atau “Tindakan”. Oleh karena itu Yesus berkata bahwa jika seseorang (pria) memandang perempuan (yang bukan isterinya) dan mengingininya, maka itu sudah termasuk perzinahan, yaitu berzinah di dalam  hatinya (ay. 28). Ini merupakan formulasi ulang Hukum Taurat yang dilakukan oleh Yesus. Yesus tidak membatalkan Hukum Taurat yang berkata “Jangan berzinah”, tetapi justru menyempurnakannya. Di zaman Perjanjian Baru ini, Tuhan ingin agar kita memiliki sudut pandang yang sama dengan sudut pandang Tuhan. Tuhan ingin kita taat perintah Tuhan mulai dari hati, tidak hanya sekedar perbuatan. Tuhan ingin merombak pola pikir kita dan mengubah hati kita, sehingga hati dan pikiran kita memiliki pandangan yang sama dengan Tuhan. Kita tidak melanggar perintah Tuhan sejak dari dalam hati kita, dan kita melakukan kehendak Tuhan dengan dorongan yang keluar dari hati kita (sebagai contoh: tidak hanya melakukan pelayanan secara fisik, tetapi hatinya hampa).

Ini merupakan kebenaran yang luar biasa. Tuhan ingin kita, orang-orang yang hidup di Perjanjian Baru, memiliki level yang lebih tinggi dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh orang-orang di masa Perjanjian Lama. Perjanjian antara Tuhan dan manusia diperbaharui lagi melalui Yesus Kristus. Oleh karena itu, jangan sia-siakan kesempatan ini. Usahakanlah untuk hidup benar di hadapan Tuhan, mulai dari hati dan pikiran yang bersih dari dalam diri kita sendiri, dan nantinya akan tercermin dalam perkataan maupun perbuatan kita setiap harinya.


Bacaan Alkitab: Matius 5:17-20, 27-28
5:17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
5:19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
5:27 Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.
5:28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.