Sabtu, 01 Juli 2017

Penistaan di dalam Alkitab (25): Tuhan Yesus Juga Dinista



Sabtu, 1 Juli 2017
Bacaan Alkitab: Lukas 23:8-12
Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus. (Luk 23:11)


Penistaan di dalam Alkitab (25): Tuhan Yesus Juga Dinista


Setelah kita melihat 24 buah ayat di dalam Alkitab Perjanjian Lama mengenai penistaan, kini saatnya kita melihat ayat-ayat di Perjanjian Baru mengenai penistaan. Hanya ada 3 buah ayat yang memuat kata “nista” di dalam Perjanjian Baru, dan menariknya ayat pertama di Perjanjian Baru menceritakan penistaan yang dialami oleh Tuhan kita Yesus Kristus ketika Ia mengenakan tubuh daging di dunia ini.

Dalam Injil Lukas pasal 23, ditulis bahwa Tuhan Yesus sudah ditangkap dan sedang diperhadapkan kepada para pemimpin di Palestina pada waktu itu, yaitu Pontius Pilatus dan Raja Herodes. Ketika Herodes melihat Tuhan Yesus pada waktu itu, ia sangat girang karena memang Herodes sangat ingin melihat-Nya setelah selama ini ia banyak mendengar tentang Yesus (ay. 8a). Sebagai pemimpin negara pada waktu itu, ia tentu saja merasa berhak untuk berbincang dengan Yesus termasuk meminta Yesus menunjukkan suatu “tanda” atau mujizat di hadapannya secara langsung (ay. 8b).

Namun demikian, Tuhan Yesus tidak mau menuruti perintah Raja Herodes dan juga tidak mau menjawab pertanyaan Raja Herodes (ay. 9). Dalam Injil lainnya, tidak ada tulisan mengenai peristiwa Tuhan Yesus yang dihadapkan kepada Raja Herodes. Namun mengingat Tuhan Yesus juga tidak menjawab pertanyaan Raja Herodes, maka sangatlah wajar jika ketiga penulis Injil lainnya tidak memuat hal ini dalam Injil mereka. Pada saat Tuhan Yesus diam di hadapan Raja Herodes, maka imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan dan melontarkan tuduhan-tuduhan kepada Tuhan Yesus, sama seperti yang mereka lakukan di hadapan Pontius Pilatus (ay. 10).

Pada saat itu, Herodes dan pasukan-pasukannya mulai menista dan mengolok-olokkan Tuhan Yesus (ay. 11a). Dalam bahasa aslinya (bahasa Yunani), kata menista menggunakan kata exouthenēsas (ἐξουθενήσας) yang berasal dari kata  dasar exoutheneó (ἐξουθενέω) yang artinya adalah “to set at naught, to ignore, to despise” (menganggap bukan apa-apa/menganggap tidak berarti, mengabaikan/menganggap rendah, menghina/menolak). Jadi kata menista dalam ayat 11 ini dapat diartikan bahwa Herodes dan para pasukannya tidak memperlakukan Tuhan Yesus secara semestinya. Tuhan Yesus yang adalah Anak Allah justru diperlakukan dengan semena-mena hanya karena Tuhan Yesus dipandang tidak menghormati Herodes.

Perlakuan nista yang diterima Tuhan Yesus antara lain dikenakan jubah kebesaran (seakan-akan menunjukkan Ia sebagai “raja” namun tertawan) sebelum Tuhan Yesus dikirim kembali kepada Pontius Pilatus (ay. 11b). Bahkan kehadiran Tuhan Yesus dikatakan membawa suatu “persahabatan” antara Herodes dan Pilatus karena sebelum itu mereka ternyata bermusuhan.

Di sini kita melihat bahwa Tuhan Yesus dalam hidup-Nya di dunia ini telah memberikan teladan yang sempurna, yang layak dan harus diteladani oleh segenap umat percaya (1 Ptr 2:21). Jadi sebagai orang Kristen, kita harus bisa mengenakan pribadi Kristus, meneladani jejak hidup-Nya dan hidup sesempurna mungkin seperti Kristus hidup. Di situ kita harus dapat memiliki prinsip hidup seperti Kristus, yaitu melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh 4:34).

Jadi jika Kristus juga telah dinista padahal Ia tidak berbuat salah sama sekali, maka kita pun harus siap dinista oleh orang lain. Dengan catatan, jangan sampai kita dinista karena kita melakukan perbuatan jahat. Tetapi jika kita dinista karena kita melakukan kebenaran, karena kita hidup seperti Kristus hidup, maka kita dinista karena kebenaran atau sama dengan menderita karena kebenaran (Mat 5:10, 1 Ptr 3:17). Di situ kita akan merasakan sukacita surgawi jika kita telah meneladani hidup Tuhan kita, Yesus Kristus, yaitu dinista karena kebenaran.

Namun kita harus ingat bahwa sikap menista itu bukan sekedar mengolok-olok dan memfitnah diri kita. Jika kita dalam hidup kita tidak memperlakukan Tuhan dengan seharusnya, atau menganggap rendah Tuhan, maka itu bisa juga menjadi suatu penistaan bagi Tuhan. Bagi umat percaya, Tuhan harus menjadi nomor satu dan satu-satunya tujuan hidup kita. Selama ini kita telah sesat ketika kita merasa bahwa kita menjadikan hal lain sebagai nomor 1 dalam hidup kita. Hal itu bisa merupakan kekayaan, hormat, jabatan, dan lain sebagainya. Di sisi lain kita juga sering menduakan Tuhan ketika Tuhan memang tetap menjadi nomor 1 tetapi ada hal lain yang bisa membahagiakan kita selain Tuhan. Itu sama saja dengan menista Tuhan (exoutheneó). Oleh karena itu, bagi umat Perjanjian Baru, kita harus rela dinista karena kebenaran atau karena nama Tuhan, dan di sisi lain kita harus menjaga diri kita supaya tidak sampai menista (exoutheneó) nama Tuhan dengan sikap kita yang tidak menghargai Tuhan dengan sepantasnya.



Bacaan Alkitab: Lukas 23:8-12
23:8 Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihat-Nya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda.
23:9 Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawaban apa pun.
23:10 Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang berat terhadap Dia.
23:11 Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus.
23:12 Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.