Selasa, 23 Desember
2014
Bacaan Alkitab: 1 Tesalonika
2:5-7
“Tetapi kami
berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati
anaknya.” (1 Tes 2:7)
Seperti Seorang
Ibu
Setiap tanggal 22 Desember, kita memperingati
hari ibu. Tentu sudah banyak sekali renungan tentang ibu, bagaimana seorang ibu
berkorban bagi anak-anaknya, dan lain sebagainya. Hari ini saya pun mencoba menulis
sebuah renungan tentang ibu, tetapi tentu saja saya mencoba melihat dari sisi
yang jarang dilihat oleh orang lain.
Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, Paulus
menulis kepada jemaat Tesalonika tentang sikap yang ditunjukkan Paulus kepada
mereka. Paulus menekankan bahwa dalam pelayanannya maupun dalam khotbah-khotbahnya,
Paulus tidak pernah bermulut manis (ay. 5a). Fakta tersebut pun sudah diketahui
benar oleh jemaat Tesalonika. Paulus dalam khotbah-khotbahnya tidak pernah
bermulut manis demi kepentingan sendiri, atau memiliki maksud loba yang
tersembunyi (ay. 5b). Bahkan Paulus mengatakan bahwa Allah adalah saksi atas
pernyataannya tersebut.
Sungguh hebat apa yang dilakukan Paulus, Ia
tidak pernah mencari pujian dari manusia, baik dari jemaat, dari hamba Tuhan
lain, bahkan dari orang lain (ay. 6a). Baginya, jauh lebih baik bagi Paulus
untuk mencari pujian dari Tuhan. Paulus berkata bahwa sudah seharusnya ia
bersikap demikian sebagai seorang rasul Kristus (ay. 6b). Seorang hamba Tuhan
apalagi seorang rasul tentu harus memiliki standar yang demikian. Tidak sekedar
berkata-kata manis, tidak sekedar mengkhotbahkan hal-hal yang enak-enak saja,
tidak sekedar mengkhotbahkan hal-hal yang memberi kenyamanan, tetapi jika perlu
mengkhotbahkan teguran yang keras, asalkan sesuai dengan Firman Tuhan. Firman
Tuhan juga mengatakan bahwa lebih baik teguran yang nyata daripada kasih yang
tersembunyi (Ams 27:5).
Namun di balik itu semua, Paulus memposisikan
dirinya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya, yaitu antara lain jemaat di kota
Tesalonika. Paulus tetap berlaku ramah, dan mengasuh serta merawat jemaat
Tesalonika (ay. 7). Ia mungkin bukan seperti seorang ibu yang selalu
mengabulkan apa yang diminta anaknya, tetapi ia bertindak seperti seorang ibu
yang sabar mendidik anak-anaknya di dalam kebenaran. Inilah terkadang perbedaan
seorang ibu dan nenek, dimana seorang nenek pada umumnya lebih memanjakan
cucunya dibanding seorang ibu kepada anaknya. Jika hal ini kurang diantisipasi,
seorang anak bisa menjadi manja karena terbiasa dimanja oleh neneknya.
Menyambut hari ibu di tahun ini, kita kembali
diingatkan bahwa terkadang kita memiliki seorang gembala sidang, pendeta, atau
pemimpin rohani yang mengajar dengan tegas dan tidak bermulut manis. Mungkin
seringkali kita kesal dengan perkataan mereka yang seakan-akan membuat kita
tidak nyaman. Tetapi saya percaya bahwa mungkin itulah yang kita butuhkan,
yaitu seorang pemimpin rohani yang berani mengatakan kebenaran dengan maksud yang
baik. Sama seperti seorang ibu yang tetap mendidik dan merawat anak-anaknya
dalam kasih. Mungkin saat ini kita tidak mengerti mengapa kita seakan-akan
dididik dengan keras, tetapi seiring berjalannya waktu, ketika kita sudah
semakin dewasa, kita akan mengerti bahwa semua itu adalah bagi kebaikan kita, yaitu
agar kita menjadi seseorang yang memiliki kepribadian yang tangguh.
Bacaan Alkitab: 1 Tesalonika
2:5-7
2:5 Karena kami
tidak pernah bermulut manis -- hal itu kamu ketahui -- dan tidak pernah
mempunyai maksud loba yang tersembunyi -- Allah adalah saksi --
2:6 juga tidak
pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari
orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul
Kristus.
2:7 Tetapi kami
berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati
anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.