Sabtu, 20
Desember 2014
Bacaan Alkitab: 1 Korintus
14:26-28
“Jika ada yang
berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang,
seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya.” (1 Kor 14:27)
Bahasa Roh dalam
Ibadah
Bahasa Roh merupakan suatu karunia yang umum
bagi jemaat Tuhan sekarang ini, khususnya bagi jemaat di gereja-gereja yang
beraliran pantekosta atau karismatik. Bahasa Roh sendiri adalah suatu karunia
dimana orang yang mendapatkan karunia tersebut, berkata-kata dengan bahasa yang
tidak dimengerti orang lain, atau berkata-kata dengan bahasa asing. Di sejumlah
gereja aliran pantekosta dan karismatik, kita dapat melihat bagaimana dalam
ibadah, hampir semua orang menyembah Tuhan dengan berbahasa Roh. Mulai dari
pemimpin pujian (worship leader/song leader), para singer, para choir, gembala
sidang, pendeta, para majelis, diaken, pengerja, bahkan jemaat itu sendiri.
Saya membayangkan orang yang pertama kali
datang ke gereja tersebut (yang berasal dari latar belakang non Kristen) dan
mendengar orang lain yang berada di depannya, di samping atau sebelahnya, dan di
belakangnya sedang berbahasa Roh, apakah tidak menimbulkan kebingungan di depan
jemaat baru tersebut? Bahasa Roh memang adalah suatu karunia yang sangat luar
biasa, karena kita bisa mengucapkan kata-kata dalam bahasa yang hanya kita
dengan Tuhan yang mengerti. Akan tetapi, bahasa Roh pun memiliki kelemahan jika
digunakan dengan kurang tepat.
Paulus sangat mengerti tentang hal ini.
Paulus adalah orang yang cukup sering berbahasa Roh, bahkan lebih dari orang
lain (1 Kor 14:18). Akan tetapi Paulus ingin menekankan bahwa bahasa Roh sebaiknya
digunakan di tempat yang tepat, yaitu dalam persekutuan pribadi kita dengan
Tuhan, atau di dalam persekutuan-persekutuan kecil. Dalam ibadah raya
(pertemuan jemaat), Paulus memberi nasehat kepada jemaat Korintus agar mereka
lebih memprioritaskan hal-hal yang penting dan membangun jemaat. Bahasa Roh pun
termasuk dalam hal-hal penting tersebut, di samping hal-hal lainnya seperti
mazmur, pengajaran, penyataan Allah, dan karunia-karunia lainnya (ay. 26).
Namun terkait dengan bahasa Roh, Paulus memberikan
nasehat yang sangat jelas yaitu agar orang-orang mengucapkan bahasa Roh secara
teratur. Satu persatu jemaat berkata-kata dengan bahasa Roh dengan bergantian,
dan harus ada orang lain untuk menafsirkan bahasa Roh tersebut (ay. 27). Bahkan
Paulus menegaskan bahwa jika tidak ada orang yang memiliki karunia untuk
menafsirkan bahasa Roh, maka lebih baik orang-orang yang berbahasa Roh berdiam
diri dan berkata-kata secara pribadi kepada Allah (ay. 28).
Lalu
bagaimana dampaknya dengan ibadah gereja saat ini, dimana bagi sejumlah
gereja aliran pantekosta dan karismatik, bahasa Roh sudah menjadi hal yang
umum? Meskipun tulisan Paulus adalah saran bagi jemaat Korintus sekitar 2.000
tahun yang lalu, tetapi tidak ada salahnya kita pun mengikuti nasehat Paulus,
karena nasehat Paulus itu pun bertujuan untuk keteraturan dalam ibadah jemaat.
Paulus tidak ingin ibadah menjadi kacau, dan sepertinya hal itu yang mulai
terlupakan oleh gereja-gereja di masa kini. Tidak ada aturan yang jelas
sehingga semua orang bisa saja berbahasa Roh pada setiap waktu ibadah, baik
dalam penyembahan, ketika sedang memuji Tuhan, ketika berdoa, dan lain
sebagainya.
Saya percaya bahwa Alkitab yang kita miliki
adalah suatu kesatuan yang utuh, termasuk bacaan Alkitab kita hari ini. Mungkin
bagi kita yang adalah jemaat, kita tidak mempunyai wewenang untuk mengubah
kebiasaan di gereja kita. Akan tetapi minimal kita bisa menjaga ketertiban di
gereja kita. Tidak salah kita berbahasa Roh, bahkan adalah suatu kebanggan kita
dapat memiliki karunia berbahasa Roh. Akan tetapi, alangkah baiknya jika kita
berbahasa Roh di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat. Tidak berbahasa Roh
ketika ibadah raya yang “mungkin” dihadiri oleh orang yang baru pertama kali
datang, tetapi silahkan berbahasa Roh dalam ibadah pribadi kita, atau
ibadah-ibadah kelompok kecil dimana kita sudah saling mengenal. Alangkah
indahnya jika dalam jemaat ada keteraturan, karena saya percaya, Tuhan kita
adalah Tuhan yang sempurna, yang ingin segala sesuatunya berjalan dengan rapi
dan teratur juga.
Bacaan Alkitab: 1 Korintus
14:26-28
14:26 Jadi
bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah
tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain
pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk
menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun.
14:27 Jika ada
yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga
orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya.
14:28 Jika tidak
ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam
pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada
Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.