Sabtu, 18 November 2017

Anjing dan Babi dalam Alkitab (27): Seperti Anting-anting Emas di Jungur Babi



Minggu, 19 November 2017
Bacaan Alkitab: Amsal 11:16-22
Seperti anting-anting emas di jungur babi, demikianlah perempuan cantik yang tidak susila. (Ams 11:22)


Anjing dan Babi dalam Alkitab (27): Seperti Anting-anting Emas di Jungur Babi


Kitab Amsal berisi banyak kata-kata hikmat yang bijaksana, yang disusun oleh orang-orang pandai dalam Alkitab seperti raja Salomo. Kitab Amsal sebenarnya adalah kitab yang banyak memuat ayat-ayat yang dapat berdiri sendiri, artinya dalam 1 ayat sudah memuat hikmat maupun kebijaksanaan yang mandiri. Namun harus diakui bahwa di dalam kitab Amsal juga terdapat sejumlah ayat yang masih terkait dengan ayat sebelum dan sesudahnya karena memiliki topik yang sama. Amsal 11 ini sebenarnya dapat dikatakan berisi ayat-ayat yang masing-masing dapat berdiri sendiri karena masing-masing ayat dapat berdiri sendiri. Namun demikian, untuk lebih memahami ayat nats kita hari ini, maka saya akan mencoba membahasnya dengan mempertimbangkan beberapa ayat sebelumnya supaya kita dapat lebih memahami makna ayat-ayat tersebut.

Kata perempuan sendiri cukup banyak disebutkan di dalam kitab Amsal. Namun dalam pasal 11 ini, kata perempuan hanya disebutkan 2 kali yaitu pada ayat 16 dan 22, sehingga kita akan menjadikan 2 ayat tersebut sebagai batas bacaan Alkitab kita untuk dasar renungan hari ini. Dikatakan bahwa perempuan yang baik hati beroleh hormat, sedangkan seorang penindas beroleh kekayaan (ay. 16). Agak aneh jika tiba-tiba disebutkan perempuan dalam ayat 16 karena sebenarnya semua orang yang baik hati pastilah beroleh hormat, dan semua orang yang menindas (tidak harus perempuan) bisa memperoleh kekayaan dari hasil penindasannya tersebut. Kata penindas di sini juga dapat diartikan sebagai seseorang yang kuat. Sehingga di beberapa terjemahan baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, ada yang menulis ayat 16 sebagai: perempuan yang baik hati beroleh hormat, sedangkan seorang yang kuat beroleh kekayaan. Hal ini masih dapat diperdebatkan, tetapi yang jelas kata “seorang penindas” di ayat 16 mengacu kepada seorang laki-laki dan bukan perempuan. Sehingga dalam ayat 16 ini penulis amsal hendak menunjukkan suatu perbedaan yang nyata (pemisahan) antara bagian awal ayat dengan bagian akhir ayat. Di bagian awal ayat ditunjukkan bahwa seorang perempuan yang baik hati dapat beroleh hormat, sementara itu di bagian akhir ayat ditunjukkan bahwa seorang laki-laki yang kuat (atau yang menindas) beroleh kekayaan.

Inti dari ayat 16 ini adalah bahwa salah satu tujuan utama dari seorang perempuan bukanlah mengejar kekayaan. Ada suatu tujuan lain yang lebih mulia dan agung bagi seorang perempuan adalah untuk memperoleh kehormatan. Memang ayat 16 ini ditulis pada masa Perjanjian Lama, ribuan tahun sebelum masa kita hidup saat ini. Seiring perkembangan zaman, kita melihat bahwa ada suatu emansipasi wanita dimana saat ini banyak wanita yang juga bekerja dan mencari uang. Tidak salah jika ada wanita yang bekerja mencari uang, apalagi di zaman modern ini dimana memang kebutuhan hidup semakin meningkat harganya. Namun perlu diingat bahwa seorang wanita harus mencari uang dengan tujuan untuk menjaga kehormatannya. Bagi wanita, kehormatan jauh lebih penting daripada uang dan kekayaan. Jadi, kalaupun seorang wanita harus bekerja, carilah pekerjaan atau profesi yang tidak mengurangi kehormatan wanita. Seperti contoh, jangan menjadi seorang pekerja seks komersial yang meskipun bisa mendapatkan uang banyak, tetapi itu merusak kehormatanmu sebagai wanita.

