Minggu, 12 November 2017

Anjing dan Babi dalam Alkitab (21): Dilepaskan dari Cengkeraman Anjing



Senin, 13 November 2017
Bacaan Alkitab: Mazmur 22:20-22
Lepaskanlah aku dari pedang, dan nyawaku dari cengkeraman anjing. (Mzm 22:21)


Anjing dan Babi dalam Alkitab (21): Dilepaskan dari Cengkeraman Anjing


Sebagaimana kita telah pelajari sebelumnya, bahwa gambaran anjing-anjing dalam perikop ini merujuk pada orang-orang jahat yang ada di sekitar Daud bahkan mereka mengepung dan mengermuni Daud. Rasanya secara manusia sangat mustahil Daud mampu keluar dari kepungan anjing-anjing tersebut. Namun demikian, kelanjutan dari ayat-ayat yang kita baca di hari sebelumnya menunjukkan bahwa Daud ternyata tetap mengandalkan Tuhan. Meskipun sepertinya Tuhan sedang meninggalkan dirinya dan ia seakan-akan harus menghadapi masalah tersebut seorang diri, namun Daud tidak pernah ragu terhadap penyertaan Tuhan atas dirinya.

Dalam pergumulan yang begitu berat, Daud masih tetap berani berkata kepada Tuhan: “Tetapi Engkau, Tuhan, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku!” (ay. 20). Daud tidak menyerah begitu saja ketika menghadapi situasi yang mustahil. Daud tetap percaya dan mengandalkan Tuhan. Ia berseru agar Tuhan datang dan menolong dirinya. Daud tahu bahwa Tuhanlah satu-satunya kekuatannya menghadapi semua hal, bahkan masalah terberat di dalam hidupnya.

Daud meminta Tuhan untuk melepaskan dirinya dari pedang dan nyawanya dari cengkeraman anjing (ay. 21). Jika membaca ayat ini, maka kita dapat memahami bahwa masalah yang dihadapi Daud ini sungguh berat karena tidak hanya berurusan dengan harta dan tahta saja, tetapi juga hingga terkait dengan nyawanya sendiri. Anjing-anjing itu adalah musuh-musuh Daud yang ingin melihat kematian Daud. Ini bisa merujuk kepada Raja Saul dan pasukannya yang mengejar-ngejar Daud (pada waktu itu Daud belum menjadi raja tetapi hanya dipandang sebagai seorang pemberontak), atau bangsa-bangsa lain yang ingin menaklukkan Kerajaan Israel, atau bahkan anaknya sendiri, Absalom, yang melakukan pemberontakan terhadap tahta kerajaannya.

Daud berseru kepada Tuhan supaya Ia menyelamatkan dirinya dari mulut singa dan tanduk banteng (ay. 22a). Jelas ini adalah gambaran yang lebih jelas lagi mengenai ancaman yang nyata bagi diri Daud. Ia diserang oleh anjing-anjing (gambaran orang yang najis dan berdosa), mulut singa (gambaran bahwa kekuatan yang melawannya adalah kekuatan yang besar), dan tanduk banteng (gambaran betapa banyaknya orang-orang seperti ini yang ingin mencabut nyawanya). Namun dalam segala kesesakan itu, Daud tetap percaya kepada Tuhan. Ia berharap dan berseru kepada-Nya hingga pada akhirnya Tuhan menjawab dirinya (ay. 22b).

Dalam perikop ini kita memang tidak melihat bagaimana cara Tuhan menjawab Daud dan melepaskannya dari kesesakan. Tetapi jika kita membaca perjalanan hidup Raja Daud dalam ayat-ayat lain di Alkitab, kita akan menemukan bagaimana Tuhan membuatnya “mengalahkan” raja Saul tanpa harus berperang melawannya. Tuhan membuat Daud menjadi raja atas Israel tanpa harus berperang  melawan raja Saul. Tuhan juga melepaskan Daud dari cengkeraman bangsa-bangsa asing yang berusaha menyerang Israel. Tuhan juga melepaskan Daud dari pemberontakan Absalom meskipun ia harus mengungsi keluar Yerusalem dan seakan-akan menjadi seorang pelarian. Di situ semua Tuhan menolong Daud dalam menghadapi anjing-anjing yang mengerumuninya.

Tetapi di sini yang penting bukan kepastian bahwa Tuhan akan menolong umat-Nya. Tuhan pasti menolong umat-Nya yang hidup benar di hadapannya, tetapi tidak harus pertolongan Tuhan itu terjadi di dunia ini. Di Perjanjian Lama kita memang melihat bagaimana Tuhan menolong Nuh, Abraham, Musa, Daud, dan tokoh-tokoh Alkitab lainnya. Akan tetapi di Perjanjian Baru kita melihat bagaimana orang-orang benar ternyata tidak selalu “menang” di dunia ini. Kita dapat melihat bagaimana Yohanes Pembaptis dibunuh Herodes, Stefanus dirajam sampai mati, Yakobus dibunuh, dan lain sebagainya. Bahkan sejarah juga mencatat bagaimana orang-orang Kristen di masa jemaat mula-mula menghadapi penganiayaan yang sangat kejam, mulai dipancung, disalib, dibakar hidup-hidup, diadu dengan binatang buas, atau disiksa dengan cara lainnya yang tidak dapat saya tuliskan di sini satu persatu. Tetapi dalam hal itu semua, mereka telah membuktikan bahwa mereka lebih dari pada pemenang, karena mereka tetap setia memegang imannya sekalipun Tuhan seperti diam dan tidak menjawab.

Anjing-anjing itu boleh merasa menang di dunia ini, tetapi orang-orang percaya yang mati karena iman mereka, adalah orang-orang yang menang di dalam kekekalan. Mereka tidak menyangkali iman mereka walaupun harus mempertaruhkan nyawa mereka. Di situlah mereka membuktikan kualitas iman mereka yang benar.Iman yang benar tidak harus memaksa Tuhan untuk menjawab doanya atau supaya mereka diluputkan dari masalah. Tetapi iman yang benar adalah suatu dasar dari apa yang tidak kelihatan, yaitu kemuliaan Kerajaan Allah yang kekal, yang menjadi dasar mengapa mereka dapat tetap percaya kepada Tuhan meskipun mereka belum melihat Kerajaan Allah itu dengan mata mereka sendiri. Iman mereka adalah iman yang teruji, karena mereka dapat tetap percaya kepada Allah, sekalipun mereka harus mati karena iman mereka itu. Iman yang benar bukan hanya iman percaya bahwa Yesus bisa menyembuhkan penyakit, tetapi iman yang tetap percaya sekalipun kita tidak sembuh, tetapi kita tetap percaya Tuhan baik dan mempunya rencana yang indah bagi diri kita.



Bacaan Alkitab: Mazmur 22:20-22
22:20 Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku!
22:21 Lepaskanlah aku dari pedang, dan nyawaku dari cengkeraman anjing.
22:22 Selamatkanlah aku dari mulut singa, dan dari tanduk banteng. Engkau telah menjawab aku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.