Senin, 31 Juli 2017
Bacaan
Alkitab: Galatia 5:1-5
Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita.
Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. (Gal
5:1)
Makna Kemerdekaan yang Sesungguhnya
Beberapa saat lagi kita akan masuk ke dalam
bulan Agustus, dimana kita akan merayakan hari kemerdekaan negara kita yang
jatuh setiap tanggal 17 Agustus. Berbicara tentang kemerdekaan, di bulan
Agustus akan banyak gereja dan pendeta yang berkhotbah mengenai kemerdekaan.
Salah satu ayat Alkitab yang sering digunakan di bulan Agustus ini adalah Galatia
5:1 sebagaimana yang terdapat dalam bagian bacaan Alkitab kita pada hari ini.
Ayat tersebut sangat indah dan sering
dikutip, yaitu: “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah
memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan
kuk perhambaan” (ay. 1). Sekilas membaca ayat tersebut, banyak orang Kristen
berpendapat bahwa Kristus telah memerdekakan kita (seperti Indonesia merdeka
dari penjajah) sehingga kita sudah merdeka secara total. Akibatnya, banyak
orang Kristen yang merasa sudah merdeka dan tidak berjuang secara proporsional.
Hal ini yang merusak iman sebagian orang Kristen karena mereka tidak
sungguh-sungguh mengerti maksud ayat ini.
Ayat 1 dalam bahasa aslinya berbunyi
demikian: Τῇ ἐλευθερίᾳ ἡμᾶς Χριστὸς ἠλευθέρωσεν
στήκετε οὖν καὶ μὴ πάλιν ζυγῷ δουλείας ἐνέχεσθε atau Tē eleutheria hēmas Christos ēleutherōsen stēkete oun kai mē palin zygō douleias enechesthe. Di
dalam ayat tersebut ada 2 kata yang mirip yaitu eleutheria (merdeka) dan ēleutherōsen
(memerdekakan). Kata eleutheria
sendiri merupakan kata benda yang dapat berarti liberty/freedom
(kemerdekaan/kebebasan). Jadi Tuhan ingin kita supaya merdeka atau bebas. Oleh
karena itulah Kristus memerdekakan (ēleutherōsen)
kita. Kata ēleutherōsen sendiri
adalah kata kerja dengan jenis verb
aorist indicative active 3rd person singular.
Secara singkat definisi aorist adalah untuk menyatakan bahwa
sesuatu hal pernah terjadi atau pernah dilakukan. Tidak menyatakan
terus-menerus atau berulang kali, melainkan perbuatan pada satu titik waktu (punctiliar). Karena itu kata kerja ini
tidak berpatokan pada waktu lampau, sekarang atau depan. Adapun nuansa makna
yang dapat dinyatakan oleh fungsi aorist
adalah yang terpenting adalah tindakan dilihat sebagai suatu keseluruhan, bukan
lamanya tindakan. Oleh karena itu definisi memerdekakan dapat dilihat bahwa
Tuhan Yesus Kristus sudah memerdekakan kita ketika Ia mati dan bangkit bagi
kita.
Namun demikian, Kristus memerdekakan
kita supaya kita sungguh-sungguh merdeka. Jadi memang benar Kristus sudah
memerdekakan kita, tetapi adalah bagian kita untuk kita menjadi sungguh-sungguh
merdeka. Ibarat kemerdekaan negara kita, dahulu per tanggal 17 Agustus 1945
kita sudah memproklamirkan kemerdekaan kita. Tetapi apakah saat ini negara kita
benar-benar merdeka? Di situ bagian kita untuk mempertahankan dan
memperjuangkan kemerdekaan kita. Indonesia tetap merdeka karena ada orang-orang
yang berjuang merebut kemerdekaan dan bagian kita yaitu berjuang mengisi dan
mempertahankan kemerdekaan tersebut.
