Sabtu, 11 Oktober
2014
Bacaan Alkitab: Yesaya 17:10-11
“Sebab itu
sekalipun engkau membuat taman yang permai dan menanaminya dengan cangkokan
luar negeri, sekalipun pada hari menanamnya engkau membuatnya tumbuh subur, dan
pada pagi mencangkokkannya engkau membuatnya berbunga, namun panen akan segera
lenyap pada hari kesakitan dan hari penderitaan yang sangat payah.” (Yes 17:10b-11)
Produk Luar
Negeri yang Tidak Berkualitas
Bagi kita yang tinggal di Indonesia, kita melihat
bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya menganggap bahwa produk-produk dari
luar negeri jauh lebih berkualitas daripada produk dalam negeri. Memang saya
sendiri berpendapat bahwa hal tersebut tidak dapat digeneralisir. Cukup banyak
produk-produk dalam negeri yang tidak kalah kualitasnya dibanding produk-produk
luar negeri. Sayangnya, lebih banyak lagi pengusaha dalam negeri yang enggan
memperhatikan kualitas dan hanya mengejar kuantitas demi keuntungan yang lebih
besar.
Bicara tentang produk luar negeri, di Alkitab
ada satu kali istilah “luar negeri” yang menggambarkan sesuatu yang dianggap
lebih berkualitas. Bacaan Alkitab kita hari ini berbicara tentang Yesaya yang
menulis tentang seseorang yang membuat taman yang permai dan indah, bahkan
menanami dengan cangkokan dari luar negeri (ay. 10b). Hal ini menggambarkan
seseorang yang sampai “mengimpor” tanaman dari luar negeri sebagai bukti bahwa
taman yang ia buat bukanlah taman yang biasa, tetapi taman yang sangat indah
dan luar biasa. Bagian ayat tersebut selanjutnya berkata bahwa orang yang
menanam cangkokan luar negeri tersebut, berusaha membuat tanaman itu tumbuh
subur dan berbunga, namun ternyata pada akhirnya tanaman tersebut tidak
menghasilkan apa yang diharapkan (ay. 11).
Pertanyaannya, mengapa dapat terjadi
demikian? Bukankah orang tersebut sudah membeli cangkokan luar negeri dengan
harga yang cukup mahal? Bagaimana bisa barang impor dengan harga yang mahal
justru tidak berbuah sebagaimana yang diinginkan? Tentu jawabannya dapat
dilihat pada ayat 10a: Karena orang tersebut telah melupakan Allah yang
menyelamatkan dirinya dan tidak mengingat Allah sebagai gunung batu kekuatannya
(ay. 10a). Artinya adalah orang tersebut berpegang teguh pada apa yang
dimilikinya: kekayaan, kekuasaan, dan lain sebagainya. Orang tersebut sudah
melupakan Allah yang sudah memberkatinya hingga menjadi seperti sekarang ini.
Hal ini patut kita renungkan sungguh-sungguh.
Seberapa sering kita membanggakan diri kita dan apa yang kita punya? Bahkan
dengan segala uang yang kita miliki, kita dapat dengan mudah memiliki
barang-barang dari luar negeri yang berkualitas. Kita bangga dengan pakaian
kita yang bermerek internasional, mobil mewah kita yang diimpor secara
completely built up (CBU), sekolah kita yang bertaraf internasional, bahkan
mungkin jika kita sakit, kita tinggal terbang ke luar negeri untuk memeriksakan
diri ke rumah sakit di luar negeri.
Tidak salah menjadi kaya bahkan menjadi
sangat kaya, tetapi adalah salah jika kekayaan kita tersebut justru membuat
kita melupakan dan meninggalkan Tuhan. Terlebih apabila kekayaan kita tersebut berasal
dari hal-hal yang tidak benar, yang tidak sesuai dengan prinsip Firman Tuhan.
Kekayaan yang semacam itu pada umumnya hanya akan menarik kita kepada kekayaan
kita tersebut, dan hati kita akan condong kepada harta yang kita miliki di
dunia ini, dan bukan kepada Tuhan kita yang ada di surga.
Oleh sebab itu, kumpulkanlah harta kita di
surga (Mat 6:20). Harta di bumi memang juga harus kita kumpulkan, tetapi jangan
sampai proses mengumpulkan harta di bumi itu mendistraksi kita untuk memikirkan
perkara-perkara surgawi. Jangan sampai harta di bumi membuat kita lupa bahwa
harta di surga pun tetap harus kita lupakan. Setiap kali kita membeli produk
impor, ingatlah akan tanah air kita. Bukan hanya tanah air kita di Indonesia
ini, tetapi juga tanah air surgawi (Ibr 11:6), dan kumpulkanlah harta di surga.
Bacaan Alkitab: Yesaya 17:10-11
17:10 Sebab
engkau telah melupakan Allah yang menyelamatkan engkau, dan tidak mengingat gunung
batu kekuatanmu. Sebab itu sekalipun engkau membuat taman yang permai dan
menanaminya dengan cangkokan luar negeri,
17:11 sekalipun
pada hari menanamnya engkau membuatnya tumbuh subur, dan pada pagi
mencangkokkannya engkau membuatnya berbunga, namun panen akan segera lenyap
pada hari kesakitan dan hari penderitaan yang sangat payah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.