Rabu, 24 Desember
2014
Bacaan Alkitab: Matius 1:18-25
Sesudah bangun
dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu
kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan
dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus. (Mat 1:24-25)
Makna Kekudusan
Menyambut Malam yang Kudus
Tidak terasa sebentar lagi kita akan
merayakan hari Natal. Tentu beberapa minggu terakhir ini kita sudah cukup familiar
dengan lagu-lagu bertema natal yang terdengar di televisi, radio, di gereja, bahkan
di pusat-pusat perbelanjaan. Apa lagu natal kesukaan kita? Dengan jawaban yang
beragam, saya berani mengatakan bahwa salah satu lagu natal favorit umat
Kristiani adalah lagu “Malam Kudus”. Kita tentu sering menyanyikan lirik lagu Malam
Kudus ini bukan? Akan tetapi pernahkah kita berpikir mengapa malam tersebut
disebut malam (yang) kudus? Dimana letak kekudusannya?
Pertama-tama kita perlu mengerti arti kata
kudus. Jika kita melihat di kamus Alkitab di bagian belakang Alkitab terbitan
Lembaga Alkitab Indonesia, salah satu penjelasan terhadap kata kudus adalah “dipilih
dan dijadikan sebagai miliknya”. Lalu apa hubungannya antara kudus/kekudusan dengan
hari Natal?
Dalam bacaan Kitab Suci kita hari ini, yang
saya yakin bahwa kita sudah sangat sering membaca atau mendengarnya, terlebih
di masa-masa Natal ini, kita melihat bahwa paling tidak ada tiga hal terkait
kekudusan yang dapat kita pelajari.
Pertama, kita melihat bagaimana Maria menjaga
kekudusan dengan menjaga keperawanannya dalam masa tunangannya dengan Yusuf
(ay. 18). Hal ini dapat kita lihat lebih jauh lagi dalam Lukas 1:26-38, dimana dikatakan
bahwa Maria adalah seorang perawan (Luk 1:27). Tentu saja Allah tidak akan
sembarangan memilih orang yang akan mengandung dan melahirkan bayi Yesus di
dunia ini. Saya yakin bahwa Maria adalah pilihan terbaik karena memang Maria
adalah seorang gadis yang sangat menjaga kekudusan, dan juga memiliki ketaatan
dan keberanian untuk menjadi “ibu jasmani” Yesus di dunia ini. Itulah salah
satu sebab mengapa Gereja Katolik Roma pun
sangat menghargai peran dan jasa Maria sehingga menempatkkannya sebagai salah
satu figur sentral dalam agama Katolik.
Kedua, kita melihat bagaimana Yusuf menjaga kekudusan
dengan berencana untuk menceraikan Maria secara diam-diam (ay. 19). Pada masa
itu, di masyarakat Yahudi ada tiga tingkatan sebelum menikah, yaitu: 1)
pacaran; 2) bertunangan; dan 3) pernikahan. Posisi Maria dan Yusuf saat itu
adalah pada tahap bertunangan, dan jika dalam masa pertunangan itu diketahui
bahwa si wanita sudah hamil, maka pihak pria dapat mengadukannya kepada tua-tua
dan jika memang si wanita hamil bukan karena pria yang telah menjadi
tunangannya, si wanita itu akan dijatuhi hukuman yaitu dilempari denga batu.
Tentu Yusuf memiliki pilihan untuk membawa
perkara hamilnya Maria kepada tua-tua Yahudi. Akan tetapi kita melihat
bagaimana Yusuf bertindak dengan bijaksana yaitu bermaksud untuk “menceraikan”
Maria dengan diam-diam (ay. 19). Arti menceraikan di sini berbeda dengan cerai
yang kita kenal saat ini. Istilah yang lebih tepat adalah membatalkan
pertunangan, tetapi Yusuf bermaksud melakukannya dengan diam-diam untuk menjaga
nama baik Maria. Tentu Maria sudah bercerita kepada Yusuf bahwa ia hamil karena
Roh Kudus, tetapi ingatlah bahwa pada masa itu tidak ada yang tahu apa itu Roh Kudus,
dan Yusuf sebagai seorang manusia pun tentu mengalami kebimbangan tentang
apakah yang dikatakan Maria adalah benar atau hanya kebohongan semata.