Pada masa itu, jemaat mula-mula
mengalami perdebatan di antaranya mengenai apakah jemaat non-Yahudi harus tetap
mengikuti hukum Taurat atau tidak. Sementara itu Jemaat dari latar belakang Yahudi
tentu sudah terbiasa mengikuti hukum Taurat sejak kecil, dan perbedaan
pandangan antara kedua kelompok tersebut semakin meruncing misalnya terkait
dengan apakah orang Kristen harus disunat atau tidak (ay. 2). Perbedaan ini
yang dikatakan oleh Paulus sebagai kuk perhambaan (ay. 1b). Jadi sebagai orang
percaya kita telah dimerdekakan dari segala aturan hukum Taurat. Kita tidak
lagi diperhamba oleh hukum Taurat,
tetapi kita harus menjadi hamba Tuhan. Artinya Tuhan harus menjadi satu-satunya
hukum dalam diri kita (The Lord is my law).
Dalam hal ini setiap orang percaya harus menguji apakah tindakannya,
perkataannya, maupun pikirannya sudah sesuai dengan kehendak Tuhan atau belum.
Kehidupan orang percaya jauh lebih tinggi
standarnya daripada sekedar melakukan hukum (dalam hal ini hukum Taurat).
Standar hidup orang percaya adalah melakukan kehendak Bapa di surga. Oleh
karena itu jika orang percaya masih berdebat soal hukum Taurat seperti sunat
(yang dialami jemaat mula-mula), maka Paulus dengan tegas mengatakan bahwa
mereka masih belum merdeka. Sunat (secara lahiriah) adalah tuntutan hukum
Taurat. Jika di dalam jemaat Galatia pada masa itu ada orang yang menyunatkan
dirinya karena ia takut terhadap tuntutan hukum Taurat, maka ia pun wajib
melakukan seluruh hukum Taurat (ay. 3). Tentu ayat ini juga masih relevan bagi
kita yang hidup di masa kini. Tidak ada salahnya menyunatkan diri sendiri atau
menyunatkan anak selama hal itu kita lakukan demi alasan kesehatan. Tetapi jika
kita disunat karena alasan bahwa hal itu ada tertulis di dalam Alkitab (Perjanjian
Lama yaitu hukum Taurat), maka kita sama dengan mereka yang belum merdeka. Kita
belum sungguh-sungguh menjadi hamba Tuhan karena kita masih menjadi hamba hukum
Taurat.
Mereka yang masih berjuang untuk hidup
menurut hukum Taurat, maka mereka belum menjadi hamba Kristus. Mereka adalah
orang-orang yang masih belum merdeka (dari hukum Taurat), dan sesungguhnya
mereka sedang “terlepas” dari Kristus jika mereka mengharapkan kebenaran oleh
karena melakukan hukum Taurat (ay. 4). Alkitab juga menjelaskan bahwa oleh Roh
dan karena iman kita menantikan kebenaran yang kita harapkan (ay. 5). Kebenaran
apakah yang kita harapkan? Satu-satunya pengharapan kita sebagai orang percaya
seharusnya adalah langit yang baru dan bumi yang baru. Itulah pengharapan kita
yang hakiki karena disanalah terdapat kebenaran (2 Ptr 3:13).
Jadi mari kita uji diri kita
masing-masing, apakah kita sudah sungguh-sungguh merdeka atau belum. Kemerdekaan
kita yang sejati hanya ada di dalam Kristus. Maksudnya adalah Kristus telah
memerdekakan kita sehingga kita menjadi hamba-Nya, yaitu hidup seperti diri-Nya
yang melakukan kehendak Allah dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh 4:34).
Kemerdekaan di dalam Kristus bukanlah kemerdekaan yang “liar”, yang membuat
kita hidup suka-suka kita sendiri. Kemerdekaan di dalam Kristus adalah
kemerdekaan yang mengembalikan kita sesuai rancangan Allah semula, yang membuat
kita mampu menjadi anak-anak Allah yang sah, yaitu mereka yang mau hidup melakukan
kehendak-Nya dan dipimpin oleh Roh Allah (Rm 8:14).
Bacaan
Alkitab: Galatia 5:1-5
5:1 Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita.
Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
5:2 Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan
dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.
5:3 Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya,
bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
5:4 Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum
Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.
5:5 Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita
harapkan.