Jumat, 07 Juli 2017

Menghadapi Pertanyaan yang Menjebak


Sabtu, 8 Juli 2017
Bacaan Alkitab: Yohanes 8:1-11
Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. (Yoh 8:6)


Menghadapi Pertanyaan yang Menjebak


Sejak saya masih kecil, saya sudah cukup sering membaca kisah mengenai perempuan yang berzinah di dalam Injil Yohanes pasal 8 ini. Namun demikian ketika beberapa hari lalu membaca lagi perikop ini, saya mulai dibukakan Tuhan mengenai kebenaran yang ada di dalam kisah ini, dan itulah yang akan saya bagikan dalam renungan hari ini.

Alkitab menulis bahwa Tuhan Yesus pergi ke bukit Zaitun (pada malam harinya), dan pada pagi-pagi benar Ia sudah berada lagi di Bait Allah (ay. 1-2a). Saya tidak tahu mengapa Tuhan Yesus tidak menginap saja di Bait Allah, tetapi kita bisa melihat dedikasi Tuhan Yesus untuk sudah berada di Bait Allah pada waktu pagi-pagi benar. Saat itu banyak rakyat yang datang kepada Tuhan Yesus untuk diajar oleh-Nya (ay. 2).

Para ahli Taurat dan orang Farisi tentu paham dengan kebiasaan Tuhan Yesus setiap harinya. Mereka pasti mengamat-amati apa yang dilakukan Tuhan Yesus supaya mereka dapat menyalahkannya dari perkataan yang Ia ucapkan. Adalah suatu kebanggaan jika mereka dapat menjerat Tuhan Yesus di hadapan orang banyak yang sedang diajar oleh-Nya. Oleh karena itu, mereka membawa seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah (ay. 3).

Perlu dipahami bahwa pada masa itu, bangsa Yahudi sedang dijajah oleh bangsa Romawi. Sebenarnya, bangsa Yahudi memiliki Hukum Taurat yang lengkap, yang memuat aturan-aturan ibadah kepada Tuhan (Yahweh) dan juga aturan hidup bermasyarakat kepada sesama manusia. Dahulu, ketika bangsa Yahudi merdeka, mereka dapat dengan mudah melakukan seluruh hukum Taurat dengan bebas. Namun ketika mereka ditaklukkan dan dijajah oleh bangsa Romawi, maka mereka pun tidak bisa sesukanya menerapkan hukum Taurat khususnya dalam aturan-aturan bermasyarakat (misalnya: anak yang mengutuki orang tuanya akan langsung dihukum mati, atau orang yang memukul orang lain hingga buta maka berlaku prinsip “mata ganti mata”). Aturan-aturan bermasyarakat sesuai Hukum Taurat ini tidak bisa diterapkan secara total saat itu karena bangsa Romawi juga sudah memiliki hukum dan aturan-aturan mereka sendiri, yang mau tidak mau harus diterapkan di seluruh wilayah Romawi termasuk di Palestina (Yerusalem). Terkait aturan mengenai perzinahan, kemungkinan besar pada waktu itu bangsa Romawi cukup “toleran” mengenai perzinahan karena kehidupan seksual di bangsa Romawi cukup bejat, sehingga perzinahan sangat mungkin tidak bisa dianggap sebagai suatu kejahatan yang pantas menerima hukuman mati oleh bangsa Romawi.

Sehingga dapat dilihat bahwa apa yang dilakukan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi adalah upaya untuk menjebak Yesus, karena mereka seakan-akan menggiring bahwa perempuan tersebut telah tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah dan Hukum Taurat memerintahkan mereka (bangsa Yahudi) untuk melempari perempuan seperti itu (ay. 4-5a). Jadi mereka pun bertanya kepada Tuhan Yesus: “Apa pendapat Tuhan tentang hal itu?” (ay. 5b). Jelas bahwa para ahli Taurat dan orang Farisi sedang berusaha untuk menjebak Tuhan Yesus di hadapan orang banyak. Mereka berpikir jika Tuhan menjawab: “Ayo lempari”, maka pasukan Romawi pasti langsung menangkap Tuhan Yesus karena Ia dianggap menentang hukum Romawi. Sebaliknya jika Tuhan menjawab: “Jangan lempari”, maka Ia akan dianggap sebagai penentang agama Yahudi dan dianggap pro penjajah Romawi.