Tetapi Alkitab mengatakan bahwa ketika Yusuf
sedang merencanakan untuk membatalkan pertunangannya dengan Maria secara
diam-diam, seorang malaikat Tuhan datang kepada Yusuf dalam mimpi dan
menjelaskan bahwa Maria memang mengandung dari Roh Kudus (ay. 20-23). Setelah mendapat
penglihatan melalui mimpi tersebut, Yusuf pun segera mengambil Maria untuk
menjadi isterinya (ay. 24). Hal ini berarti Yusuf segera “melegalkan”
pertunangan mereka menjadi pernikahan yang sah secara adat dan agama Yahudi
pada waktu itu.
Ini adalah sebuah keputusan yang besar yang
diambil oleh Yusuf. Yusuf memilih untuk menikahi Maria dengan segala pertanyaan
yang mungkin masih tersisa di benaknya. Yusuf memilih untuk taat kepada
perintah Tuhan. Yusuf memilih untuk melindungi Maria dan bayi Yesus yang ada
dalam kandungan Maria. Tanpa peran Yusuf, mungkin tidak akan ada bayi Yesus
yang lahir ke dunia. Yusuf mampu memilih apa yang benar dan melakukan bagiannya
untuk mendatangkan kerajaan Allah di dunia ini.
Ketiga, Yusuf dan Maria secara bersama-sama
menjaga kekudusan mereka setelah mereka resmi hidup sebagai suami dan isteri
(ay. 25). Ketika Yusuf mengambil Maria sebagai isterinya yang sah dalam ikatan
pernikahan Yahudi pada saat itu, tentu saja Yusuf dan Maria memiliki hak penuh untuk
melakukan apa yang boleh mereka lakukan
sebagai suami dan isteri, yaitu bersetubuh. Akan tetapi Yusuf dan Maria memilih
untuk tetap menjaga kekudusan dengan tidak bersetubuh sampai Maria melahirkan Yesus
di kota Betlehem. Alkitab memang tidak mengatakan berapa lama mereka menunda
untuk melakukan hubungan suami isteri, tetapi saya yakin bahwa hal tersebut adalah
hal yang sulit untuk mereka lakukan, karena mereka sudah tinggal serumah,
bahkan sekamar, tetapi tetap menjaga dan menahan diri untuk menjaga kekudusan
demi bayi Yesus.
Inilah makna kekudusan yang sangat luar biasa
di hari Natal ini. Tidak hanya malam kelahiran Yesus yang merupakan malam yang
kudus, tetapi jauh sebelum itu, berbulan-bulan sebelumnya, sudah ada kekudusan
yang dilakukan oleh Yusuf dan Maria sebagai “ayah dan ibu jasmani” Yesus.
Sebentar lagi Natal akan datang. Jika 2.000
tahun yang lalu saja ada kekudusan yang luar biasa di balik makna Natal,
bagaimana dengan kita saat ini? Apakah kita menyambut Natal dengan segala pesta
pora, kemabukan, dan justru dengan segala ketidakkudusan hidup kita? Apakah
kita mau berkorban menjaga kekudusan kita menyambut hari Natal ini? Bahkan seharusnya
kita tetap hidup kudus dan menjaga
kekudusan dalam setiap hari kehidupan kita. Jika umat Islam saja benar-benar bertobat
dan menjaga kekudusan menyongsong hari raya mereka, bukankah kita sebagai umat
Kristiani juga perlu memiliki sikap seperti itu? Mari kita menjaga dan
memelihara kekudusan menyambut malam yang kudus di hari Natal ini, bahkan
seterusnya kita akan berusaha untuk hidup lebih kudus lagi untuk menyenangkan
hati Allah.
Bacaan Alkitab: Matius 1:18-25
1:18 Kelahiran
Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan
dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup
sebagai suami isteri.
1:19 Karena Yusuf
suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di
muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
1:20 Tetapi
ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam
mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil
Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh
Kudus.
1:21 Ia akan
melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah
yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
1:22 Hal itu
terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
1:23
"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak
laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah
menyertai kita.
1:24 Sesudah
bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan
itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,
1:25 tetapi tidak
bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf
menamakan Dia Yesus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.