Ayat-ayat selanjutnya juga berbicara tentang 2 kondisi yang saling bertolak belakang atau kontradiksi. Ayat-ayat tersebut antara lain berbicara tentang orang yang berdiri di pihak yang benar melawan orang yang berdiri di pihak yang jahat. Orang yang berdiri di pihak yang benar disebut sebagai orang yang murah hati, orang yang menabur kebenaran, orang yang berpegang kepada kebenaran yang sejati, orang yang tidak bercela, dan orang benar. Kepada mereka akan diberikan “upah” sebagai konsekuensi dari kehidupan mereka yang benar di hadapan Tuhan, yaitu berbuat baik kepada diri sendiri, mendapatkan pahala yang tetap, menuju hidup, jalannya berkenan di hadapan Tuhan, dan diselamatkan (ay. 17a, 18b, 19a, 20b, dan 21b). Sebaliknya mereka yang berdiri di pihak yang jahat disebut sebagai orang yang kejam, orang fasik, orang yang mengejar kejahatan, orang yang serong hatinya, dan orang jahat. Orang-orang seperti ini akan menerima konsekuensi atas kejahatan mereka yaitu menyiksa badannya sendiri, membuat laba yang sia-sia, menuju kematian, menjadi kekejian bagi Tuhan, dan tidak akan luput dari hukuman (ay. 17b, 18a, 19b, 20a, dan 21a). Setiap ayat tersebut dapat dibahas secara mendalam tetapi hari ini kita akan fokus mengenai tema renungan kita yaitu untuk membahas makna kata babi di dalam ayat selanjutnya.

Dari contoh-contoh di ayat 16 hingga 21 tersebut, kemudian muncullah ayat 22. Ayat 22 ini agak berbeda dengan ayat-ayat sebelumnya karena tidak menunjukkan pemisahan antara mereka yang dipandang benar dan mereka yang jahat. Ayat 22 justru menunjukkan penguatan terhadap maksud dari ayat tersebut. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Terjemahan Baru terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), ayat 22 sendiri berbunyi “Seperti anting-anting emas di jungur babi, demikianlah perempuan cantik yang tidak susila” (ay. 22). Jadi frasa “anting-anting emas di jungur babi” menjadi gambaran atau ilustrasi perempuan cantik yang tidak susila.

Kata anting-anting emas juga dapat diartikan sebagai cincin atau perhiasan emas. Budaya bangsa-bangsa di timur tengah pada masa itu cukup banyak yang menggunakan antiing-anting atau semacam cincin yang dipasang di hidung. Saat ini praktik semacam itu dapat ditemukan di beberapa wilayah dunia seperti di India. Kita harus paham bahwa perhiasan apalagi yang terbuat dari emas adalah benda yang berharga. Tentu perhiasan emas baik gelang, cincin maupun anting-anting seharusnya dipakai oleh manusia. Tetapi ayat 22 menggambarkan bahwa ada perhiasan emas yang dipasang di jungur/hidung babi (ay. 22a). Perhiasan itu sendiri tentu terlihat indah dan bernilai mahal, tetapi jika dipasang di hidung babi tentu itu akan mengurangi nilainya.

Apakah gambaran babi di dalam Alkitab? Kita telah belajar bahwa babi adalah hewan atau binatang yang haram. Emas adalah gambaran logam mulia yang bernilai mahal. Jadi ada suatu kondisi dimana suatu logam mulia yang berada di tempat najis. Hal ini sangat tepat untuk menggambarkan seorang perempuan yang cantik tetapi ternyata tidak susila (ay. 22b). Dalam ayat sebelumnya kita juga telah melihat bagaimana serorang perempuan atau wanita harus mengejar kehormatan. Jadi tentunya seorang perempuan tidak hanya harus terlihat terhormat melalui kecantikan luarnya, tetapi juga harus menjaga kehormatannya secara utuh.

Apa artinya “tidak susila” dalam ayat 22 tersebut? Dalam Alkitab Bahasa Indonesia terjemahan lainnya menggunakan istilah “tanpa akal budi, tak berbudi, melangkah bahasa, dan juga mengesampingkan kebijaksanaan”. Di dalam sejumlah terjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris juga menggunakan frasa “without discretion, without good sense, lack of good taste”. Dalam bahasa aslinya kata “tidak” adalah וְסָ֣רַת (wə·sā·raṯ) yang berasal dari kata dasar סוּר (sur). Kata tersebut dapat bermakna “to turn aside, to depart, to avoid, to remove, to come to an end, to leave undone, to retract, to reject, to abolish” (menyimpang, meninggalkan, menghindari, melepaskan, mengakhiri, meninggalkan sesuatu yang belum selesai, menarik diri, menolak, meniadakan). Sementara itu kata “susila” dalam bahasa aslinya adalah טַ֝֗עַם (ṭa·‘am) yang secara harafiah dapat diterjemahkan sebagai “taste” (rasa atau selera) namun secara figuratif juga dapat berarti “advice, behaviour, decree, discretion, judgment, reason, understanding” (saran, tingkah laku, keputusan, kebijaksanaan, penilaian, akal, pengertian).

