Minggu, 16 Juli 2017
Bacaan
Alkitab: Lukas 23:13-25
Tetapi dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Ia disalibkan,
dan akhirnya mereka menang dengan teriak mereka. (Luk 23:23)
Menang dengan Teriakan Orang Banyak
Hari ini kita juga akan belajar
mengenai kejadian ketika Tuhan Yesus dihadapkan kepada Pontius Pilatus oleh
orang Yahudi. Setelah melakukan pemeriksaan, Pilatus sebagai Gubernur Yudea
pada waktu itu kemudian mengumpulkan imam-imam kepala (pemimpin agama Yahudi
pada waktu itu), serta pemimpin masyarakat dan juga rakyat banyak (ay. 13).
Pilatus kemudian berkata bahwa ia telah memeriksa Tuhan Yesus yang telah mereka
serahkan kepadanya, namun tidak mendapati kesalahan yang dituduhkan kepada-Nya
(ay. 14). Bahkan Herodes selaku Raja wilayah Galilea pun tidak menemukan
kesalahan Tuhan Yesus yang setimpal dengan hukuman mati seperti yang dituduhkan
kepada Tuhan Yesus (ay. 15).
Pilatus pun mencoba mencari “jalan
tengah” untuk menyenangkan massa orang banyak (yaitu pemimpin dan rakyat
Yahudi) yang datang kepadanya, dengan cara mengusulkan suatu penyiksaan kepada
Tuhan Yesus lalu melepaskan-Nya (ay. 16). Pilatus berpendapat demikian karena
pada hari raya Paskah, adalah suatu kebiasaan bagi Pilatus untuk memberikan “remisi”
dan membebaskan seorang penjahat kepada rakyat Yahudi (ay. 17). Tetapi rakyat
yang menghadap Pilatus langsung berteriak bersama-sama: “Enyahkanlah Dia (Tuhan
Yesus), lepaskanlah Barabas bagi kami!” (ay. 18). Padahal Barabas adalah
seorang penjahat yang melakukan pemberontakan di Yerusalem dan melakukan
pembunuhan (ay. 19). Tentu rakyat tahu Barabas
ini sudah terkenal sebagai orang jahat yang mungkin sebenarnya sudah dijatuhi
hukuman mati dan tinggal menunggu tanggal eksekusi saja. Namun demikian, karena
begitu benci dan iri kepada Tuhan Yesus, maka prinsip mereka hanya satu: “Yang
penting Tuhan Yesus mati, dengan cara apapun”.
Oleh karena itu para pemimpin agama dan
pemimpin rakyat (yang datang menghadap Pilatus) sudah tidak memiliki akal sehat
lagi. Mereka rela menukar seorang Tuhan Yesus yang mengadakan banyak mujizat
untuk digantikan dengan seorang penjahat. Tentu kita harus paham bahwa “rakyat”
yang datang menghadap Pilatus bukanlah rakyat Yerusalem pada umumnya. Mereka
mungkin adalah para ahli Taurat dan orang Farisi (dan kelompoknya) yang datang
kepada Pilatus dan mengaku sebagai “rakyat” untuk menekan Pilatus agar
mengambil keputusan sesuai dengan prinsip demokrasi, dimana “rakyat” memegang
kekuasaan tertinggi (karena pada waktu itu Romawi pun sudah menganut prinsip demokrasi).
Kita tahu bahwa ada salah satu prinsip demokrasi
yang berkata bahwa “suara rakyat adalah suara Tuhan” (Vox populi, vox dei). Hal ini sebenarnya tidak bisa dijadikan suatu
generalisasi dan harus diuji lagi untuk setiap kondisi. Sebagai contoh dalam
konteks rakyat Yahudi yang menghadap Pilatus ini, apakah iya suara “rakyat”
yang datang adalah suara Tuhan? Apakah Tuhannya orang Yahudi membolehkan untuk
menghukum orang yang tidak bersalah bahkan menukar orang benar dengan orang
jahat? Di situ tampak kualitas agama Yahudi yang pada waktu itu mungkin berada
di salah satu titik terendah karena berani menukar keadilan karena para
pemimpinnya iri hati dan terancam dengan kehadiran Tuhan Yesus di tengah-tengah
mereka.
Menanggapi respon “rakyat” tersebut,
Paulus mencoba untuk melepaskan Tuhan Yesus karena sebagai pemimpin ia tahu
betul hukum Romawi yang berlaku pada saat itu (ay. 20). Namun “rakyat” dengan
suara lebih keras berteriak: “Salibkan Dia!” (ay. 21). Pilatus sampai berkata kembali
bahwa Tuhan Yesus tidak bersalah atau melakukan tindakan yang setimpal dengan
hukuman mati, sehingga Pilatus akan menghajar lalu melepaskan-Nya (sebagai
jalan tengah) (ay. 22). Namun demikian, “rakyat” tetap kukuh dengan aspirasinya
dan dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Tuhan Yesus disalibkan
(ay. 23a).
