Minggu, 05 November 2017

Anjing dan Babi dalam Alkitab (18): Ucapan untuk Melemahkan Semangat Para Pembangun Tembok Yerusalem



Selasa, 7 November 2017
Bacaan Alkitab: Nehemia 4:1-6
Lalu berkatalah Tobia, orang Amon itu, yang ada di dekatnya: "Sekalipun mereka membangun kembali, kalau seekor anjing hutan meloncat dan menyentuhnya, robohlah tembok batu mereka." (Neh 4:3)


Anjing dan Babi dalam Alkitab (18): Ucapan untuk Melemahkan Semangat Para Pembangun Tembok Yerusalem


Dari zaman raja-raja Israel dan Yehuda, maka kita akan melanjutkan serial renungan ini ke masa setelah pembuangan atau pada masa Nehemia sedang membangun kembali kota Yerusalem. Pembangunan kota Yerusalem dimulai dengan pembangunan Bait Allah yang dilakukan di bawah pimpinan Ezra. Selanjutnya Nehemia merasa tergerak untuk membangun kembali kota Yerusalem. Ia melihat bahwa Yerusalem begitu lemah karena tidak memiliki tembok yang melindunginya, padahal di tengah-tengah Yerusalem sudah berdiri bangunan Bait Allah. Oleh karena itu Nehemia bertekad untuk membangun kembali tembok  Yerusalem sebagai salah satu prioritasnya.

Dalam pembangunan kembali tembok Yerusalem, ada orang-orang yang tidak suka dan berusaha menghentikan proses pembangunan itu dengan segala macam cara, salah satunya adalah Sanbalat dan Tobia (Neh 2:10). Ketika Sanbalat mendengar bahwa Nehemia dan orang-orang Yahudi mulai membangun tembok Yerusalem, maka ia menjadi marah dan sakit hati. Bahkan ia mengolok-olokkan orang Yahudi dengan berkata di depan saudara-saudaranya dan di depan tentara Samaria: “Apa yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang lemah ini? Apakah mereka akan mampu membangun batu-batu dari timbunan puing ini?” (ay. 1-2).

Tidak cukup hanya sampai di situ, Tobia orang Amon tersebut juga melanjutkan perkataan Sanbalat. Mereka berdua memang adalah tokoh-tokoh penentang pembangunan kembali kota Yerusalem. Tobia berkata bahwa “Sekalipun mereka membangun kembali, kalau seekor anjing hutan meloncat dan menyentuhnya, robohlah tembok batu mereka” (ay. 3). Ini adalah omongan yang sangat menjelek-jelekkan dan menghina orang Yahudi. Dengan kata lain Tobia ingin berkata bahwa kualitas bangunan itu begitu jeleknya sehingga akan mudah dirobohkan. Tobia ingin berkata bahwa tidak perlu tentara dengan persenjataan yang lengkap untuk merobohkan tembok tersebut, tetapi seekor anjing hutan saja dapat merobohkannya.

Mengapa gambaran anjing hutan yang digunakan oleh Tobia? Ada kemungkinan bahwa kota Yerusalem yang sudah dihancurkan pada masa Nebukadnezar, raja Babel itu, sudah menjadi timbunan puing-puing sehingga mulai muncul hewan-hewan liar seperti anjing hutan. Anjing juga adalah gambaran hewan yang najis bagi bangsa Yahudi, sehingga cukup dapat dimengerti penggunaan kata “anjing hutan” oleh Tobia untuk menghina usaha Nehemia dan orang Yahudi tersebut.

Tobia berpikir bahwa Nehemia dan orang-orang Yahudi akan mudah dipatahkan semangatnya melalui perkataan yang menjatuhkan. Akan tetapi, ternyata hal itu salah. Justru di situ Nehemia menjadi semakin tertantang untuk membuktikan bahwa ucapan Tobia itu adalah salah. Nehemia tentu tidak hanya mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi justru menyerahkannya kepada Allah. Nehemia berdoa kepada Allah supaya Ia membela umat-Nya, dan dengan demikian biarlah cercaan (hinaan) mereka menimpa kepala mereka sendiri (ay. 4). Bahkan karena begitu intensnya penghinaan Sanbalat dan Tobia tersebut, maka Nehemia berdoa supaya Tuhan jangan menutupi kesalahan mereka dan jangan menghapus dosa mereka, karena mereka menyakiti hati Tuhan dengan sikap mereka terhadap umat-umat Tuhan (ay. 5).

Tetapi doa Nehemia tidak berhenti sampai di situ saja. Nehemia dan orang-orangnya juga senantiasa berjuang untuk tetap dan terus membangun tembok hingga ujung-ujungnya bertemu. Memang saat itu mereka baru bisa membangun tembok dengan setengah tinggi (tidak setinggi tembok asli sebelum dihancurkan) (ay. 6a). Tetapi itu saja sudah merupakan prestasi yang luar biasa di tengah-tengah segala hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh Nehemia dan orang-orangnya. Justru ucapan Sanbalat dan Tobia menjadi semacam cambuk yang membuat bangsa Israel bekerja dengan segenap hati (ay. 6b).

Kata “anjing” sendiri sudah umum digunakan di berbagai bahasa (termasuk di bahasa Indonesia dan juga di sejumlah bahasa suku lainnya) untuk menghina orang lain. Namun demikian, kita harus belajar supaya perkataan kita adalah perkataan yang membangun dan bukan perkataan yang menjatuhkan. Banyak orang menjadi iri hati dengan kesuksesan orang lain, sehingga mereka berusaha untuk menjatuhkan orang lain melalui perkataan dan juga tindakan. Kita mungkin sudah belajar supaya tidak menghina orang, tetapi kita juga harus memperkarakan jika kita dihina, apakah respon kita? Apakah kita membalasnya dengan perkataan yang menghina juga ataukah kita diam dan memperkarakan kepada Tuhan? Satu kebenaran yang penting adalah bahwa jika kita benar-benar hidup di jalan Tuhan, maka ketika mereka menghina kita, sebetulnya mereka sedang menghina Tuhan.



Bacaan Alkitab: Nehemia 4:1-6
4:1 Ketika Sanbalat mendengar, bahwa kami sedang membangun kembali tembok, bangkitlah amarahnya dan ia sangat sakit hati. Ia mengolok-olokkan orang Yahudi
4:2 dan berkata di hadapan saudara-saudaranya dan tentara Samaria: "Apa gerangan yang dilakukan orang-orang Yahudi yang lemah ini? Apakah mereka memperkokoh sesuatu? Apakah mereka hendak membawa persembahan? Apakah mereka akan selesai dalam sehari? Apakah mereka akan menghidupkan kembali batu-batu dari timbunan puing yang sudah terbakar habis seperti ini?"
4:3 Lalu berkatalah Tobia, orang Amon itu, yang ada di dekatnya: "Sekalipun mereka membangun kembali, kalau seekor anjing hutan meloncat dan menyentuhnya, robohlah tembok batu mereka."
4:4 Ya, Allah kami, dengarlah bagaimana kami dihina. Balikkanlah cercaan mereka menimpa kepala mereka sendiri dan serahkanlah mereka menjadi jarahan di tanah tempat tawanan.
4:5 Jangan Kaututupi kesalahan mereka, dan dosa mereka jangan Kauhapus dari hadapan-Mu, karena mereka menyakiti hati-Mu dengan sikap mereka terhadap orang-orang yang sedang membangun.
4:6 Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.