Minggu, 19 November 2017
Bacaan
Alkitab: Amsal 11:16-22
Seperti anting-anting emas di jungur babi, demikianlah perempuan cantik
yang tidak susila. (Ams 11:22)
Anjing dan Babi dalam Alkitab (27): Seperti Anting-anting
Emas di Jungur Babi
Kitab Amsal berisi banyak kata-kata
hikmat yang bijaksana, yang disusun oleh orang-orang pandai dalam Alkitab
seperti raja Salomo. Kitab Amsal sebenarnya adalah kitab yang banyak memuat
ayat-ayat yang dapat berdiri sendiri, artinya dalam 1 ayat sudah memuat hikmat
maupun kebijaksanaan yang mandiri. Namun harus diakui bahwa di dalam kitab
Amsal juga terdapat sejumlah ayat yang masih terkait dengan ayat sebelum dan
sesudahnya karena memiliki topik yang sama. Amsal 11 ini sebenarnya dapat dikatakan
berisi ayat-ayat yang masing-masing dapat berdiri sendiri karena masing-masing
ayat dapat berdiri sendiri. Namun demikian, untuk lebih memahami ayat nats kita
hari ini, maka saya akan mencoba membahasnya dengan mempertimbangkan beberapa
ayat sebelumnya supaya kita dapat lebih memahami makna ayat-ayat tersebut.
Kata perempuan sendiri cukup banyak
disebutkan di dalam kitab Amsal. Namun dalam pasal 11 ini, kata perempuan hanya
disebutkan 2 kali yaitu pada ayat 16 dan 22, sehingga kita akan menjadikan 2
ayat tersebut sebagai batas bacaan Alkitab kita untuk dasar renungan hari ini.
Dikatakan bahwa perempuan yang baik hati beroleh hormat, sedangkan seorang
penindas beroleh kekayaan (ay. 16). Agak aneh jika tiba-tiba disebutkan
perempuan dalam ayat 16 karena sebenarnya semua orang yang baik hati pastilah beroleh
hormat, dan semua orang yang menindas (tidak harus perempuan) bisa memperoleh
kekayaan dari hasil penindasannya tersebut. Kata penindas di sini juga dapat
diartikan sebagai seseorang yang kuat. Sehingga di beberapa terjemahan baik
bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, ada yang menulis ayat 16 sebagai:
perempuan yang baik hati beroleh hormat, sedangkan seorang yang kuat beroleh
kekayaan. Hal ini masih dapat diperdebatkan, tetapi yang jelas kata “seorang
penindas” di ayat 16 mengacu kepada seorang laki-laki dan bukan perempuan. Sehingga
dalam ayat 16 ini penulis amsal hendak menunjukkan suatu perbedaan yang nyata (pemisahan)
antara bagian awal ayat dengan bagian akhir ayat. Di bagian awal ayat
ditunjukkan bahwa seorang perempuan yang baik hati dapat beroleh hormat,
sementara itu di bagian akhir ayat ditunjukkan bahwa seorang laki-laki yang
kuat (atau yang menindas) beroleh kekayaan.
Inti dari ayat 16 ini adalah bahwa salah
satu tujuan utama dari seorang perempuan bukanlah mengejar kekayaan. Ada suatu
tujuan lain yang lebih mulia dan agung bagi seorang perempuan adalah untuk
memperoleh kehormatan. Memang ayat 16 ini ditulis pada masa Perjanjian Lama, ribuan
tahun sebelum masa kita hidup saat ini. Seiring perkembangan zaman, kita
melihat bahwa ada suatu emansipasi wanita dimana saat ini banyak wanita yang juga
bekerja dan mencari uang. Tidak salah jika ada wanita yang bekerja mencari
uang, apalagi di zaman modern ini dimana memang kebutuhan hidup semakin
meningkat harganya. Namun perlu diingat bahwa seorang wanita harus mencari uang
dengan tujuan untuk menjaga kehormatannya. Bagi wanita, kehormatan jauh lebih
penting daripada uang dan kekayaan. Jadi, kalaupun seorang wanita harus
bekerja, carilah pekerjaan atau profesi yang tidak mengurangi kehormatan
wanita. Seperti contoh, jangan menjadi seorang pekerja seks komersial yang
meskipun bisa mendapatkan uang banyak, tetapi itu merusak kehormatanmu sebagai
wanita.
