Jumat, 14 Juli 2017
Bacaan
Alkitab: Wahyu 2:7
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada
jemaat-jemaat... (Why 2:7a)
Pesan kepada Ketujuh Jemaat di Kitab Wahyu: (6) Siapa
Bertelinga, Hendaklah Ia Mendengarkan
Dalam pesan Tuhan kepada ketujuh
jemaat, terdapat kalimat ini di ketujuh jemaat tersebut: “Siapa bertelinga, hendaklah
ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat” (ay. 7). Pada 3
jemaat pertama (Efesus, Smirna, Pergamus), kalimat ini muncul sebelum ucapan
“Barangsiapa menang, dst...”. Sementara untuk 4 jemaat berikutnya (Tiatira,
Sardis, Filadelfia, Laodikia), kalimat ini muncul di akhir pesan.
Saya sendiri belum sempat mendalami
apakah perbedaan lokasi penulisan kalimat ini memiliki arti khusus atau tidak.
Namun demikian, ada hal penting yang Tuhan ingin sampaikan kepada jemaat-Nya
yaitu agar mereka mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.
Kalimat tersebut menggunakan kata “jemaat-jemaat”. Artinya, orang Kristen tidak
bisa hanya mencoba mencari-cari jenis jemaat manakah dia dari 7 jemaat yang
disebutkan, lalu hanya memperhatikan pesan kepada 1 buah jemaat saja. Itu salah
besar. Kita harus memperhatikan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat
termasuk apa yang disampaikan kepada ketujuh jemaat.
Lebih luas lagi, kita harus belajar apa
yang dikatakan Roh melalui Firman-Nya. Sebagai umat Perjanjian Baru kita harus belajar
Perjanjian Baru lebih banyak daripada Perjanjian Lama. Hal ini sangat penting
karena Perjanjian Lama sebenarnya adalah kitab dari agama Yahudi. Jika kita
lebih banyak mengisi pikiran dan pemahaman kita dari ayat-ayat Perjanjian Lama
tanpa belajar dari Perjanjian Baru secara memadai, maka lambat laun kita hanya
akan sama seperti para ahli Taurat yang tidak bisa menerima kebenaran yang
diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Masing-masing kita diberi telinga oleh
Tuhan. Telinga tersebut harus kita gunakan untuk mendengar suara Tuhan dengan
cermat. Kita harus mulai selektif untuk memilih hal-hal apa saja yang akan kita
dengar dan yang akan mengisi hati serta pikiran kita. Ibarat seseorang yang
sejak kecil terbiasa makan makanan yang tidak sehat seperti junk food, maka
jika hal ini dibiarkan saja selama bertahun-tahun, ia tidak akan sanggup lagi
untuk makan makanan sehat seperti lalapan. Demikian pula dengan jiwa kita. Jika
selama bertahun-tahun kita memasukkan hal-hal yang bernilai rendah ke dalam
jiwa kita, misalnya ajaran Firman Tuhan yang menyatakan Tuhan itu baik, Tuhan
itu sabar, dan sebagainya, maka ketika kita mendengar khotbah mengenai teguran
Tuhan kepada ketujuh jemaat di dalam Wahyu pasal 2 dan 3, kita tidak akan
sanggup lagi untuk mendengarnya karena jiwa kita sudah terbiasa dengan dosis
yang rendah dan tidak sanggup lagi menerima dosis yang lebih tinggi lagi.
Ini yang dikatakan Paulus dalam surat
terakhirnya, yaitu pada hari-hari terakhir akan datang waktunya dimana orang-orang
Kristen tidak akan dapat lagi menerima ajaran yang sehat, tetapi mereka akan
mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan
telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya
bagi dongeng (yaitu ajaran yang palsu tetapi menyenangkan pendengarnya) (2 Tim
4:3-4). Oleh sebab itu Tuhan Yesus berkata dengan keras kepada kita: “Siapa
bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada
jemaat-jemaat”. Jika suara Tuhan sudah disisihkan, diabaikan, apalagi
dimatikan, maka siapa lagi yang dapat mengoreksi kesalahan orang tersebut? Orang
seperti itu akan meluncur menuju kepada kebinasaan kekal yang mengerikan karena
sudah tidak peduli lagi kepada suara Tuhan.
Bacaan
Alkitab: Wahyu 2:7
2:7 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh
kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon
kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.