Rabu, 8 November 2017
Bacaan
Alkitab: Ayub 29:21-30:1
Tetapi sekarang aku ditertawakan mereka, yang umurnya lebih muda dari
padaku, yang ayah-ayahnya kupandang terlalu hina untuk ditempatkan bersama-sama
dengan anjing penjaga kambing dombaku. (Ayb 30:1)
Anjing dan Babi dalam Alkitab (19): Orang Muda yang
Merasa Lebih Bijaksana
Kita semua tentu sudah pernah mendengar
dan membaca mengenai kisah Ayub di dalam Alkitab. Ayub adalah gambaran orang
yang diberkati Tuhan secara luar biasa, namun kemudian diuji oleh Tuhan hingga
harta kekayaannya habis dan bahkan ada penyakit barah di sekujur tubuhnya.
Dalam pergumulannya tersebut, ada percakapan antara Ayub dengan
sahabat-sahabatnya. Bahkan dibutuhkan puluhan pasal untuk menggambarkan
pergumulan Ayub ini hingga ia pada akhirnya dapat mengerti maksud Tuhan di
dalam penderitaannya. Dalam satu bagian dari percakapan antara Ayub dengan
sahabt-sahabatnya, ada salah satu ucapan Ayub yang menggunakan kata “anjing” di
dalamnya, dan itu yang akan kita pelajari hari ini.
Ayub berkata mengenai kondisinya dahulu
(sebelum ia mengalami ujian Tuhan) dimana ia boleh dikatakan sangat terhormat
di pandangan manusia. Ayub berkata bahwa dahulu banyak orang datang kepadanya
dan duduk diam untuk mendengar nasehatnya (ay. 21). Tentu hal ini menggambarkan
bagaimana Ayub dipandang sebagai seorang yang dituakan karena kebijaksanaannya
dari pengalaman hidupnya. Bahkan Ayub bisa dikatakan sebagai salah satu
pemimpin dan juga “raja” bagi orang-orang di sekitarnya. Dalam ayat selanjutnya
Ayub berkata bahwa jika ia setelah bicara, tidak ada seorang pun yang berbicara
lagi, dan perkataan Ayub seperti “menetes” ke atas mereka (ay. 22). Ini
menggambarkan posisi Ayub yang begitu bijaksana sehingga tidak ada orang yang
bisa membalas ucapan Ayub tersebut karena ucapan Ayub nyaris tidak ada cacat
dan celanya.
Ayub begitu dinantikan dan dirindukan
oleh orang-orang di sekitarnya seperti ketika mereka menantikan hujan (ay. 23).
Dalam hal itu, Ayub bersikap sebagai seorang pemimpin yang bijaksana sehingga
ia tetap memberikan senyuman kepada mereka yang putus asa. Bahkan ketika
orang-orang di sekitarnya menjadi muram, muka Ayub tetap berseri-seri (ay. 24).
Ayub memposisikan dirinya sebagai seorang pemimpin yang senantiasa mengangkat
moral orang-orang di sekitarnya. Ia tidak membiarkan dirinya dipengaruhi oleh
lingkungannya, tetapi ia justru menjadi orang yang mempengaruhi lingkungan
sekitarnya.
Dalam ayat selanjutnya, Ayub juga sudah
duduk sebagai pemimpin, seperti raja di tengah-tengah rakyatnya (ay. 25b). Ia
memang bukan pemimpin atau raja yang resmi, tetapi cara hidupnya membuat ia
diangkat menjadi seorang pemimpin oleh orang-orang di sekitarnya. Ayub bahkan
menentukan jalan mereka dan juga senantiasa menghibur mereka yang sedang
berkabung (ay. 25a & 25c). Dari ayat-ayat di atas saja sudah terlihat gambaran
bagaimana Ayub sudah banyak berbuat hal baik kepada orang-orang di sekitarnya.
Ia bahkan melakukan kebaikan tanpa mengharap balasan dari mereka yang telah
menerima kebaikannya.
Namun demikian, ternyata ketika Ayub
sedang mengalami ujian dari Tuhan hingga harta bendanya habis dan bahkan ada
penyakit barah di sekujur tubuhnya, maka banyak orang mulai meninggalkan
dirinya bahkan mengejek dirinya. Mungkin Ayub juga tidak berharap mereka akan
membantu dirinya, tetapi paling tidak seharusnya mereka tidak menghina dan
menertawakan kemalangannya. Sayangnya, justru inilah yang terjadi. Mereka yang
dahulu dipimpin dan diajar oleh Ayub, kini justru berbalik menertawakan Ayub
(ay. 1a). Padahal dapat dikatakan umur mereka lebih muda daripada Ayub (ay.
1b). Ayub sendiri berkata bahwa orang-orang yang menertawakan Ayub juga
sebenarnya sangat tidak sebanding dengan , sehingga ayah-ayah mereka saja dapat
“disejajarkan” dengan anjing penjaga kambing dombanya.
Ucapan Ayub ini juga sedikit mengandung
emosi dan kekesalan Ayub. Ayub kesal karena orang-orang yang sudah ia bantu
justru menghina dan menertawakannya. Padahal dahulu, mereka bukan siapa-siapa
dibandingkan dengan Ayub. Meskipun Ayub sudah membantu mereka dan memimpin
mereka dengan bijaksana, justru balasan mereka sangat menyakitkan. Oleh karena
itu, Ayub berkata bahwa meskipun dahulu mereka pun tidak ada bandingannya
dengan anjing penjaga Ayub, tetapi kini mereka mulai mengangkat tangan mereka
kepada Ayub seakan-akan mereka lebih besar dan lebih benar.
Sebenarnya wajar bagi orang yang tidak
terlalu mengenal Ayub untuk menyimpulkan dengan cepat bahwa Ayub pasti telah
berdosa kepada Tuhan. Namun demikian, seharusnya mereka yang telah mengenal
Ayub sejak lama bisa menilai apakah Ayub itu orang benar atau orang jahat.
Sayangnya mereka juga ikut-ikutan mencela dan menghina Ayub. Mereka bisa
dipandang sebagai anjing liar dan lebih hina dibandingkan anjing penjaga Ayub.
Karena meskipun sama-sama anjing, setidaknya anjing penjaga masih loyal kepada
tuannya, sementara anjing liar tidak pernah mau tunduk kepada tuannya, tetapi akan
menggigit siapa saja yang ia ingin gigit.
Bacaan
Alkitab: Ayub 29:21-30:1
29:21 Kepadakulah orang mendengar sambil menanti, dengan diam mereka
mendengarkan nasihatku.
29:22 Sehabis bicaraku tiada seorang pun angkat bicara lagi, dan
perkataanku menetes ke atas mereka.
29:23 Orang menantikan aku seperti menantikan hujan, dan menadahkan
mulutnya seperti menadah hujan pada akhir musim.
29:24 Aku tersenyum kepada mereka, ketika mereka putus asa, dan seri mukaku
tidak dapat disuramkan mereka.
29:25 Aku menentukan jalan mereka dan duduk sebagai pemimpin; aku
bersemayam seperti raja di tengah-tengah rakyat, seperti seorang yang menghibur
mereka yang berkabung."
30:1 "Tetapi sekarang aku ditertawakan mereka, yang umurnya lebih muda
dari padaku, yang ayah-ayahnya kupandang terlalu hina untuk ditempatkan
bersama-sama dengan anjing penjaga kambing dombaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.