Rabu, 15 Oktober 2014

Puasa dan Pertobatan Nasional



Senin, 20 Oktober 2014
Bacaan Alkitab: Yoel 2:15-17
“Kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang tua, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah penganten laki-laki keluar dari kamarnya, dan penganten perempuan dari kamar tidurnya” (Yl 2:16)


Puasa dan Pertobatan Nasional


Beberapa kali, Indonesia pernah mengadakan acara semacam gerakan yang bersifat nasional. Artinya kegiatan atau acara tersebut dilakukan serentak di berbagai tempat secara nasional di  Indonesia. Ada gerakan menanam pohon,  gerakan membersihkan lingkungan, dan lain sebagainya. Nah, terkait dengan hal itu, Alkitab juga pernah menulis tentang suatu kegiatan yang bersifat nasional, dimana hampir semua rakyat ikut serta, yaitu puasa dan pertobatan seluruh rakyat bangsa Yehuda (ay. 15).

Latar belakang peristiwa itu adalah ketika bangsa Yehuda berbalik dari jalan Tuhan dan meninggalkan Tuhan. Mereka berpaling dari Tuhan kepada berhala-berhala dan dewa-dewa bangsa-bangsa lainnya. Oleh karena itu nabi Yoel menyerukan agar ditiup sangkakala di Sion (Yerusalem) agar seluruh rakyat Yehuda mengadakan puasa yang kudus dan memaklumkan perkumpulan raya (ay. 15). Hal ini berarti seluruh rakyat Yehuda tanpa kecuali berbalik dari jalan yang salah dan kembali kepada Tuhan.

Bahkan dalam perkumpulan raya tersebut, nabi Yoel menyerukan agar seluruh bangsa dikumpulkan, seluruh jemaah Tuhan berkumpul untuk menguduskan diri tanpa terkecuali. Baik orang-orang tua, anak-anak, ahkan anak-anak yang menyusu harus ikut dalam puasa dan pertobatan nasional (ay. 16a). Bahkan para penganten laki-laki dan penganten perempuan yang baru menikah pun harus keluar dari kamar tidurnya dan ikut dalam perkumpulan raya tersebut (ay. 16b).

Jika rakyat Yehuda saja semuanya harus ikut, maka terlebih para imam dan pelayan-pelayan Tuhan (ay. 17a). Mereka juga harus ikut bahkan memimpin acara tersebut. Mereka harus menjadi perantara antara umat Tuhan dengan Tuhan. Mereka harus menangis di antara balai depan dan mezbah dan meminta Tuhan untuk melawan bangsa Yehuda. Para imam dan pelayan-pelayan Tuhan harus meminta ampun atas dosa-dosa bangsa Yehuda dan meminta pertolongan Tuhan bagi bangsa mereka (ay. 17b).

Ini adalah gambaran dari suatu puasa dan pertobatan nasional, yang terjadi di bangsa Yehuda pada waktu itu. Jika ditarik ke masa kini, apakah hal tersebut masih relevan? Bagi saya jawabannya tegas: Ya! Puasa dan pertobatan nasional masih relevan hingga saat ini. Jika mau jujur, sebenarnya dosa bangsa Indonesia sangatlah besar di hadapan Tuhan, tidak terkecuali orang-orang Kristen di Indonesia. Oleh karena itu, penting sekali adanya puasa dan pertobatan nasional, bahkan dimulai dari para anak-anak yang sekolah. Saya sendiri pernah melihat bagaimana suatu KKR anak yang diadakan di beberapa kota di Indonesia, di sana para anak-anak bertobat dan menangis, meminta ampun atas dosa-dosa mereka di hadapan Tuhan. Jika anak-anak yang bersekolah saja bisa seperti itu, bukankah kita yang lebih dewasa dan lebih tua harus mau bertobat di hadapan Tuhan? Bahkan bukankah para pendeta dan hamba-hamba Tuhan harus lebih sungguh-sungguh lagi bertobat di hadapan Tuhan?

Puasa dan pertobatan nasional bukan hanya sekedar seremonial. Perlu kesadaran penuh dari seluruh rakyat (minimal dari seluruh orang Kristen) di Indonesia untuk sadar akan dosa-dosanya, sadar akan dosa-dosa bangsanya, dan mau berdoa meminta belas kasihan Tuhan turun atas bangsa ini. Tuhan melihat hati kita yang hancur karena pertobatan kita. Oleh karena itu, jangan pernah main-main dengan pertobatan, tetapi sungguh-sungguhlah bertobat agar kasih Tuhan benar-benar nyata tercurah bagi bangsa kita.


Bacaan Alkitab: Yoel 2:15-17
2:15 Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya;
2:16 kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang tua, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah penganten laki-laki keluar dari kamarnya, dan penganten perempuan dari kamar tidurnya;
2:17 baiklah para imam, pelayan-pelayan TUHAN, menangis di antara balai depan dan mezbah, dan berkata: "Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa: Di mana Allah mereka?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.