Senin, 10 Juli 2017

Pesan kepada Ketujuh Jemaat di Kitab Wahyu: (3) Kritik Tuhan untuk Jemaat



Selasa, 11 Juli 2017
Bacaan Alkitab: Wahyu 2:4
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. (Why 2:4)


Pesan kepada Ketujuh Jemaat di Kitab Wahyu: (3) Kritik Tuhan untuk Jemaat


Karena Tuhan tahu segala sesuatu termasuk pekerjaan kita di hadapan Tuhan (renungan kita hari sebelumnya), maka adalah wajar jika Tuhan kemudian berhak memberikan nilai kepada kita terkait dengan pekerjaan yang kita lakukan. Hal ini sama halnya seperti murid sekolah, mahasiswa, atau seorang pegawai di kantor. Jika seorang murid atau mahasiswa belajar dengan baik dan mendapat nilai baik di ujian, maka ia akan memperoleh pujian dari guru atau dosennya. Jika seorang pegawai bekerja dengan baik maka (seharusnya) ia juga akan menerima pujian, bahkan mungkin promosi dan bonus/kenaikan gaji. Namun jika sebaliknya, yaitu murid/mahasiswa tidak belajar sehingga nilainya jelek, atau pegawai yang bekerja buruk sehingga menimbulkan kerugian perusahaan, maka pasti ia akan mendapatkan sanksi yang bisa berupa teguran lisan, surat peringatan, hingga pemecatan.

Demikian pula halnya dengan ketujuh jemaat di kitab Wahyu. Walaupun sebelumnya Tuhan berkata bahwa Tuhan tahu pekerjaan di setiap jemaat, tetapi ternyata ada pula jemaat-jemaat yang memperoleh kritik dari Tuhan, termasuk jemaat di Efesus (ay. 4). Kita bisa melihat bahwa dari 7 jemaat di kitab Wahyu pasal 2 dan 3 tersebut, setidaknya ada 5 jemaat yang menerima kritik dari Tuhan yaitu: a) Jemaat Efesus karena telah meninggalkan kasihnya yang semula (Why 2:4); b) Jemaat Pergamus karena ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam dan yang berpegang pada ajaran pengikut Nikolaus (Why 2:14); c) Jemaat Tiatira karena telah membiarkan wanita Izebel untuk mengajar dan menyesatkan hamba-hamba Tuhan supaya berbuat zinah dan memakan persembahan-persembahan berhala (Why 2:20); d) Jemaat Sardis karena tidak ada satu pun dari pekerjaan mereka yang didapati sempurna di hadapan Allah (Why 3:2); dan e) Jemaat Laodikia karena suam-suam kuku dan karena mereka tidak tahu bahwa mereka melarat, malang, miskin, buta, dan telanjang (Why 3:16-17).

Ini kritik Tuhan yang sungguh-sungguh terbuka dan terus terang kepada para jemaat-Nya. Tentu jemaat yang benar akan memandang kritik ini sebagai suatu masukan yang bagus supaya mereka mengerti kesalahan mereka dan tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Namun memang ada juga orang-orang tertentu yang sangat anti kritik dan masukan. Hal yang lebih mengejutkan, biasanya hal ini justru dilakukan oleh mereka yang terpandang di dalam jemaat, yaitu para pemimpin jemaat (pendeta, gembala sidang), para pembicara (pengkhotbah, penginjil), dan juga para pelayan Tuhan (majelis, diaken, pemimpin pujian, singer, dan pelayan musik).

Biasanya mereka lebih sukar untuk menerima kritik karena mereka sudah biasa berbicara kepada orang lain, apalagi pendeta/pengkhotbah yang sudah biasa berbicara di atas mimbar tanpa ada seorang pun yang berani menginterupsi. Hal ini membangun suatu “pengkultusan” yang salah terhadap oknum hamba Tuhan dimana seorang hamba Tuhan dianggap harus dibela tanpa batas, padahal pembelaan tanpa batas sesungguhnya hanyalah kepada Tuhan dan bukan kepada manusia, sekalipun ia mengaku sebagai wakil Tuhan atau hamba Tuhan. Gereja atau jemaat seperti ini akan memiliki pemimpin yang anti kritik, sehingga kualitas Firman Tuhan juga akan menjadi merosot sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi Firman Tuhan yang “greget”. Firman Tuhan yang dikhotbahkan di gereja lambat laun akan disortir sehingga tidak ada lagi Firman Tuhan yang “menegur” tetapi hanya ada khotbah yang menyenangkan telinga dan hati jemaat.

Jika Tuhan Yesus saja dengan terus terang menegur dan mengkritik 5 dari 7 jemaat di Wahyu pasal 2 dan 3, atau sebanyak 71% dari jemaat Tuhan, maka adalah wajar jika hari ini Tuhan masih menegur dan mengkritik diri kita. Ketujuh jemaat Tuhan di kitab Wahyu pasal 2 dan 3 tersebut adalah gambaran jemaat Tuhan di sepanjang masa dan tempat. Ketujuh jemaat tersebut mewakili ciri-ciri jemaat Tuhan termasuk kita. Oleh karena itu, jika Tuhan saat ini menegur kita (bisa melalui khotbah pendeta, atau mungkin juga ada jemaat yang “mengkhotbahi” pendeta), itu adalah tanda Tuhan masih mengasihi kita dan ingin kita bertobat. Persoalannya ada pada respon kita terhadap kritik tersebut. Jika kritik itu kita jadikan suatu pembelajaran agar kita menjadi lebih baik lagi, maka kita akan menerimanya dengan rendah hati. Namun jika kita menganggap kritik sebagai suatu ancaman atau pemberontakan, maka sesungguhnya kita sedang bersikap tinggi hati, dan Firman Tuhan jelas berkata bahwa tinggi hati akan mendahului kejatuhan dan kehancuran (Ams 16:18, 18:12).



Bacaan Alkitab: Wahyu 2:4
2:4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.