Jumat, 14 Juli 2017

Menang dengan Teriakan Orang Banyak

Minggu, 16 Juli 2017
Bacaan Alkitab: Lukas 23:13-25
Tetapi dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Ia disalibkan, dan akhirnya mereka menang dengan teriak mereka. (Luk 23:23)


Menang dengan Teriakan Orang Banyak


Hari ini kita juga akan belajar mengenai kejadian ketika Tuhan Yesus dihadapkan kepada Pontius Pilatus oleh orang Yahudi. Setelah melakukan pemeriksaan, Pilatus sebagai Gubernur Yudea pada waktu itu kemudian mengumpulkan imam-imam kepala (pemimpin agama Yahudi pada waktu itu), serta pemimpin masyarakat dan juga rakyat banyak (ay. 13). Pilatus kemudian berkata bahwa ia telah memeriksa Tuhan Yesus yang telah mereka serahkan kepadanya, namun tidak mendapati kesalahan yang dituduhkan kepada-Nya (ay. 14). Bahkan Herodes selaku Raja wilayah Galilea pun tidak menemukan kesalahan Tuhan Yesus yang setimpal dengan hukuman mati seperti yang dituduhkan kepada Tuhan Yesus (ay. 15). 

Pilatus pun mencoba mencari “jalan tengah” untuk menyenangkan massa orang banyak (yaitu pemimpin dan rakyat Yahudi) yang datang kepadanya, dengan cara mengusulkan suatu penyiksaan kepada Tuhan Yesus lalu melepaskan-Nya (ay. 16). Pilatus berpendapat demikian karena pada hari raya Paskah, adalah suatu kebiasaan bagi Pilatus untuk memberikan “remisi” dan membebaskan seorang penjahat kepada rakyat Yahudi (ay. 17). Tetapi rakyat yang menghadap Pilatus langsung berteriak bersama-sama: “Enyahkanlah Dia (Tuhan Yesus), lepaskanlah Barabas bagi kami!” (ay. 18). Padahal Barabas adalah seorang penjahat yang melakukan pemberontakan di Yerusalem dan melakukan pembunuhan (ay. 19).  Tentu rakyat tahu Barabas ini sudah terkenal sebagai orang jahat yang mungkin sebenarnya sudah dijatuhi hukuman mati dan tinggal menunggu tanggal eksekusi saja. Namun demikian, karena begitu benci dan iri kepada Tuhan Yesus, maka prinsip mereka hanya satu: “Yang penting Tuhan Yesus mati, dengan cara apapun”.

Oleh karena itu para pemimpin agama dan pemimpin rakyat (yang datang menghadap Pilatus) sudah tidak memiliki akal sehat lagi. Mereka rela menukar seorang Tuhan Yesus yang mengadakan banyak mujizat untuk digantikan dengan seorang penjahat. Tentu kita harus paham bahwa “rakyat” yang datang menghadap Pilatus bukanlah rakyat Yerusalem pada umumnya. Mereka mungkin adalah para ahli Taurat dan orang Farisi (dan kelompoknya) yang datang kepada Pilatus dan mengaku sebagai “rakyat” untuk menekan Pilatus agar mengambil keputusan sesuai dengan prinsip demokrasi, dimana “rakyat” memegang kekuasaan tertinggi (karena pada waktu itu Romawi pun sudah menganut prinsip demokrasi).

Kita tahu bahwa ada salah satu prinsip demokrasi yang berkata bahwa “suara rakyat adalah suara Tuhan” (Vox populi, vox dei). Hal ini sebenarnya tidak bisa dijadikan suatu generalisasi dan harus diuji lagi untuk setiap kondisi. Sebagai contoh dalam konteks rakyat Yahudi yang menghadap Pilatus ini, apakah iya suara “rakyat” yang datang adalah suara Tuhan? Apakah Tuhannya orang Yahudi membolehkan untuk menghukum orang yang tidak bersalah bahkan menukar orang benar dengan orang jahat? Di situ tampak kualitas agama Yahudi yang pada waktu itu mungkin berada di salah satu titik terendah karena berani menukar keadilan karena para pemimpinnya iri hati dan terancam dengan kehadiran Tuhan Yesus di tengah-tengah mereka.

Menanggapi respon “rakyat” tersebut, Paulus mencoba untuk melepaskan Tuhan Yesus karena sebagai pemimpin ia tahu betul hukum Romawi yang berlaku pada saat itu (ay. 20). Namun “rakyat” dengan suara lebih keras berteriak: “Salibkan Dia!” (ay. 21). Pilatus sampai berkata kembali bahwa Tuhan Yesus tidak bersalah atau melakukan tindakan yang setimpal dengan hukuman mati, sehingga Pilatus akan menghajar lalu melepaskan-Nya (sebagai jalan tengah) (ay. 22). Namun demikian, “rakyat” tetap kukuh dengan aspirasinya dan dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Tuhan Yesus disalibkan (ay. 23a).

