Senin, 24 Juli 2017

Iblis Gemetar?



Senin, 24 Juli 2017
Bacaan Alkitab: Yakobus 2:18-23
Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. (Yak 2:19)


Iblis Gemetar?

Pada ibadah hari Minggu kemarin di gereja saya, dinyanyikan sebuah lagu yang kira-kira liriknya seperti ini:
“Bangkit, serukan nama Yesus
Maju, nyatakan kuasa-Nya
Kita buat iblis gemetar
Kalahkan tipu dayanya
Dalam kuasa nama-Nya”

Saya sendiri sudah mengenal lagu rohani ini cukup lama. Saya juga selama ini merasa bahwa lagu ini adalah lagu yang bagus, dengan tempo dan irama yang cepat sehingga cocok digunakan untuk ibadah khususnya di gereja aliran pentakosta/karismatik. 

Namun setelah saya mulai belajar kebenaran, saya mulai terusik dengan salah satu kalimat yang ada di lagu tersebut, yaitu ketika kita bangkit dan maju untuk membuat iblis gemetar. Apakah iblis bisa gemetar ketika mendengar kita bernyanyi? Untuk menjawab hal tersebut, saya mencoba mencari ayat yang menyatakan bahwa iblis gemetar dan tidak menemukan ayat yang dimaksud. Namun saya merasa bahwa pencipta lagu ini mungkin mendasarkan kalimat tersebut dari ayat Yakobus 2:19, yang berbunyi demikian: “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar” (ay. 19).

Dalam bahasa aslinya ayat tersebut berbunyi “σὺ πιστεύεις ὅτι εἷς ἐστιν ὁ Θεός; καλῶς ποιεῖς· καὶ τὰ δαιμόνια πιστεύουσιν καὶ φρίσσουσιν” atau “sy pisteueis hoti heis estin ho Theos kalōs poieis kai ta daimonia pisteuousin kai phrissousin”. Dalam hal ini saya ingin menekankan bahwa ada kata “δαιμόνια” atau “daimonia” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai “setan-setan”. Dalam hal ini ada ketidakkonsistenan penerjemahan istilah “setan”, “iblis”, dan “roh-roh jahat” dalam Alkitab terjemahan bahasa Indonesia. Mayoritas orang Kristen berpendapat bahwa ketiga nama tersebut adalah sama. Padahal iblis (διάβολος atau diabolos) dan setan (Σατανᾶς atau satanas) adalah nama yang merujuk kepada Lucifer sebagai pribadi. Iblis inilah yang berani datang dan mencobai Tuhan Yesus (Mat 4:1-11). Sementara itu daimonia lebih tepat diterjemahkan sebagai roh-roh jahat (evil spirit) yaitu para malaikat yang ikut memberontak kepada Allah dan dibuang ke bumi bersama-sama dengan Lucifer. Para malaikat ini juga dikenal sebagai fallen angels

Jadi iblis atau setan adalah pribadi tunggal yang merujuk kepada Lucifer, sedangkan daimonia adalah roh-roh jahat yang bisa masuk ke dalam tubuh seseorang dan menyebabkan penyakit. Roh-roh jahat inilah yang diusir oleh Tuhan Yesus dan juga para murid dalam pelayanan mereka. Namun demikian, Lucifer tidaklah serendah itu. Lucifer saja berani memberontak terhadap pemerintahan Allah Bapa dan berani mencobai Tuhan Yesus (berhadapan muka-dengan muka). Apakah iya, iblis akan begitu saja gemetar tanpa sebab? Apalagi jika kita membaca ayat 19, seakan-akan bahwa hanya dengan tahu bahwa ada satu Allah (yaitu Allah yang benar), maka setan pun sudah gemetar. Hal ini tentu saja tidak konsisten dengan penggambaran iblis/setan dalam ayat-ayat lain, sehingga ayat 19 harus diterjemahkan menjadi: “tetapi roh-roh jahat pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar”.

Namun jika kita melihat konteks ayat tersebut dengan lebih luas, maka sebenarnya Yakobus sedang membicarakan tentang iman yang benar. Pada waktu itu, terdapat pandangan jemaat yang bermacam-macam, bahkan ada perdebatan mengenai mana yang lebih penting: iman atau perbuatan. Oleh karena itu Yakobus menekankan bahwa iman dan perbuatan tidak dapat dipisahkan melainkan merupakan sebuah kesatuan (ay. 18). Lebih lanjut lagi Yakobus menekankan bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong atau bukan iman yang benar (ay. 20). 

Jadi iman tidak hanya bisa dipandang sebagai suatu sikap percaya dalam pikiran/akal semata, melainkan harus sampai bisa dinyatakan melalui perbuatan-perbuatan kita (ay. 22). Sama seperti Abraham yang disebutkan sebagai “Bapa orang beriman” dan “Sahabat Allah”, hal tersebut disebabkan karena Abraham menunjukkan imannya kepada Tuhan dengan ketaatan melakukan perintah-Nya. Bahkan ketika Tuhan meminta Abraham mempersembahkan Ishak, Abraham tidak ragu sedikitpun dan tetap taat kepada perintah Tuhan tersebut (ay. 21). Sikap percaya Abraham bukan saja percaya dalam pikiran tanpa perbuatan, tetapi sikap percaya hingga melakukan kehendak Allah. Itulah kebenaran yang diperhitungkan Allah kepada Abraham (ay. 23). 

Jadi jika iman hanya dianggap sebagai percaya terhadap keberadaan Allah saja, maka itu bukanlah iman yang sesungguhnya. Jika ada manusia yang memiliki iman seperti itu maka itu sama saja dengan “iman” roh-roh jahat (daimonia) yang juga percaya dan gemetar terhadap keberadaan Allah. Jadi hubungan antara gemetarnya roh-roh jahat itu tidak terkait sama sekali dengan nyanyian kita yang bersorak-sorai. Setiap orang percaya dapat mengusir roh-roh jahat di dalam nama Tuhan Yesus. Namun demikian, bukan itu kebanggaan kita. Jangan kita bersukacita ketika roh-roh jahat takluk kepada kita, tetapi bersukacitalah karena nama kita ada terdaftar di surga (Luk 10:20). Berjuanglah untuk memiliki iman yang benar, yaitu ukuran iman yang akan dicari oleh Tuhan Yesus ketika suatu saat nanti Ia akan datang kembali (Luk 18:8).



Bacaan Alkitab: Yakobus 2:18-23
2:18 Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."
2:19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
2:20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
2:21 Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?
2:22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.
2:23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.