Minggu, 05 November 2017

Anjing dan Babi dalam Alkitab (19): Orang Muda yang Merasa Lebih Bijaksana



Rabu, 8 November 2017
Bacaan Alkitab: Ayub 29:21-30:1
Tetapi sekarang aku ditertawakan mereka, yang umurnya lebih muda dari padaku, yang ayah-ayahnya kupandang terlalu hina untuk ditempatkan bersama-sama dengan anjing penjaga kambing dombaku. (Ayb 30:1)


Anjing dan Babi dalam Alkitab (19): Orang Muda yang Merasa Lebih Bijaksana


Kita semua tentu sudah pernah mendengar dan membaca mengenai kisah Ayub di dalam Alkitab. Ayub adalah gambaran orang yang diberkati Tuhan secara luar biasa, namun kemudian diuji oleh Tuhan hingga harta kekayaannya habis dan bahkan ada penyakit barah di sekujur tubuhnya. Dalam pergumulannya tersebut, ada percakapan antara Ayub dengan sahabat-sahabatnya. Bahkan dibutuhkan puluhan pasal untuk menggambarkan pergumulan Ayub ini hingga ia pada akhirnya dapat mengerti maksud Tuhan di dalam penderitaannya. Dalam satu bagian dari percakapan antara Ayub dengan sahabt-sahabatnya, ada salah satu ucapan Ayub yang menggunakan kata “anjing” di dalamnya, dan itu yang akan kita pelajari hari ini.

Ayub berkata mengenai kondisinya dahulu (sebelum ia mengalami ujian Tuhan) dimana ia boleh dikatakan sangat terhormat di pandangan manusia. Ayub berkata bahwa dahulu banyak orang datang kepadanya dan duduk diam untuk mendengar nasehatnya (ay. 21). Tentu hal ini menggambarkan bagaimana Ayub dipandang sebagai seorang yang dituakan karena kebijaksanaannya dari pengalaman hidupnya. Bahkan Ayub bisa dikatakan sebagai salah satu pemimpin dan juga “raja” bagi orang-orang di sekitarnya. Dalam ayat selanjutnya Ayub berkata bahwa jika ia setelah bicara, tidak ada seorang pun yang berbicara lagi, dan perkataan Ayub seperti “menetes” ke atas mereka (ay. 22). Ini menggambarkan posisi Ayub yang begitu bijaksana sehingga tidak ada orang yang bisa membalas ucapan Ayub tersebut karena ucapan Ayub nyaris tidak ada cacat dan celanya.

Ayub begitu dinantikan dan dirindukan oleh orang-orang di sekitarnya seperti ketika mereka menantikan hujan (ay. 23). Dalam hal itu, Ayub bersikap sebagai seorang pemimpin yang bijaksana sehingga ia tetap memberikan senyuman kepada mereka yang putus asa. Bahkan ketika orang-orang di sekitarnya menjadi muram, muka Ayub tetap berseri-seri (ay. 24). Ayub memposisikan dirinya sebagai seorang pemimpin yang senantiasa mengangkat moral orang-orang di sekitarnya. Ia tidak membiarkan dirinya dipengaruhi oleh lingkungannya, tetapi ia justru menjadi orang yang mempengaruhi lingkungan sekitarnya.

Dalam ayat selanjutnya, Ayub juga sudah duduk sebagai pemimpin, seperti raja di tengah-tengah rakyatnya (ay. 25b). Ia memang bukan pemimpin atau raja yang resmi, tetapi cara hidupnya membuat ia diangkat menjadi seorang pemimpin oleh orang-orang di sekitarnya. Ayub bahkan menentukan jalan mereka dan juga senantiasa menghibur mereka yang sedang berkabung (ay. 25a & 25c). Dari ayat-ayat di atas saja sudah terlihat gambaran bagaimana Ayub sudah banyak berbuat hal baik kepada orang-orang di sekitarnya. Ia bahkan melakukan kebaikan tanpa mengharap balasan dari mereka yang telah menerima kebaikannya.

Namun demikian, ternyata ketika Ayub sedang mengalami ujian dari Tuhan hingga harta bendanya habis dan bahkan ada penyakit barah di sekujur tubuhnya, maka banyak orang mulai meninggalkan dirinya bahkan mengejek dirinya. Mungkin Ayub juga tidak berharap mereka akan membantu dirinya, tetapi paling tidak seharusnya mereka tidak menghina dan menertawakan kemalangannya. Sayangnya, justru inilah yang terjadi. Mereka yang dahulu dipimpin dan diajar oleh Ayub, kini justru berbalik menertawakan Ayub (ay. 1a). Padahal dapat dikatakan umur mereka lebih muda daripada Ayub (ay. 1b). Ayub sendiri berkata bahwa orang-orang yang menertawakan Ayub juga sebenarnya sangat tidak sebanding dengan , sehingga ayah-ayah mereka saja dapat “disejajarkan” dengan anjing penjaga kambing dombanya.

Ucapan Ayub ini juga sedikit mengandung emosi dan kekesalan Ayub. Ayub kesal karena orang-orang yang sudah ia bantu justru menghina dan menertawakannya. Padahal dahulu, mereka bukan siapa-siapa dibandingkan dengan Ayub. Meskipun Ayub sudah membantu mereka dan memimpin mereka dengan bijaksana, justru balasan mereka sangat menyakitkan. Oleh karena itu, Ayub berkata bahwa meskipun dahulu mereka pun tidak ada bandingannya dengan anjing penjaga Ayub, tetapi kini mereka mulai mengangkat tangan mereka kepada Ayub seakan-akan mereka lebih besar dan lebih benar.

Sebenarnya wajar bagi orang yang tidak terlalu mengenal Ayub untuk menyimpulkan dengan cepat bahwa Ayub pasti telah berdosa kepada Tuhan. Namun demikian, seharusnya mereka yang telah mengenal Ayub sejak lama bisa menilai apakah Ayub itu orang benar atau orang jahat. Sayangnya mereka juga ikut-ikutan mencela dan menghina Ayub. Mereka bisa dipandang sebagai anjing liar dan lebih hina dibandingkan anjing penjaga Ayub. Karena meskipun sama-sama anjing, setidaknya anjing penjaga masih loyal kepada tuannya, sementara anjing liar tidak pernah mau tunduk kepada tuannya, tetapi akan menggigit siapa saja yang ia ingin gigit.




Bacaan Alkitab: Ayub 29:21-30:1
29:21 Kepadakulah orang mendengar sambil menanti, dengan diam mereka mendengarkan nasihatku.
29:22 Sehabis bicaraku tiada seorang pun angkat bicara lagi, dan perkataanku menetes ke atas mereka.
29:23 Orang menantikan aku seperti menantikan hujan, dan menadahkan mulutnya seperti menadah hujan pada akhir musim.
29:24 Aku tersenyum kepada mereka, ketika mereka putus asa, dan seri mukaku tidak dapat disuramkan mereka.
29:25 Aku menentukan jalan mereka dan duduk sebagai pemimpin; aku bersemayam seperti raja di tengah-tengah rakyat, seperti seorang yang menghibur mereka yang berkabung."
30:1 "Tetapi sekarang aku ditertawakan mereka, yang umurnya lebih muda dari padaku, yang ayah-ayahnya kupandang terlalu hina untuk ditempatkan bersama-sama dengan anjing penjaga kambing dombaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.