Ayat-ayat selanjutnya juga berbicara
tentang 2 kondisi yang saling bertolak belakang atau kontradiksi. Ayat-ayat
tersebut antara lain berbicara tentang orang yang berdiri di pihak yang benar
melawan orang yang berdiri di pihak yang jahat. Orang yang berdiri di pihak
yang benar disebut sebagai orang yang murah hati, orang yang menabur kebenaran,
orang yang berpegang kepada kebenaran yang sejati, orang yang tidak bercela,
dan orang benar. Kepada mereka akan diberikan “upah” sebagai konsekuensi dari
kehidupan mereka yang benar di hadapan Tuhan, yaitu berbuat baik kepada diri
sendiri, mendapatkan pahala yang tetap, menuju hidup, jalannya berkenan di
hadapan Tuhan, dan diselamatkan (ay. 17a, 18b, 19a, 20b, dan 21b). Sebaliknya
mereka yang berdiri di pihak yang jahat disebut sebagai orang yang kejam, orang
fasik, orang yang mengejar kejahatan, orang yang serong hatinya, dan orang
jahat. Orang-orang seperti ini akan menerima konsekuensi atas kejahatan mereka
yaitu menyiksa badannya sendiri, membuat laba yang sia-sia, menuju kematian,
menjadi kekejian bagi Tuhan, dan tidak akan luput dari hukuman (ay. 17b, 18a,
19b, 20a, dan 21a). Setiap ayat tersebut dapat dibahas secara mendalam tetapi
hari ini kita akan fokus mengenai tema renungan kita yaitu untuk membahas makna
kata babi di dalam ayat selanjutnya.
Dari contoh-contoh di ayat 16 hingga 21
tersebut, kemudian muncullah ayat 22. Ayat 22 ini agak berbeda dengan ayat-ayat
sebelumnya karena tidak menunjukkan pemisahan antara mereka yang dipandang
benar dan mereka yang jahat. Ayat 22 justru menunjukkan penguatan terhadap maksud
dari ayat tersebut. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Terjemahan Baru terbitan
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), ayat 22 sendiri berbunyi “Seperti
anting-anting emas di jungur babi, demikianlah perempuan cantik yang tidak
susila” (ay. 22). Jadi frasa “anting-anting emas di jungur babi” menjadi
gambaran atau ilustrasi perempuan cantik yang tidak susila.
Kata anting-anting emas juga dapat
diartikan sebagai cincin atau perhiasan emas. Budaya bangsa-bangsa di timur
tengah pada masa itu cukup banyak yang menggunakan antiing-anting atau semacam
cincin yang dipasang di hidung. Saat ini praktik semacam itu dapat ditemukan di
beberapa wilayah dunia seperti di India. Kita harus paham bahwa perhiasan
apalagi yang terbuat dari emas adalah benda yang berharga. Tentu perhiasan emas
baik gelang, cincin maupun anting-anting seharusnya dipakai oleh manusia. Tetapi
ayat 22 menggambarkan bahwa ada perhiasan emas yang dipasang di jungur/hidung
babi (ay. 22a). Perhiasan itu sendiri tentu terlihat indah dan bernilai mahal,
tetapi jika dipasang di hidung babi tentu itu akan mengurangi nilainya.
Apakah gambaran babi di dalam Alkitab?
Kita telah belajar bahwa babi adalah hewan atau binatang yang haram. Emas
adalah gambaran logam mulia yang bernilai mahal. Jadi ada suatu kondisi dimana
suatu logam mulia yang berada di tempat najis. Hal ini sangat tepat untuk menggambarkan
seorang perempuan yang cantik tetapi ternyata tidak susila (ay. 22b). Dalam ayat
sebelumnya kita juga telah melihat bagaimana serorang perempuan atau wanita harus
mengejar kehormatan. Jadi tentunya seorang perempuan tidak hanya harus terlihat
terhormat melalui kecantikan luarnya, tetapi juga harus menjaga kehormatannya
secara utuh.
Apa artinya “tidak susila” dalam ayat
22 tersebut? Dalam Alkitab Bahasa Indonesia terjemahan lainnya menggunakan
istilah “tanpa akal budi, tak berbudi, melangkah bahasa, dan juga
mengesampingkan kebijaksanaan”. Di dalam sejumlah terjemahan Alkitab dalam
bahasa Inggris juga menggunakan frasa “without
discretion, without good sense, lack of good taste”. Dalam bahasa aslinya
kata “tidak” adalah וְסָ֣רַת (wə·sā·raṯ) yang berasal dari kata dasar סוּר (sur). Kata
tersebut dapat bermakna “to turn aside, to
depart, to avoid, to remove, to come to an end, to leave undone, to retract, to
reject, to abolish” (menyimpang, meninggalkan, menghindari, melepaskan,
mengakhiri, meninggalkan sesuatu yang belum selesai, menarik diri, menolak,
meniadakan). Sementara itu kata “susila” dalam bahasa aslinya adalah טַ֝֗עַם (ṭa·‘am) yang secara
harafiah dapat diterjemahkan sebagai “taste”
(rasa atau selera) namun secara figuratif juga dapat berarti “advice, behaviour, decree, discretion,
judgment, reason, understanding” (saran, tingkah laku, keputusan,
kebijaksanaan, penilaian, akal, pengertian).
