Senin, 22 Desember 2014

Seperti Seorang Ibu



Selasa, 23 Desember 2014
Bacaan Alkitab: 1 Tesalonika 2:5-7
“Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.” (1 Tes 2:7)


Seperti Seorang Ibu

Setiap tanggal 22 Desember, kita memperingati hari ibu. Tentu sudah banyak sekali renungan tentang ibu, bagaimana seorang ibu berkorban bagi anak-anaknya, dan lain sebagainya. Hari ini saya pun mencoba menulis sebuah renungan tentang ibu, tetapi tentu saja saya mencoba melihat dari sisi yang jarang dilihat oleh orang lain. 

Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, Paulus menulis kepada jemaat Tesalonika tentang sikap yang ditunjukkan Paulus kepada mereka. Paulus menekankan bahwa dalam pelayanannya maupun dalam khotbah-khotbahnya, Paulus tidak pernah bermulut manis (ay. 5a). Fakta tersebut pun sudah diketahui benar oleh jemaat Tesalonika. Paulus dalam khotbah-khotbahnya tidak pernah bermulut manis demi kepentingan sendiri, atau memiliki maksud loba yang tersembunyi (ay. 5b). Bahkan Paulus mengatakan bahwa Allah adalah saksi atas pernyataannya tersebut.

Sungguh hebat apa yang dilakukan Paulus, Ia tidak pernah mencari pujian dari manusia, baik dari jemaat, dari hamba Tuhan lain, bahkan dari orang lain (ay. 6a). Baginya, jauh lebih baik bagi Paulus untuk mencari pujian dari Tuhan. Paulus berkata bahwa sudah seharusnya ia bersikap demikian sebagai seorang rasul Kristus (ay. 6b). Seorang hamba Tuhan apalagi seorang rasul tentu harus memiliki standar yang demikian. Tidak sekedar berkata-kata manis, tidak sekedar mengkhotbahkan hal-hal yang enak-enak saja, tidak sekedar mengkhotbahkan hal-hal yang memberi kenyamanan, tetapi jika perlu mengkhotbahkan teguran yang keras, asalkan sesuai dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan juga mengatakan bahwa lebih baik teguran yang nyata daripada kasih yang tersembunyi (Ams 27:5).

Namun di balik itu semua, Paulus memposisikan dirinya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya, yaitu antara lain jemaat di kota Tesalonika. Paulus tetap berlaku ramah, dan mengasuh serta merawat jemaat Tesalonika (ay. 7). Ia mungkin bukan seperti seorang ibu yang selalu mengabulkan apa yang diminta anaknya, tetapi ia bertindak seperti seorang ibu yang sabar mendidik anak-anaknya di dalam kebenaran. Inilah terkadang perbedaan seorang ibu dan nenek, dimana seorang nenek pada umumnya lebih memanjakan cucunya dibanding seorang ibu kepada anaknya. Jika hal ini kurang diantisipasi, seorang anak bisa menjadi manja karena terbiasa dimanja oleh neneknya. 

Menyambut hari ibu di tahun ini, kita kembali diingatkan bahwa terkadang kita memiliki seorang gembala sidang, pendeta, atau pemimpin rohani yang mengajar dengan tegas dan tidak bermulut manis. Mungkin seringkali kita kesal dengan perkataan mereka yang seakan-akan membuat kita tidak nyaman. Tetapi saya percaya bahwa mungkin itulah yang kita butuhkan, yaitu seorang pemimpin rohani yang berani mengatakan kebenaran dengan maksud yang baik. Sama seperti seorang ibu yang tetap mendidik dan merawat anak-anaknya dalam kasih. Mungkin saat ini kita tidak mengerti mengapa kita seakan-akan dididik dengan keras, tetapi seiring berjalannya waktu, ketika kita sudah semakin dewasa, kita akan mengerti bahwa semua itu adalah bagi kebaikan kita, yaitu agar kita menjadi seseorang yang memiliki kepribadian yang tangguh.


Bacaan Alkitab: 1 Tesalonika 2:5-7
2:5 Karena kami tidak pernah bermulut manis -- hal itu kamu ketahui -- dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi -- Allah adalah saksi --
2:6 juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.
2:7 Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.