Senin, 20 Oktober
2014
Bacaan Alkitab: Yoel 2:15-17
“Kumpulkanlah
bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang tua, kumpulkanlah
anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah penganten laki-laki keluar
dari kamarnya, dan penganten perempuan dari kamar tidurnya” (Yl 2:16)
Puasa dan
Pertobatan Nasional
Beberapa kali, Indonesia pernah mengadakan
acara semacam gerakan yang bersifat nasional. Artinya kegiatan atau acara
tersebut dilakukan serentak di berbagai tempat secara nasional di Indonesia. Ada gerakan menanam pohon, gerakan membersihkan lingkungan, dan lain
sebagainya. Nah, terkait dengan hal itu, Alkitab juga pernah menulis tentang
suatu kegiatan yang bersifat nasional, dimana hampir semua rakyat ikut serta,
yaitu puasa dan pertobatan seluruh rakyat bangsa Yehuda (ay. 15).
Latar belakang peristiwa itu adalah ketika
bangsa Yehuda berbalik dari jalan Tuhan dan meninggalkan Tuhan. Mereka
berpaling dari Tuhan kepada berhala-berhala dan dewa-dewa bangsa-bangsa
lainnya. Oleh karena itu nabi Yoel menyerukan agar ditiup sangkakala di Sion
(Yerusalem) agar seluruh rakyat Yehuda mengadakan puasa yang kudus dan
memaklumkan perkumpulan raya (ay. 15). Hal ini berarti seluruh rakyat Yehuda
tanpa kecuali berbalik dari jalan yang salah dan kembali kepada Tuhan.
Bahkan dalam perkumpulan raya tersebut, nabi
Yoel menyerukan agar seluruh bangsa dikumpulkan, seluruh jemaah Tuhan berkumpul
untuk menguduskan diri tanpa terkecuali. Baik orang-orang tua, anak-anak, ahkan
anak-anak yang menyusu harus ikut dalam puasa dan pertobatan nasional (ay. 16a).
Bahkan para penganten laki-laki dan penganten perempuan yang baru menikah pun
harus keluar dari kamar tidurnya dan ikut dalam perkumpulan raya tersebut (ay.
16b).
Jika rakyat Yehuda saja semuanya harus ikut,
maka terlebih para imam dan pelayan-pelayan Tuhan (ay. 17a). Mereka juga harus
ikut bahkan memimpin acara tersebut. Mereka harus menjadi perantara antara umat
Tuhan dengan Tuhan. Mereka harus menangis di antara balai depan dan mezbah dan
meminta Tuhan untuk melawan bangsa Yehuda. Para imam dan pelayan-pelayan Tuhan
harus meminta ampun atas dosa-dosa bangsa Yehuda dan meminta pertolongan Tuhan
bagi bangsa mereka (ay. 17b).
Ini adalah gambaran dari suatu puasa dan
pertobatan nasional, yang terjadi di bangsa Yehuda pada waktu itu. Jika ditarik
ke masa kini, apakah hal tersebut masih relevan? Bagi saya jawabannya tegas:
Ya! Puasa dan pertobatan nasional masih relevan hingga saat ini. Jika mau
jujur, sebenarnya dosa bangsa Indonesia sangatlah besar di hadapan Tuhan, tidak
terkecuali orang-orang Kristen di Indonesia. Oleh karena itu, penting sekali
adanya puasa dan pertobatan nasional, bahkan dimulai dari para anak-anak yang
sekolah. Saya sendiri pernah melihat bagaimana suatu KKR anak yang diadakan di
beberapa kota di Indonesia, di sana para anak-anak bertobat dan menangis,
meminta ampun atas dosa-dosa mereka di hadapan Tuhan. Jika anak-anak yang
bersekolah saja bisa seperti itu, bukankah kita yang lebih dewasa dan lebih tua
harus mau bertobat di hadapan Tuhan? Bahkan bukankah para pendeta dan
hamba-hamba Tuhan harus lebih sungguh-sungguh lagi bertobat di hadapan Tuhan?
Puasa dan pertobatan nasional bukan hanya
sekedar seremonial. Perlu kesadaran penuh dari seluruh rakyat (minimal dari
seluruh orang Kristen) di Indonesia untuk sadar akan dosa-dosanya, sadar akan
dosa-dosa bangsanya, dan mau berdoa meminta belas kasihan Tuhan turun atas
bangsa ini. Tuhan melihat hati kita yang hancur karena pertobatan kita. Oleh
karena itu, jangan pernah main-main dengan pertobatan, tetapi sungguh-sungguhlah
bertobat agar kasih Tuhan benar-benar nyata tercurah bagi bangsa kita.
Bacaan Alkitab: Yoel 2:15-17
2:15 Tiuplah
sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya;
2:16 kumpulkanlah
bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang tua, kumpulkanlah
anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah penganten laki-laki keluar
dari kamarnya, dan penganten perempuan dari kamar tidurnya;
2:17 baiklah para
imam, pelayan-pelayan TUHAN, menangis di antara balai depan dan mezbah, dan
berkata: "Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu
sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa
orang berkata di antara bangsa: Di mana Allah mereka?"