Saya membayangkan kondisi di depan
istana Pilatus mungkin sudah sangat chaos.
Ada banyak orang Yahudi berkumpul di depan istana Pilatus dan mengaku sebagai
perwakilan rakyat lalu berteriak-berteriak meminta Tuhan Yesus disalibkan.
Pasukan Romawi yang menjaga istana Pilatus juga sudah kalah jumlah menghadapi
kumpulan orang tersebut. Suasana menjadi semakin tegang. Pilatus takut jika
terjadi kerusuhan di Yerusalem yang bisa berdampak pada jabatannya sebagai
Gubernur Yudea. Dan Alkitab mencatat bahwa pada akhirnya, kumpulan orang banyak
tersebut (yang mengaku sebagai mereka yang mewakili rakyat Yudea) menang dengan teriakan mereka (ay.
23b). Pilatus kemudian mengabulkan tuntutan mereka dan membebaskan penjahat
Barabas, tetapi Yesus diserahkan kepada para pemimpin Yahudi tersebut untuk
diperlakukan sesuai keinginan mereka (ay. 24-25).
Hari ini kita belajar bahwa orang dunia
ini sering memaksakan kehendaknya dengan mengatasnamakan kelompok atau golongannya.
Semakin banyak anggota kelompok mereka, maka semakin besar suara mereka dan
mereka merasa bisa menekan orang-orang tertentu dengan “teriakan” mereka. Hal
ini sudah pernah terjadi 2.000 tahun yang lalu, dan mungkin akan lebih sering
terjadi di akhir zaman ini. Tetapi satu hal yang harus kita ingat, bahwa setiap
orang harus mempertanggungjawabkan perkataan dan perbuatannya masing-masing di hadapan
Tuhan (Mat 12:36, Rm 14:12, Ibr 4:13). “Rakyat” Yahudi yang pada waktu itu
menuntut Yesus dihukum mati, bahkan dengan entengnya berkata bahwa “Biarlah
darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!” (Mat 27:25), mungkin
tidak berpikir panjang atas ucapan mereka. Tetapi Tuhan pun pada akhirnya tetap
menghukum bangsa Yahudi sesuai dengan ucapan mereka. Tidak sampai 40 tahun,
Yerusalem akhirnya diserang dan dihancurkan oleh bangsa Romawi. Bait Allah pun
dibakar dan hancur, banyak orang Yahudi dibunuh, dan sisasnya harus mengembara
ke negeri-negeri lain. Mereka baru bisa kembali ke Yerusalem pada tahun 1948
(hampir 1900 tahun lamanya berada di negeri lain) sebagai hukuman Tuhan atas
mereka.
Oleh karena itu, jangan bangga jika
kita bisa menekan orang lain karena anggota kelompok kita banyak. Jangan bangga
jika kita bisa memutarbalikkan kebenaran hanya karena kita bisa menekan pengambil
keputusan dengan teriakan kita atau kelompok kita. Suatu saat nanti, kita harus
mempertanggungjawabkan perkataan dan perbuatan kita pada hari penghakiman. Jika
hari itu tiba, sanggupkah kita berdiri di depan Tuhan Yesus yang bertindak
sebagai Hakim yang Adil? Mampukah kita mendapat pujian dari-Nya dan masuk ke
dalam kemuliaan kerajaan surga yang kekal? Ataukah kita justru akan dibuang
dari hadapan-Nya ke dalam lautan api yang kekal? Pilihan kita di bumi akan
menentukan nasib kita di kekekalan nanti.
Bacaan
Alkitab: Lukas 23:13-25
23:13 Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin
serta rakyat,
23:14 dan berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini
kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku
telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya
tidak ada yang kudapati pada-Nya.
23:15 Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami.
Sesungguhnya tidak ada suatu apa pun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan
hukuman mati.
23:16 Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya."
23:17 [Sebab ia wajib melepaskan seorang bagi mereka pada hari raya itu.]
23:18 Tetapi mereka berteriak bersama-sama: "Enyahkanlah Dia,
lepaskanlah Barabas bagi kami!"
23:19 Barabas ini dimasukkan ke dalam penjara berhubung dengan suatu
pemberontakan yang telah terjadi di dalam kota dan karena pembunuhan.
23:20 Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka,
karena ia ingin melepaskan Yesus.
23:21 Tetapi mereka berteriak membalasnya, katanya: "Salibkanlah Dia!
Salibkanlah Dia!"
23:22 Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: "Kejahatan apa
yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahan pun yang
kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar
Dia, lalu melepaskan-Nya."
23:23 Tetapi dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Ia disalibkan,
dan akhirnya mereka menang dengan teriak mereka.
23:24 Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan.
23:25 Dan ia melepaskan orang yang dimasukkan ke dalam penjara karena
pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka, tetapi Yesus
diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.