Sabtu, 8 Juli 2017
Bacaan
Alkitab: Yohanes 8:1-11
Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh
sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan
jari-Nya di tanah. (Yoh 8:6)
Menghadapi Pertanyaan yang Menjebak
Sejak saya masih kecil, saya sudah
cukup sering membaca kisah mengenai perempuan yang berzinah di dalam Injil
Yohanes pasal 8 ini. Namun demikian ketika beberapa hari lalu membaca lagi
perikop ini, saya mulai dibukakan Tuhan mengenai kebenaran yang ada di dalam
kisah ini, dan itulah yang akan saya bagikan dalam renungan hari ini.
Alkitab menulis bahwa Tuhan Yesus pergi
ke bukit Zaitun (pada malam harinya), dan pada pagi-pagi benar Ia sudah berada
lagi di Bait Allah (ay. 1-2a). Saya tidak tahu mengapa Tuhan Yesus tidak
menginap saja di Bait Allah, tetapi kita bisa melihat dedikasi Tuhan Yesus
untuk sudah berada di Bait Allah pada waktu pagi-pagi benar. Saat itu banyak
rakyat yang datang kepada Tuhan Yesus untuk diajar oleh-Nya (ay. 2).
Para ahli Taurat dan orang Farisi tentu
paham dengan kebiasaan Tuhan Yesus setiap harinya. Mereka pasti mengamat-amati
apa yang dilakukan Tuhan Yesus supaya mereka dapat menyalahkannya dari
perkataan yang Ia ucapkan. Adalah suatu kebanggaan jika mereka dapat menjerat
Tuhan Yesus di hadapan orang banyak yang sedang diajar oleh-Nya. Oleh karena
itu, mereka membawa seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah (ay. 3).
Perlu dipahami bahwa pada masa itu,
bangsa Yahudi sedang dijajah oleh bangsa Romawi. Sebenarnya, bangsa Yahudi
memiliki Hukum Taurat yang lengkap, yang memuat aturan-aturan ibadah kepada Tuhan
(Yahweh) dan juga aturan hidup bermasyarakat kepada sesama manusia. Dahulu,
ketika bangsa Yahudi merdeka, mereka dapat dengan mudah melakukan seluruh hukum
Taurat dengan bebas. Namun ketika mereka ditaklukkan dan dijajah oleh bangsa Romawi,
maka mereka pun tidak bisa sesukanya menerapkan hukum Taurat khususnya dalam
aturan-aturan bermasyarakat (misalnya: anak yang mengutuki orang tuanya akan
langsung dihukum mati, atau orang yang memukul orang lain hingga buta maka
berlaku prinsip “mata ganti mata”). Aturan-aturan bermasyarakat sesuai Hukum
Taurat ini tidak bisa diterapkan secara total saat itu karena bangsa Romawi
juga sudah memiliki hukum dan aturan-aturan mereka sendiri, yang mau tidak mau
harus diterapkan di seluruh wilayah Romawi termasuk di Palestina (Yerusalem).
Terkait aturan mengenai perzinahan, kemungkinan besar pada waktu itu bangsa
Romawi cukup “toleran” mengenai perzinahan karena kehidupan seksual di bangsa
Romawi cukup bejat, sehingga perzinahan sangat mungkin tidak bisa dianggap sebagai
suatu kejahatan yang pantas menerima hukuman mati oleh bangsa Romawi.
Sehingga dapat dilihat bahwa apa yang
dilakukan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi adalah upaya untuk menjebak
Yesus, karena mereka seakan-akan menggiring bahwa perempuan tersebut telah
tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah dan Hukum Taurat memerintahkan
mereka (bangsa Yahudi) untuk melempari perempuan seperti itu (ay. 4-5a). Jadi
mereka pun bertanya kepada Tuhan Yesus: “Apa pendapat Tuhan tentang hal itu?”
(ay. 5b). Jelas bahwa para ahli Taurat dan orang Farisi sedang berusaha untuk
menjebak Tuhan Yesus di hadapan orang banyak. Mereka berpikir jika Tuhan
menjawab: “Ayo lempari”, maka pasukan Romawi pasti langsung menangkap Tuhan Yesus
karena Ia dianggap menentang hukum Romawi. Sebaliknya jika Tuhan menjawab: “Jangan
lempari”, maka Ia akan dianggap sebagai penentang agama Yahudi dan dianggap pro
penjajah Romawi.
