Rabu, 12 Juli 2017

Pesan kepada Ketujuh Jemaat di Kitab Wahyu: (6) Siapa Bertelinga, Hendaklah Ia Mendengarkan



Jumat, 14 Juli 2017
Bacaan Alkitab: Wahyu 2:7
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat... (Why 2:7a)


Pesan kepada Ketujuh Jemaat di Kitab Wahyu: (6) Siapa Bertelinga, Hendaklah Ia Mendengarkan


Dalam pesan Tuhan kepada ketujuh jemaat, terdapat kalimat ini di ketujuh jemaat tersebut: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat” (ay. 7). Pada 3 jemaat pertama (Efesus, Smirna, Pergamus), kalimat ini muncul sebelum ucapan “Barangsiapa menang, dst...”. Sementara untuk 4 jemaat berikutnya (Tiatira, Sardis, Filadelfia, Laodikia), kalimat ini muncul di akhir pesan.

Saya sendiri belum sempat mendalami apakah perbedaan lokasi penulisan kalimat ini memiliki arti khusus atau tidak. Namun demikian, ada hal penting yang Tuhan ingin sampaikan kepada jemaat-Nya yaitu agar mereka mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat. Kalimat tersebut menggunakan kata “jemaat-jemaat”. Artinya, orang Kristen tidak bisa hanya mencoba mencari-cari jenis jemaat manakah dia dari 7 jemaat yang disebutkan, lalu hanya memperhatikan pesan kepada 1 buah jemaat saja. Itu salah besar. Kita harus memperhatikan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat termasuk apa yang disampaikan kepada ketujuh jemaat.

Lebih luas lagi, kita harus belajar apa yang dikatakan Roh melalui Firman-Nya. Sebagai umat Perjanjian Baru kita harus belajar Perjanjian Baru lebih banyak daripada Perjanjian Lama. Hal ini sangat penting karena Perjanjian Lama sebenarnya adalah kitab dari agama Yahudi. Jika kita lebih banyak mengisi pikiran dan pemahaman kita dari ayat-ayat Perjanjian Lama tanpa belajar dari Perjanjian Baru secara memadai, maka lambat laun kita hanya akan sama seperti para ahli Taurat yang tidak bisa menerima kebenaran yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.

Masing-masing kita diberi telinga oleh Tuhan. Telinga tersebut harus kita gunakan untuk mendengar suara Tuhan dengan cermat. Kita harus mulai selektif untuk memilih hal-hal apa saja yang akan kita dengar dan yang akan mengisi hati serta pikiran kita. Ibarat seseorang yang sejak kecil terbiasa makan makanan yang tidak sehat seperti junk food, maka jika hal ini dibiarkan saja selama bertahun-tahun, ia tidak akan sanggup lagi untuk makan makanan sehat seperti lalapan. Demikian pula dengan jiwa kita. Jika selama bertahun-tahun kita memasukkan hal-hal yang bernilai rendah ke dalam jiwa kita, misalnya ajaran Firman Tuhan yang menyatakan Tuhan itu baik, Tuhan itu sabar, dan sebagainya, maka ketika kita mendengar khotbah mengenai teguran Tuhan kepada ketujuh jemaat di dalam Wahyu pasal 2 dan 3, kita tidak akan sanggup lagi untuk mendengarnya karena jiwa kita sudah terbiasa dengan dosis yang rendah dan tidak sanggup lagi menerima dosis yang lebih tinggi lagi.

Ini yang dikatakan Paulus dalam surat terakhirnya, yaitu pada hari-hari terakhir akan datang waktunya dimana orang-orang Kristen tidak akan dapat lagi menerima ajaran yang sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng (yaitu ajaran yang palsu tetapi menyenangkan pendengarnya) (2 Tim 4:3-4). Oleh sebab itu Tuhan Yesus berkata dengan keras kepada kita: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat”. Jika suara Tuhan sudah disisihkan, diabaikan, apalagi dimatikan, maka siapa lagi yang dapat mengoreksi kesalahan orang tersebut? Orang seperti itu akan meluncur menuju kepada kebinasaan kekal yang mengerikan karena sudah tidak peduli lagi kepada suara Tuhan.



Bacaan Alkitab: Wahyu 2:7
2:7 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.