Rabu, 17 Desember 2014

Bahasa Roh dalam Ibadah



Sabtu, 20 Desember 2014
Bacaan Alkitab: 1 Korintus 14:26-28
“Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya.” (1 Kor 14:27)


Bahasa Roh dalam Ibadah


Bahasa Roh merupakan suatu karunia yang umum bagi jemaat Tuhan sekarang ini, khususnya bagi jemaat di gereja-gereja yang beraliran pantekosta atau karismatik. Bahasa Roh sendiri adalah suatu karunia dimana orang yang mendapatkan karunia tersebut, berkata-kata dengan bahasa yang tidak dimengerti orang lain, atau berkata-kata dengan bahasa asing. Di sejumlah gereja aliran pantekosta dan karismatik, kita dapat melihat bagaimana dalam ibadah, hampir semua orang menyembah Tuhan dengan berbahasa Roh. Mulai dari pemimpin pujian (worship leader/song leader), para singer, para choir, gembala sidang, pendeta, para majelis, diaken, pengerja, bahkan jemaat itu sendiri.

Saya membayangkan orang yang pertama kali datang ke gereja tersebut (yang berasal dari latar belakang non Kristen) dan mendengar orang lain yang berada di depannya, di samping atau sebelahnya, dan di belakangnya sedang berbahasa Roh, apakah tidak menimbulkan kebingungan di depan jemaat baru tersebut? Bahasa Roh memang adalah suatu karunia yang sangat luar biasa, karena kita bisa mengucapkan kata-kata dalam bahasa yang hanya kita dengan Tuhan yang mengerti. Akan tetapi, bahasa Roh pun memiliki kelemahan jika digunakan dengan kurang tepat.

Paulus sangat mengerti tentang hal ini. Paulus adalah orang yang cukup sering berbahasa Roh, bahkan lebih dari orang lain (1 Kor 14:18). Akan tetapi Paulus ingin menekankan bahwa bahasa Roh sebaiknya digunakan di tempat yang tepat, yaitu dalam persekutuan pribadi kita dengan Tuhan, atau di dalam persekutuan-persekutuan kecil. Dalam ibadah raya (pertemuan jemaat), Paulus memberi nasehat kepada jemaat Korintus agar mereka lebih memprioritaskan hal-hal yang penting dan membangun jemaat. Bahasa Roh pun termasuk dalam hal-hal penting tersebut, di samping hal-hal lainnya seperti mazmur, pengajaran, penyataan Allah, dan karunia-karunia lainnya (ay. 26).

Namun terkait dengan bahasa Roh, Paulus memberikan nasehat yang sangat jelas yaitu agar orang-orang mengucapkan bahasa Roh secara teratur. Satu persatu jemaat berkata-kata dengan bahasa Roh dengan bergantian, dan harus ada orang lain untuk menafsirkan bahasa Roh tersebut (ay. 27). Bahkan Paulus menegaskan bahwa jika tidak ada orang yang memiliki karunia untuk menafsirkan bahasa Roh, maka lebih baik orang-orang yang berbahasa Roh berdiam diri dan berkata-kata secara pribadi kepada Allah (ay. 28).

Lalu  bagaimana dampaknya dengan ibadah gereja saat ini, dimana bagi sejumlah gereja aliran pantekosta dan karismatik, bahasa Roh sudah menjadi hal yang umum? Meskipun tulisan Paulus adalah saran bagi jemaat Korintus sekitar 2.000 tahun yang lalu, tetapi tidak ada salahnya kita pun mengikuti nasehat Paulus, karena nasehat Paulus itu pun bertujuan untuk keteraturan dalam ibadah jemaat. Paulus tidak ingin ibadah menjadi kacau, dan sepertinya hal itu yang mulai terlupakan oleh gereja-gereja di masa kini. Tidak ada aturan yang jelas sehingga semua orang bisa saja berbahasa Roh pada setiap waktu ibadah, baik dalam penyembahan, ketika sedang memuji Tuhan, ketika berdoa, dan lain sebagainya.

Saya percaya bahwa Alkitab yang kita miliki adalah suatu kesatuan yang utuh, termasuk bacaan Alkitab kita hari ini. Mungkin bagi kita yang adalah jemaat, kita tidak mempunyai wewenang untuk mengubah kebiasaan di gereja kita. Akan tetapi minimal kita bisa menjaga ketertiban di gereja kita. Tidak salah kita berbahasa Roh, bahkan adalah suatu kebanggan kita dapat memiliki karunia berbahasa Roh. Akan tetapi, alangkah baiknya jika kita berbahasa Roh di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat. Tidak berbahasa Roh ketika ibadah raya yang “mungkin” dihadiri oleh orang yang baru pertama kali datang, tetapi silahkan berbahasa Roh dalam ibadah pribadi kita, atau ibadah-ibadah kelompok kecil dimana kita sudah saling mengenal. Alangkah indahnya jika dalam jemaat ada keteraturan, karena saya percaya, Tuhan kita adalah Tuhan yang sempurna, yang ingin segala sesuatunya berjalan dengan rapi dan teratur juga.


Bacaan Alkitab: 1 Korintus 14:26-28
14:26 Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun.
14:27 Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya.
14:28 Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.