Para ahli Taurat dan orang Farisi
menganggap pertanyaan mereka tersebut sudah sangat cerdik dan licik sehingga pasti
membuat Tuhan Yesus dapat dipersalahkan dari ucapan-Nya (ay. 6a). Tetapi
Alkitab menulis bahwa Tuhan Yesus kemudian membungkuk lalu menulis dengan
jari-Nya di tanah (ay. 6b). Kita tidak tahu apa yang Ia tulis di tanah, tetapi
ketika para ahli Taurat dan orang Farisi terus-menerus bertanya kepada-Nya dan
membuat suasana semakin panas, sementara orang banyak yang tadinya sedang mendengar
ajaran Tuhan Yesus kini dibuat menunggu jawaban Tuhan Yesus terhadap pertanyaan
para ahli Taurat dan orang Farisi. Bisa dibayangkan, kondisi saat itu cukup menegangkan,
terlebih bagi perempuan yang tertangkap basah tersebut. Perempuan tersebut bisa
segera mati dilempari batu jika Tuhan Yesus berkata “Ayo lempari”. Ia juga
belum tentu selamat jika Tuhan berkata “Jangan lempari”, karena bisa saja nanti
setelah Tuhan Yesus ditangkap oleh pasukan Romawi, ia juga akan menerima
hukuman dari para ahli Taurat dan orang Farisi. Ingat bahwa walaupun hukum
Romawi cukup ketat, namun Stefanus saja bisa tetap mati dirajam (dilempari batu)
oleh orang-orang Yahudi tanpa ada pasukan Romawi yang menghentikannya.
Oleh karena itu, menarik melihat
jawaban Tuhan Yesus yang sangat bijaksana: "Barangsiapa di antara kamu
tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan
itu." (ay. 7), dan setelah berkata itu, Tuhan Yesus kembali membungkuk dan
menulis di tanah (ay. 8). Jawaban tersebut membuat Tuhan Yesus tidak menganulir
Hukum Taurat, tetapi juga tidak secara langsung menyuruh mereka melempari
perempuan tersebut. Artinya Hukum Taurat (melempari orang yang berzinah) boleh
dilakukan asal yang melempari adalah mereka yang sudah melakukan 100% Hukum Taurat
dengan sempurna. Perkataan Tuhan Yesus ini semacam tamparan yang membuat para
ahli Taurat dan orang Farisi harus bercermin, apakah mereka sudah melakukan Hukum
Taurat dengan sempurna. Jika mereka saja masih “bolong-bolong” melakukan Hukum
Taurat, maka ketika mereka ingin merajam perempuan yang berzinah, maka mereka
pun juga harus siap menerima hukuman atas “kelalaian” mereka melakukan Hukum
Taurat dengan sempurna. Sangat mungkin para ahli Taurat dan orang Farisi
tersebut menjadi malu di depan orang banyak yang sedang mendengarkan ajaran
Tuhan Yesus. Jika sampai ada dari para ahli Taurat dan orang Farisi yang mulai
melemparkan batu, pastilah seluruh orang banyak itu akan melihat hidup orang
yang melempar batu tersebut, apakah sudah sempurna melakukan hukum Taurat atau
belum.
Alkitab mencatat bahwa setelah ucapan
Tuhan Yesus tersebut, maka satu per satu para ahli Taurat dan orang Farisi yang
membawa perempuan tersebut berangsur-angsur mundur, mulai dari yang tertua,
hingga akhirnya perempuan tersebut hanya seorang diri (ay. 9). Lalu Tuhan Yesus
berdiri dan berkata kepada perempuan tersebut: "Hai perempuan, di manakah
mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" (ay. 10). Perempuan tersebut menjawab (mungkin dengan
nada gemetar dan masih disertai ketakutan): "Tidak ada, Tuhan." (ay.
11a).
Tuhan bisa saja “hanya” menyuruh
perempuan tersebut pulang karena Ia juga tidak menghukum mati perempuan
tersebut. Tetapi Tuhan ingin agar perempuan tersebut juga mengalami pertobatan,
sehingga ucapan Tuhan Yesus adalah: "Aku pun tidak menghukum engkau.
Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." (ay. 11b). Di
sini Tuhan Yesus memberikan teladan bahwa sebagai pemimpin tidak hanya dilakukan
dengan mengajarkan Teologi, atau berjuang menegakkan hukum dan syariat sesuai
Kitab Suci semata. Tuhan Yesus menunjukkan bahwa yang lebih penting lagi adalah
pertobatan dari mereka yang berdosa. Tuhan ingin agar sebanyak-banyaknya
manusia dapat diselamatkan, sehingga Tuhan Yesus pun mengampuni perempuan yang berzinah
tersebut, dan memberikannya pesan pertobatan. Seharusnya perempuan tersebut
benar-benar bertobat dari dosanya. Jika tidak, maka ia telah menyia-nyiakan
anugerah Allah yang besar atas dirinya.
Hari ini kita belajar bagaimana
menghadapi pertanyaan yang menjebak. Salah satu prinsipnya adalah kita harus
mengerti kehendak Tuhan dan jangan terburu-buru dengan perkataan lidah kita.
Kita harus dapat membaca ke mana arah pertanyaan tersebut supaya jangan kita
dipersalahkan karena ucapan kita. Mintalah hikmat dari Roh Kudus supaya jawaban
kita bisa menjadi jawaban yang bijaksana dan justru membawa pertobatan bagi
orang lain.
Bacaan
Alkitab: Yohanes 8:1-11
8:1 tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun.
8:2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang
kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
8:3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang
perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
8:4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada
Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat
zinah.
8:5 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari
perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
8:6 Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh
sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan
jari-Nya di tanah.
8:7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit
berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak
berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
8:8 Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
8:9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang
demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri
dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan,
di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
8:11 Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun
tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari
sekarang."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.