Rabu, 21 September 2011

Belajar untuk Mencukupkan Diri

Selasa, 20 September 2011

Bacaan Alkitab: Lukas 3:10-14

“Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu."” (Luk 3:14b)

Belajar untuk Mencukupkan Diri

Ketika saya menulis tulisan ini, saya yakin ada beberapa pembaca yang kurang setuju. Mereka berpendapat bahwa Tuhan tidak ingin kehidupan yang berkecukupan, tetapi kehidupan yang berkelimpahan. Ya, saya pun setuju tentang janji Tuhan mengenai hidup berkelimpahan. Sangat banyak ayat di Alkitab yang menceritakan tentang janji Tuhan tentang hidup yang diberkati dan berkelimpahan, tetapi di sisi lain juga ada ayat di Alkitab yang menceritakan tentang bagaimana kita harus hidup berkecukupan. Hal ini adalah dua sisi yang menurut saya tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan orang percaya.

Dalam bacaan ini, dikatakan bahwa banyak orang bertanya kepada Yohanes Pembaptis tentang apa yang harus mereka lakukan sebagai bentuk pertobatan, dan dalam hal Yohanes memberikan contoh yang universal di ayat 11 yaitu saling membagi apa yang dimilikinya dengan sesamanya. Hal ini menggambarkan tentang kasih Tuhan yang harus terlihat dalam kehidupan kita. Hal ini juga ditekankan Yesus dalam Mat 22:39 yaitu mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri kita sendiri.

Pada ayat selanjutnya dalam bacaan ini, dikatakan pula bahwa ada pemungut-pemungut cukai dan prajurit-prajurit yang datang dan bertanya kepada Yohanes Pembaptis. Pemungut cukai ini menggambarkan golongan orang-orang yang mendapat hak untuk memiliki hak untuk memungut sesuatu dari orang lain (dalam bahasa saat ini mungkin mirip dengan para pegawai di kantor pajak). Sedangkan prajurit ini menggambarkan golongan orang-orang yang menjalankan tugasnya dan mendapatkan bayaran sesuai dengan pekerjaannya, dalam hal ini prajurit tentu saja dibayar dari uang yang dipungut oleh para pemungut cukai. Dalam konteks saat ini, prajurit menggambarkan para pegawai-pegawai yang menerima gaji dari pekerjaan mereka.

Ketika saya membaca nasihat yang diberikan Yohanes Pembaptis kepada para pemungut cukai dan prajurit, ada beberapa hal yang menurut saya perlu untuk menjadi perhatian kita semua sebagai berikut:

Pertama, Yohanes berkata kepada pemungut cukai agar mereka tidak menagih lebih banyak dari apa yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam bahasa saat ini, hal tersebut berarti Yohanes Pembaptis mengatakan agar kita tidak melakukan korupsi dan tidak melakukan apa yang tidak sesuai dengan peraturan. Hal ini menjadi relevan melihat kondisi negara kita saat ini. Terlalu banyak korupsi dan terlalu banyak penyimpangan-penyimpangan peraturan yang terjadi di negara kita.

Kedua, Yohanes berkata kepada para prajurit agar mereka tidak memeras dan mencukupkan diri dengan gaji mereka. Dalam bahasa saat ini hal tersebut berarti Yohanes Pembaptis mengatakan agar kita tidak menggunakan kewenangan kita untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri dan belajar mencukupkan diri dengan penghasilan yang kita terima. Saya lebih fokus terhadap frasa “mencukupkan diri” ini karena saya yakin kebanyakan pembaca renungan ini adalah para pegawai yang setiap bulannya mendapatkan gaji atau penghasilan.

Mengapa kita harus belajar mencukupkan diri dari gaji kita? Salah satunya adalah karena gaji itu adalah sesuatu yang kita terima rutin tiap bulannya. Memang kita bisa mendapatkan tambahan penghasilan dari hal lain, entah kita berwiraswasta atau mendapatkan bonus dari perusahaan kita, tetapi itu semua adalah tambahan, beda dengan gaji yang memang sifatnya rutin tiap bulan. Dengan kata lain, pengeluaran rutin kita setiap bulannya harus bisa dipenuhi oleh gaji yang rutin kita terima setiap bulannya. Tentunya kita juga jangan sampai lupa untuk memberi perpuluhan, memberi untuk pekerjaan Tuhan, dan menabung dari gaji yang kita terima setiap bulannya. Setelah itu, barulah pendapatan kita selain gaji boleh digunakan untuk hal-hal lainnya yang kita rasa perlu. Coba kita intropeksi diri kita masing-masing, pernahkah kita menghitung berapa pengeluaran rutin kita untuk makan, transportasi, membayar cicilan, memberi perpuluhan, dan sebagainya setiap bulannya? Apakah lebih kecil atau lebih besar dari jumlah gaji yang kita rutin terima setiap bulannya? Sudahkah kita mengurangi pos-pos pengeluaran yang banyak menyita gaji kita padahal pos-pos tersebut sebenarnya masih dapat ditekan lagi?

Belajar mencukupkan diri bukan berarti pelit, tetapi belajar untuk menyusun prioritas, mana yang penting, kurang penting, dan tidak penting. Mencukupkan diri bukanlah tidak alkitabiah, karena Yesus sendiri pun dalam Doa Bapa Kami mengatakan “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Mat 6:11). Paulus pun mengatakan bahwa ia telah belajar untuk mencukupkan diri dalam segala keadaan (Flp 4:11). Mencukupkan diri berarti belajar untuk bersyukur senantiasa atas berkat Tuhan yang kita terima. Mencukupkan diri berarti kita dapat menguasai diri dari segala keinginan-keinginan yang bersifat daging, di mana salah satu buah Roh adalah penguasaan diri (Gal 5:22-23).

Bacaan Alkitab: Lukas 3:10-14

3:10 Orang banyak bertanya kepadanya: "Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?"

3:11 Jawabnya: "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian."

3:12 Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: "Guru, apakah yang harus kami perbuat?"

3:13 Jawabnya: "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu."

3:14 Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.