Jadi perempuan di ayat 22 ini memang
adalah perempuan yang cantik dan menarik secara fisik, tetapi ia memiliki
selera atau rasa yang rendah. Selera yang rendah tersebut membuat perempuan
cantik tersebut tidak memiliki pertimbangan dan penilaian yang memadai. Akibatnya
dalam keputusan yang dibuatnya tidak mencerminkan keanggunan dan kehormatan
yang bernilai tinggi. Tentu hal ini diakibatkan karena kurangnya akal, pengertian,
maupun kebijaksanaan yang dimilikinya. Sebagai dampak dari segala
pertimbangannya yang memiliki selera rendah, tentu tingkah lakunya (behaviour) akan mencerminkan kualitas
pengertiannya.
Saya rasa Alkitab Terjemahan Baru tepat
sekali menggunakan frasa “tidak susila” karena susila sendiri dapat diartikan
sebagai “baik budi bahasanya, beradab, sopan”. Tentu semua perempuan ingin
menjadi seorang wanita yang susila. Tetapi Alkitab jelas menulis bahwa ada perempuan-perempuan
tertentu yang menolak atau meninggalkan kebijaksanaan tersebut. Perempuan-perempuan
ini dapat dikatakan sebagai perempuan yang berselera rendah karena tidak
mencari kehormatan yang sejati tetapi justru menyimpang dari jalan kebenaran
dan mencari sesuat yang sebenarnya sama sekali tidak terhormat. Bisa jadi yang
dikejar hanyalah uang atau kekayaan, popularitas, dan lain-lain.
Frasa “tidak susila” di dalam bahasa
Indonesia juga memiliki makna yang negatif. Kita mengenal ada istilah “wanita
tuna susila” yang menggambarkan perempuan-perempuan yang melacurkan diri dan
menjual tubuhnya sebagai sarana pelampiasan hawa nafsu seksual bagi laki-laki.
Mereka membiarkan laki-laki menikmati tubuhnya dengan imbalan sejumlah uang
atau harta. Mungkin mereka tidak hidup di lokalisasi atau di rumah-rumah
bordil, tetapi saat ini juga ada sejumlah perempuan yang mau menjadi simpanan
pejabat/pengusaha, perempuan yang memiliki selingkuhan dengan orang lain, atau
perempuan yang mau melakukan seks dengan pacarnya sebelum menikah. Mereka tentu
tidak menjual dirinya kepada semua orang yang mau membayar, tetapi pada
prinsipnya itu sama saja dengan tidak menjaga kehormatan diri mereka sendiri
tetapi menggantikannya dengan hal lain seperti kasih sayang, perhatian, bahkan kepuasan
seks itu sendiri.
Dalam hal ini yang salah bukan hanya
pihak perempuan, tetapi tentu pihak laki-laki juga ikut ambil bagian dalam
kesalahan tersebut. Namun perlu disadari bahwa adalah penting bagi pihak
perempuan untuk tidak hanya terlihat cantik dan menarik seperti emas atau logam
mulia. Tetapi yang lebih penting lagi adalah apakah sebagai perempuan kita bisa
menjaga kehormatan diri kita, kita bisa memiliki selera yang benar dan tidak
murahan, serta apakah kita bisa hidup bijaksana dan tidak menolak kebenaran. Di
situ pilihan seorang wanita akan diuji. Berjuanglah untuk hidup dalam kebenaran
dengan berjuang untuk menjaga kehormatan. Jangan biarkan kehormatan yang mulia
ditukar hanya dengan hal-hal yang bersifat fana seperti uang, kekayaan, dan
juga kepuasan seksual. Jangan biarkan emas dalam diri kita menjadi tidak ada
artinya karena dipasang di hidung babi yang najis. Jangan biarkan kecantikan
kita membuat kita menjadi seorang wanita yang tidak susila, tetapi berjuanglah
untuk bisa menjadi seorang wanita terhormat di hadapan manusia, terlebih menjadi
wanita yang terhormat di hadapan Tuhan.
Bacaan
Alkitab: Amsal 11:16-22
11:16 Perempuan yang baik hati beroleh hormat; sedangkan seorang penindas
beroleh kekayaan.
11:17 Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang
yang kejam menyiksa badannya sendiri.
11:18 Orang fasik membuat laba yang sia-sia, tetapi siapa menabur
kebenaran, mendapat pahala yang tetap.
11:19 Siapa berpegang pada kebenaran yang sejati, menuju hidup, tetapi
siapa mengejar kejahatan, menuju kematian.
11:20 Orang yang serong hatinya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang
yang tak bercela, jalannya dikenan-Nya.
11:21 Sungguh, orang jahat tidak akan luput dari hukuman, tetapi keturunan
orang benar akan diselamatkan.
11:22 Seperti anting-anting emas di jungur babi, demikianlah perempuan
cantik yang tidak susila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.