Saya membayangkan kondisi di depan istana Pilatus mungkin sudah sangat chaos. Ada banyak orang Yahudi berkumpul di depan istana Pilatus dan mengaku sebagai perwakilan rakyat lalu berteriak-berteriak meminta Tuhan Yesus disalibkan. Pasukan Romawi yang menjaga istana Pilatus juga sudah kalah jumlah menghadapi kumpulan orang tersebut. Suasana menjadi semakin tegang. Pilatus takut jika terjadi kerusuhan di Yerusalem yang bisa berdampak pada jabatannya sebagai Gubernur Yudea. Dan Alkitab mencatat bahwa pada akhirnya, kumpulan orang banyak tersebut (yang mengaku sebagai mereka yang mewakili rakyat Yudea) menang dengan teriakan mereka (ay. 23b). Pilatus kemudian mengabulkan tuntutan mereka dan membebaskan penjahat Barabas, tetapi Yesus diserahkan kepada para pemimpin Yahudi tersebut untuk diperlakukan sesuai keinginan mereka (ay. 24-25).

Hari ini kita belajar bahwa orang dunia ini sering memaksakan kehendaknya dengan mengatasnamakan kelompok atau golongannya. Semakin banyak anggota kelompok mereka, maka semakin besar suara mereka dan mereka merasa bisa menekan orang-orang tertentu dengan “teriakan” mereka. Hal ini sudah pernah terjadi 2.000 tahun yang lalu, dan mungkin akan lebih sering terjadi di akhir zaman ini. Tetapi satu hal yang harus kita ingat, bahwa setiap orang harus mempertanggungjawabkan perkataan dan perbuatannya masing-masing di hadapan Tuhan (Mat 12:36, Rm 14:12, Ibr 4:13). “Rakyat” Yahudi yang pada waktu itu menuntut Yesus dihukum mati, bahkan dengan entengnya berkata bahwa “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!” (Mat 27:25), mungkin tidak berpikir panjang atas ucapan mereka. Tetapi Tuhan pun pada akhirnya tetap menghukum bangsa Yahudi sesuai dengan ucapan mereka. Tidak sampai 40 tahun, Yerusalem akhirnya diserang dan dihancurkan oleh bangsa Romawi. Bait Allah pun dibakar dan hancur, banyak orang Yahudi dibunuh, dan sisasnya harus mengembara ke negeri-negeri lain. Mereka baru bisa kembali ke Yerusalem pada tahun 1948 (hampir 1900 tahun lamanya berada di negeri lain) sebagai hukuman Tuhan atas mereka.

Oleh karena itu, jangan bangga jika kita bisa menekan orang lain karena anggota kelompok kita banyak. Jangan bangga jika kita bisa memutarbalikkan kebenaran hanya karena kita bisa menekan pengambil keputusan dengan teriakan kita atau kelompok kita. Suatu saat nanti, kita harus mempertanggungjawabkan perkataan dan perbuatan kita pada hari penghakiman. Jika hari itu tiba, sanggupkah kita berdiri di depan Tuhan Yesus yang bertindak sebagai Hakim yang Adil? Mampukah kita mendapat pujian dari-Nya dan masuk ke dalam kemuliaan kerajaan surga yang kekal? Ataukah kita justru akan dibuang dari hadapan-Nya ke dalam lautan api yang kekal? Pilihan kita di bumi akan menentukan nasib kita di kekekalan nanti.



Bacaan Alkitab: Lukas 23:13-25
23:13 Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta rakyat,
23:14 dan berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya.
23:15 Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apa pun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati.
23:16 Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya."
23:17 [Sebab ia wajib melepaskan seorang bagi mereka pada hari raya itu.]
23:18 Tetapi mereka berteriak bersama-sama: "Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!"
23:19 Barabas ini dimasukkan ke dalam penjara berhubung dengan suatu pemberontakan yang telah terjadi di dalam kota dan karena pembunuhan.
23:20 Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka, karena ia ingin melepaskan Yesus.
23:21 Tetapi mereka berteriak membalasnya, katanya: "Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!"
23:22 Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: "Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahan pun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya."
23:23 Tetapi dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Ia disalibkan, dan akhirnya mereka menang dengan teriak mereka.
23:24 Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan.
23:25 Dan ia melepaskan orang yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka, tetapi Yesus diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.