Jadi perempuan di ayat 22 ini memang adalah perempuan yang cantik dan menarik secara fisik, tetapi ia memiliki selera atau rasa yang rendah. Selera yang rendah tersebut membuat perempuan cantik tersebut tidak memiliki pertimbangan dan penilaian yang memadai. Akibatnya dalam keputusan yang dibuatnya tidak mencerminkan keanggunan dan kehormatan yang bernilai tinggi. Tentu hal ini diakibatkan karena kurangnya akal, pengertian, maupun kebijaksanaan yang dimilikinya. Sebagai dampak dari segala pertimbangannya yang memiliki selera rendah, tentu tingkah lakunya (behaviour) akan mencerminkan kualitas pengertiannya.

Saya rasa Alkitab Terjemahan Baru tepat sekali menggunakan frasa “tidak susila” karena susila sendiri dapat diartikan sebagai “baik budi bahasanya, beradab, sopan”. Tentu semua perempuan ingin menjadi seorang wanita yang susila. Tetapi Alkitab jelas menulis bahwa ada perempuan-perempuan tertentu yang menolak atau meninggalkan kebijaksanaan tersebut. Perempuan-perempuan ini dapat dikatakan sebagai perempuan yang berselera rendah karena tidak mencari kehormatan yang sejati tetapi justru menyimpang dari jalan kebenaran dan mencari sesuat yang sebenarnya sama sekali tidak terhormat. Bisa jadi yang dikejar hanyalah uang atau kekayaan, popularitas, dan lain-lain.

Frasa “tidak susila” di dalam bahasa Indonesia juga memiliki makna yang negatif. Kita mengenal ada istilah “wanita tuna susila” yang menggambarkan perempuan-perempuan yang melacurkan diri dan menjual tubuhnya sebagai sarana pelampiasan hawa nafsu seksual bagi laki-laki. Mereka membiarkan laki-laki menikmati tubuhnya dengan imbalan sejumlah uang atau harta. Mungkin mereka tidak hidup di lokalisasi atau di rumah-rumah bordil, tetapi saat ini juga ada sejumlah perempuan yang mau menjadi simpanan pejabat/pengusaha, perempuan yang memiliki selingkuhan dengan orang lain, atau perempuan yang mau melakukan seks dengan pacarnya sebelum menikah. Mereka tentu tidak menjual dirinya kepada semua orang yang mau membayar, tetapi pada prinsipnya itu sama saja dengan tidak menjaga kehormatan diri mereka sendiri tetapi menggantikannya dengan hal lain seperti kasih sayang, perhatian, bahkan kepuasan seks itu sendiri.

Dalam hal ini yang salah bukan hanya pihak perempuan, tetapi tentu pihak laki-laki juga ikut ambil bagian dalam kesalahan tersebut. Namun perlu disadari bahwa adalah penting bagi pihak perempuan untuk tidak hanya terlihat cantik dan menarik seperti emas atau logam mulia. Tetapi yang lebih penting lagi adalah apakah sebagai perempuan kita bisa menjaga kehormatan diri kita, kita bisa memiliki selera yang benar dan tidak murahan, serta apakah kita bisa hidup bijaksana dan tidak menolak kebenaran. Di situ pilihan seorang wanita akan diuji. Berjuanglah untuk hidup dalam kebenaran dengan berjuang untuk menjaga kehormatan. Jangan biarkan kehormatan yang mulia ditukar hanya dengan hal-hal yang bersifat fana seperti uang, kekayaan, dan juga kepuasan seksual. Jangan biarkan emas dalam diri kita menjadi tidak ada artinya karena dipasang di hidung babi yang najis. Jangan biarkan kecantikan kita membuat kita menjadi seorang wanita yang tidak susila, tetapi berjuanglah untuk bisa menjadi seorang wanita terhormat di hadapan manusia, terlebih menjadi wanita yang terhormat di hadapan Tuhan.



Bacaan Alkitab: Amsal 11:16-22
11:16 Perempuan yang baik hati beroleh hormat; sedangkan seorang penindas beroleh kekayaan.
11:17 Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri.
11:18 Orang fasik membuat laba yang sia-sia, tetapi siapa menabur kebenaran, mendapat pahala yang tetap.
11:19 Siapa berpegang pada kebenaran yang sejati, menuju hidup, tetapi siapa mengejar kejahatan, menuju kematian.
11:20 Orang yang serong hatinya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang tak bercela, jalannya dikenan-Nya.
11:21 Sungguh, orang jahat tidak akan luput dari hukuman, tetapi keturunan orang benar akan diselamatkan.
11:22 Seperti anting-anting emas di jungur babi, demikianlah perempuan cantik yang tidak susila.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.