Para ahli Taurat dan orang Farisi menganggap pertanyaan mereka tersebut sudah sangat cerdik dan licik sehingga pasti membuat Tuhan Yesus dapat dipersalahkan dari ucapan-Nya (ay. 6a). Tetapi Alkitab menulis bahwa Tuhan Yesus kemudian membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah (ay. 6b). Kita tidak tahu apa yang Ia tulis di tanah, tetapi ketika para ahli Taurat dan orang Farisi terus-menerus bertanya kepada-Nya dan membuat suasana semakin panas, sementara orang banyak yang tadinya sedang mendengar ajaran Tuhan Yesus kini dibuat menunggu jawaban Tuhan Yesus terhadap pertanyaan para ahli Taurat dan orang Farisi. Bisa dibayangkan, kondisi saat itu cukup menegangkan, terlebih bagi perempuan yang tertangkap basah tersebut. Perempuan tersebut bisa segera mati dilempari batu jika Tuhan Yesus berkata “Ayo lempari”. Ia juga belum tentu selamat jika Tuhan berkata “Jangan lempari”, karena bisa saja nanti setelah Tuhan Yesus ditangkap oleh pasukan Romawi, ia juga akan menerima hukuman dari para ahli Taurat dan orang Farisi. Ingat bahwa walaupun hukum Romawi cukup ketat, namun Stefanus saja bisa tetap mati dirajam (dilempari batu) oleh orang-orang Yahudi tanpa ada pasukan Romawi yang menghentikannya.

Oleh karena itu, menarik melihat jawaban Tuhan Yesus yang sangat bijaksana: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (ay. 7), dan setelah berkata itu, Tuhan Yesus kembali membungkuk dan menulis di tanah (ay. 8). Jawaban tersebut membuat Tuhan Yesus tidak menganulir Hukum Taurat, tetapi juga tidak secara langsung menyuruh mereka melempari perempuan tersebut. Artinya Hukum Taurat (melempari orang yang berzinah) boleh dilakukan asal yang melempari adalah mereka yang sudah melakukan 100% Hukum Taurat dengan sempurna. Perkataan Tuhan Yesus ini semacam tamparan yang membuat para ahli Taurat dan orang Farisi harus bercermin, apakah mereka sudah melakukan Hukum Taurat dengan sempurna. Jika mereka saja masih “bolong-bolong” melakukan Hukum Taurat, maka ketika mereka ingin merajam perempuan yang berzinah, maka mereka pun juga harus siap menerima hukuman atas “kelalaian” mereka melakukan Hukum Taurat dengan sempurna. Sangat mungkin para ahli Taurat dan orang Farisi tersebut menjadi malu di depan orang banyak yang sedang mendengarkan ajaran Tuhan Yesus. Jika sampai ada dari para ahli Taurat dan orang Farisi yang mulai melemparkan batu, pastilah seluruh orang banyak itu akan melihat hidup orang yang melempar batu tersebut, apakah sudah sempurna melakukan hukum Taurat atau belum.

Alkitab mencatat bahwa setelah ucapan Tuhan Yesus tersebut, maka satu per satu para ahli Taurat dan orang Farisi yang membawa perempuan tersebut berangsur-angsur mundur, mulai dari yang tertua, hingga akhirnya perempuan tersebut hanya seorang diri (ay. 9). Lalu Tuhan Yesus berdiri dan berkata kepada perempuan tersebut: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" (ay. 10).  Perempuan tersebut menjawab (mungkin dengan nada gemetar dan masih disertai ketakutan): "Tidak ada, Tuhan." (ay. 11a).

Tuhan bisa saja “hanya” menyuruh perempuan tersebut pulang karena Ia juga tidak menghukum mati perempuan tersebut. Tetapi Tuhan ingin agar perempuan tersebut juga mengalami pertobatan, sehingga ucapan Tuhan Yesus adalah: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." (ay. 11b). Di sini Tuhan Yesus memberikan teladan bahwa sebagai pemimpin tidak hanya dilakukan dengan mengajarkan Teologi, atau berjuang menegakkan hukum dan syariat sesuai Kitab Suci semata. Tuhan Yesus menunjukkan bahwa yang lebih penting lagi adalah pertobatan dari mereka yang berdosa. Tuhan ingin agar sebanyak-banyaknya manusia dapat diselamatkan, sehingga Tuhan Yesus pun mengampuni perempuan yang berzinah tersebut, dan memberikannya pesan pertobatan. Seharusnya perempuan tersebut benar-benar bertobat dari dosanya. Jika tidak, maka ia telah menyia-nyiakan anugerah Allah yang besar atas dirinya.

Hari ini kita belajar bagaimana menghadapi pertanyaan yang menjebak. Salah satu prinsipnya adalah kita harus mengerti kehendak Tuhan dan jangan terburu-buru dengan perkataan lidah kita. Kita harus dapat membaca ke mana arah pertanyaan tersebut supaya jangan kita dipersalahkan karena ucapan kita. Mintalah hikmat dari Roh Kudus supaya jawaban kita bisa menjadi jawaban yang bijaksana dan justru membawa pertobatan bagi orang lain.





Bacaan Alkitab: Yohanes 8:1-11
8:1 tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun.
8:2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
8:3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
8:4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
8:5 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
8:6 Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
8:7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
8:8 Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
8:9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
8:11 Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.