Selasa, 11 Juli 2017
Bacaan
Alkitab: Wahyu 2:4
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu
yang semula. (Why 2:4)
Pesan kepada Ketujuh Jemaat di Kitab Wahyu: (3) Kritik
Tuhan untuk Jemaat
Karena Tuhan tahu segala sesuatu
termasuk pekerjaan kita di hadapan Tuhan (renungan kita hari sebelumnya), maka
adalah wajar jika Tuhan kemudian berhak memberikan nilai kepada kita terkait
dengan pekerjaan yang kita lakukan. Hal ini sama halnya seperti murid sekolah,
mahasiswa, atau seorang pegawai di kantor. Jika seorang murid atau mahasiswa
belajar dengan baik dan mendapat nilai baik di ujian, maka ia akan memperoleh
pujian dari guru atau dosennya. Jika seorang pegawai bekerja dengan baik maka
(seharusnya) ia juga akan menerima pujian, bahkan mungkin promosi dan
bonus/kenaikan gaji. Namun jika sebaliknya, yaitu murid/mahasiswa tidak belajar
sehingga nilainya jelek, atau pegawai yang bekerja buruk sehingga menimbulkan
kerugian perusahaan, maka pasti ia akan mendapatkan sanksi yang bisa berupa
teguran lisan, surat peringatan, hingga pemecatan.
Demikian pula halnya dengan ketujuh
jemaat di kitab Wahyu. Walaupun sebelumnya Tuhan berkata bahwa Tuhan tahu
pekerjaan di setiap jemaat, tetapi ternyata ada pula jemaat-jemaat yang
memperoleh kritik dari Tuhan, termasuk jemaat di Efesus (ay. 4). Kita bisa
melihat bahwa dari 7 jemaat di kitab Wahyu pasal 2 dan 3 tersebut, setidaknya
ada 5 jemaat yang menerima kritik
dari Tuhan yaitu: a) Jemaat Efesus
karena telah meninggalkan kasihnya yang semula (Why 2:4); b) Jemaat Pergamus karena ada beberapa orang yang menganut ajaran
Bileam dan yang berpegang pada ajaran pengikut Nikolaus (Why 2:14); c) Jemaat Tiatira karena telah
membiarkan wanita Izebel untuk mengajar dan menyesatkan hamba-hamba Tuhan
supaya berbuat zinah dan memakan persembahan-persembahan berhala (Why 2:20); d) Jemaat Sardis karena tidak ada satu
pun dari pekerjaan mereka yang didapati sempurna di hadapan Allah (Why 3:2);
dan e) Jemaat Laodikia karena
suam-suam kuku dan karena mereka tidak tahu bahwa mereka melarat, malang,
miskin, buta, dan telanjang (Why 3:16-17).
Ini kritik Tuhan yang sungguh-sungguh
terbuka dan terus terang kepada para jemaat-Nya. Tentu jemaat yang benar akan
memandang kritik ini sebagai suatu masukan yang bagus supaya mereka mengerti
kesalahan mereka dan tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Namun memang ada
juga orang-orang tertentu yang sangat anti kritik dan masukan. Hal yang lebih
mengejutkan, biasanya hal ini justru dilakukan oleh mereka yang terpandang di
dalam jemaat, yaitu para pemimpin jemaat (pendeta, gembala sidang), para
pembicara (pengkhotbah, penginjil), dan juga para pelayan Tuhan (majelis,
diaken, pemimpin pujian, singer, dan pelayan musik).
Biasanya mereka lebih sukar untuk
menerima kritik karena mereka sudah biasa berbicara kepada orang lain, apalagi
pendeta/pengkhotbah yang sudah biasa berbicara di atas mimbar tanpa ada seorang
pun yang berani menginterupsi. Hal ini membangun suatu “pengkultusan” yang
salah terhadap oknum hamba Tuhan dimana seorang hamba Tuhan dianggap harus
dibela tanpa batas, padahal pembelaan tanpa batas sesungguhnya hanyalah kepada
Tuhan dan bukan kepada manusia, sekalipun ia mengaku sebagai wakil Tuhan atau
hamba Tuhan. Gereja atau jemaat seperti ini akan memiliki pemimpin yang anti
kritik, sehingga kualitas Firman Tuhan juga akan menjadi merosot sedemikian
rupa sehingga tidak ada lagi Firman Tuhan yang “greget”. Firman Tuhan yang
dikhotbahkan di gereja lambat laun akan disortir sehingga tidak ada lagi Firman
Tuhan yang “menegur” tetapi hanya ada khotbah yang menyenangkan telinga dan
hati jemaat.
Jika Tuhan Yesus saja dengan terus
terang menegur dan mengkritik 5 dari 7 jemaat di Wahyu pasal 2 dan 3, atau
sebanyak 71% dari jemaat Tuhan, maka adalah wajar jika hari ini Tuhan masih
menegur dan mengkritik diri kita. Ketujuh jemaat Tuhan di kitab Wahyu pasal 2
dan 3 tersebut adalah gambaran jemaat Tuhan di sepanjang masa dan tempat.
Ketujuh jemaat tersebut mewakili ciri-ciri jemaat Tuhan termasuk kita. Oleh
karena itu, jika Tuhan saat ini menegur kita (bisa melalui khotbah pendeta,
atau mungkin juga ada jemaat yang “mengkhotbahi” pendeta), itu adalah tanda
Tuhan masih mengasihi kita dan ingin kita bertobat. Persoalannya ada pada
respon kita terhadap kritik tersebut. Jika kritik itu kita jadikan suatu
pembelajaran agar kita menjadi lebih baik lagi, maka kita akan menerimanya
dengan rendah hati. Namun jika kita menganggap kritik sebagai suatu ancaman
atau pemberontakan, maka sesungguhnya kita sedang bersikap tinggi hati, dan Firman
Tuhan jelas berkata bahwa tinggi hati akan mendahului kejatuhan dan kehancuran (Ams
16:18, 18:12).
Bacaan
Alkitab: Wahyu 2:4
2:4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan
kasihmu yang semula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.