Kamis, 02 Oktober 2014

Korban untuk Menghapus Dosa?



Minggu, 5 Oktober 2014
Bacaan Alkitab: Ibrani 10:1-4
“Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.” (Ibr 10:4)


Korban untuk Menghapus Dosa?


Pada masa Perjanjian Lama, bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Tuhansangat familiar dengan upacara pengorbanan. Tentu bukan manusia yang dikorbankan, tetapi terutama hewan ternak mereka, bisa berupa domba, kambing, atau lembu. Mereka mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan dengan berbagai tujuan. Bahkan kitab-kitab Taurat (Kejadian s.d. Ulangan), di situ dijabarkan dengan jelas korban-korban apa saja yang harus dikorbankan, kapan korban itu harus dipersembahkan kepada Tuhan, dan untuk apa korban tersebut dipersembahkan kepada Tuhan. Ada beberapa tujuan mengapa bangsa Israel mempersembahkan korban kepada Tuhah. Ada korban ucapan syukur, ada korban penghapus dosa, dan lain sebagainya. 

Kitab Taurat menjelaskan secara rinci tentang tata cara ibadah yang harus dilakukan oleh bangsa Israel. Semua diatur begitu rinci sehingga sebenarnya nyaris tidak ada celah untuk tidak melakukan ibadah yang dikehendaki oleh Allah. Sayangnya, bangsa Israel terjebak pada pola pikir bahwa korban yang mereka persembahkan di atas mezbah itu dapat digunakan untuk menghapus dosa. Dengan demikian mereka berpikir bahwa mereka bebas berbuat dosa kapan saja, selama mereka nanti akan mempersembahkan korban untuk menghapus dosa mereka. Pandangan mereka terlalu sempit sehingga sampai menganggap bahwa korban itu sebagai semacam “sogokan” manusia kepada Tuhan agar mereka bebas berbuat dosa dan nanti dapat diampuni kembali oleh Tuhan.

Oleh sebab itu korban menjadi sesuatu yang seakan-akan biasa dan wajar. Padahal di balik korban itu, ada suatu makna yang dalam, yaitu adanya darah yang dicurahkan dan nyawa yang dihilangkan. Sebenarnya, Hukum Taurat tidaklah salah. Akan tetapi pemikiran manusialah yang membuat Hukum Taurat menjadi seakan-akan salah. Bacaan Alkitab kita hari ini berkata bahwa dalam Hukum Taurat hanya menggambarkan bayangan dari keselamatan yang akan datang (ay. 1a). Oleh karena itu, persembahan korban yang sama setiap tahunnya, bahkan beberapa kali dalam setahun, sebenarnya menggambarkan betapa manusia membutuhkan keselamatan yang dari Tuhan melalui suatu mekanisme pengorbanan. Jika korban itu harus terus menerus dipersembahkan setiap tahun secara berulang, maka korban itu tidak akan mungkin menyelamatkan manusia (ay. 1b), karena jika korban hewan dapat menyelamatkan manusia, seharusnya manusia cukup mempersembahkan korban sekali dan korban tersebut tidak perlu dipersembahkan lagi (ay. 2). 

Oleh karena itu, Alkitab menulis esensi yang penting dari korban bakaran yang dipersembahkan setiap tahunnya: Korban tersebut tidak mungkin menyelamatkan manusia, korban tersebut tidak mungkin menghapuskan dosa manusia secara sempurna (ay. 4), tetapi justru korban tersebut akan mengingatkan manusia akan dosa (ay. 3). Ingat bahwa korban tersebut tidaklah menyelamatkan. Jika kita membaca terus ayat-ayat selanjutnya, maka kita akan mengerti bahwa korban bakaran yang telah ada sejak zaman Perjanjian lama sesungguhnya adalah gambaran mengenai korban yang sempurna, yaitu Yesus Kristus yang mati bagi kita di atas kayu salib. Ingat bahwa esensi korban adalah penumpahan darah dan penghilangan (penyerahan) nyawa, dan itu digenapi melalui kematian Yesus di atas kayu salib. Dengan matinya Yesus, maka ia menjadi korban yang sempurna, yang menebus dosa-dosa kita di atas kayu salib (1 Ptr 2:24).

Itulah sebabnya orang Kristen di masa sekarang ini tidak terikat dengan korban bakaran. Gereja Tuhan saat ini tidak mengenal mempersembahkan korban bakaran berupa hewan (domba, kambing, atau sapi). Kita sebagai umat Tuhan diijinkan mempersembahkan apapun kepada Tuhan dan tidak terbatas pada jenis korban (misalnya jenis hewan yang dikorbankan), berapa banyak korban (berapa ekor yang harus dipersembahkan), kapan korban harus dipersembahkan, bagaimana cara mempersembahkan korban, dan lain sebagainya. Saat ini kita mempersembahkan uang kita, waktu kita, bahkan seluruh hidup kita sebagai persembahan yang hidup  bagi Tuhan. Persembahan kita tidak terbatas pada hewan korban semata. Dan yang paling penting, kita tidak mempersembahkan korban agar dosa kita dihapus oleh korban tersebut, kita tidak mempersembahkan korban agar kita diselamatkan dan masuk surga. Kita mempersembahkan korban, sebagai ucapan syukur kita karena kita sudah dan telah diselamatkan oleh Tuhan Allah ketika kita percaya kepadaNya di dalam nama Yesus Kristus. Jangan sampai kita memiliki pola pikir dan pemahaman yang terbalik dan keliru. Pelajarilah Alkitab dengan sungguh-sungguh, agar kita memiliki pemahaman yang benar tentang kebenaran Firman Tuhan ini.



Bacaan Alkitab: Ibrani 10:1-4
10:1 Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.
10:2 Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya.
10:3 Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa.
10:4 Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.