Rabu, 8 Oktober
2014
Bacaan Alkitab: Yesaya 1:21-26
“Para pemimpinmu
adalah pemberontak dan bersekongkol dengan pencuri. Semuanya suka menerima suap
dan mengejar sogok. Mereka tidak membela hak anak-anak yatim, dan perkara
janda-janda tidak sampai kepada mereka.” (Yes 1:23)
Ketika Penjahat
yang Menjadi Pemimpin Kota
Kitab Yesaya adalah sebuah kitab yang sangat
luar biasa. Mengapa demikian? Karena kitab Yesaya ditulis dengan gaya bahasa
yang lugas dan to the point. Kitab Yesaya berani mengkritik apa yang tidak
benar di masa itu, bahkan mungkin dengan risiko yang sangat besar bagi Yesaya
sendiri. Yesaya tidak peduli akan hal itu, yang penting baginya adalah
menyuarakan apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi dirinya.
Bahkan bacaan Alkitab kita hari ini
menggunakan istilah yang sangat blak-blakan. Yesaya menulis tentang sebuah kota
(jika kita membaca ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, maka kita akan mengerti
bahwa kota itu melambangkan Yerusalem), dimana kota tersebut dahulu setia
kepada Tuhan, tetapi kemudian berubah setia kepada Tuhan, bahkan dianggap
sebagai sundal (alias selingkuh dan berzinah dengan pihak lain selain Tuhan)
(ay. 21a). Kota tersebut dulunya dikenal dengan kota yang penuh dengan keadilan
dan kebenaran, tetapi kemudian kota tersebut berubah menjadi kota penuh
kejahatan dan bahkan pembunuhan (ay. 21b).
Di ayat selanjutnya bahkan Yesaya
mengemukakan bahwa perak (sesuatu yang dianggap berharga) kota tersebut sudah
tidak murni. Bahkan arak (sesuatu yang menggambarkan hal yang menyenangkan)
sudah bercampur dengan air (ay. 22). Ini menggambarkan sebuah perubahan, dimana
seharusnya perak dan arak adalah hal yang murni tetapi kini sudah bercampur
(terkompromikan) dengan dosa yang membuat kota tersebut sudah bukan kota yang
murni dan suci lagi.
Mengapa kota tersebut dapat berubah menjadi
sedemikian buruknya? Salah satu penyebabnya adalah karena pemimpin kota
tersebut dalah seorang pemberontak dan orang yang bersekongkol (merupakan
komplotan) dengan pencuri (ay. 23a). Kita tidak tahu bagaimana sebuah kota
dapat memilih seorang penjahat menjadi pemimpin kota tersebut. Mungkin saat itu
belum dikenal pemilihan kepala pemerintahan atau kepala daerah seperti saat
ini, tetapi mungkin saja ia naik menjadi pemimpin karena orang tuanya adalah
pemimpin kota sebelumnya. Tetapi bagaimanapun juga caranya, hal itu sangat
berdampak pada kesejahteraan kota. Kita dapat melihat bagaimana pemimpin yang fasik atau jahat
dapat membuat orang-orang di kota tersebut menjadi orang yang suka menerima
suap, bahkan tidak hanya pasif (menerima suap menggambarkan sesuatu yang
pasif), tetapi juga aktif dalam mengejar sogok (ay. 23b). Sebagai pemimpin,
mereka lupa bahwa mereka harus membela orang-orang yang lemah seperti anak
yatim dan janda-janda miskin. Mereka justru tidak membela hak anak-anak yatim
dan janda-janda yang lemah (ay. 23c). Mereka memilih untuk mengokohkan
posisinya dengan cara memutarbalikkan kebenaran dan membela orang-orang yang berani
membayar mereka dengan harga tinggi.
Dengan keadaan kota yang sudah sedemikian
rusak dan hancurnya, maka Tuhan pun memutuskan untuk bertindak. Apa yang Tuhan
lakukan? Tuhan akan melakukan pembalasan kepada para pemimpin kota yang fasik
tersebut (ay. 24), bahkan Tuhan akan memulihkan dan memurnikan kota tersebut
seperti semula (ay. 25), dan Tuhan akan mengembalikan para hakim-hakim kota
yang semula (yang masih mau berlaku adil) dan para penasehat yang semula (yang
memberikan nasehat yang benar dan sesuai Firman Tuhan) ke posisinya yang semula
(ay. 26a). Tuhan ingin mengembalikan kota tersebut menjadi kota keadilan dan
kota yang setia (ay. 26b).
Apa implikasinya bagi kita yang hidup di masa
kini? Mungkin saja saat ini pemimpin kita bukanlah orang yang baik. Mungkin
saja pemimpin kita (bisa berarti pemimpin di kantor kita, pemimpin perusahaan,
pemimpin instansi, pemimpin daerah, atau pemimpin di tingkat apapun juga) adalah
orang yang fasik dan jahat, bahkan mungkin adalah seorang penjahat. Pertanyaan
pertama adalah mengapa sampai orang yang jahat tersebut yang menjadi pemimpin?
Tentu ini juga mungkin adalah kesalahan dari rakyatnya yang memilih si penjahat
itu hingga sampai menjadi pemimpin. Tetapi walaupun mungkin rakyat itu tidak
bersalah karena tidak ikut memilih pemimpinnya, kita harus tetap percaya bahwa
Tuhan tetap sanggup melakukan apa yang terbaik bagi kota kita, jika kita
percaya dan meminta kepadaNya. Tidak ada yang mustahil bagiNya (Luk 1:37, Mrk 9:23).
Jika kita percaya dan tetap mengerjakan bagian kita, maka suatu saat Tuhan
pasti akan mengembalikan kota kita menjadi kota yang penuh dengan keadilan dan
kesetiaan. Sepanjang orang-orang benar senantiasa berdoa bagi kesejahteraan
kotanya, maka Tuhan tidak akan pernah tidak mendengar doa orang-orang benar
yang menginginkan pemimpin yang benar yang memimpin mereka. Suatu saat nanti,
pemimpin yang fasik dan jahat pasti akan diturunkan oleh Tuhan, percayalah!
Bacaan Alkitab: Yesaya 1:21-26
1:21 Bagaimana
ini, kota yang dahulu setia sekarang sudah menjadi sundal! Tadinya penuh
keadilan dan di situ selalu diam kebenaran, tetapi sekarang penuh pembunuh.
1:22 Perakmu
tidak murni lagi dan arakmu bercampur air.
1:23 Para
pemimpinmu adalah pemberontak dan bersekongkol dengan pencuri. Semuanya suka
menerima suap dan mengejar sogok. Mereka tidak membela hak anak-anak yatim, dan
perkara janda-janda tidak sampai kepada mereka.
1:24 Sebab itu
demikianlah firman Tuhan, TUHAN semesta alam, Yang Mahakuat pelindung Israel;
"Ha, Aku akan melampiaskan dendam-Ku kepada para lawan-Ku, dan melakukan
pembalasan kepada para musuh-Ku.
1:25 Aku akan
bertindak terhadap engkau: Aku akan memurnikan perakmu dengan garam soda, dan
akan menyingkirkan segala timah dari padanya.
1:26 Aku akan
mengembalikan para hakimmu seperti dahulu, dan para penasihatmu seperti semula.
Sesudah itu engkau akan disebutkan kota keadilan, kota yang setia."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.