Senin, 19 September 2011

Mari Membangun Rumah Tuhan

Kamis, 15 September 2011

Bacaan Alkitab: Hagai 1:1-11

“Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri.” (Hag 1:9)

Mari Membangun Rumah Tuhan

Dalam konteks kitab Hagai, bangsa Israel baru saja pulang dari pembuangan di Babel selama 70 tahun. Mereka berbondong-bondong kembali dari Babel ke tanah Israel untuk tinggal dan menetap di tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka. Bangsa Israel pun membangun rumah bagi tempat tinggal mereka, mereka bercocok tanam dan menggembalakan ternak sebagai sumber makanan bagi mereka. Sepertinya tidak ada yang salah. Toh Tuhan telah berfirman bahwa setelah 70 tahun dibuang ke Babel, Tuhan akan mengembalikan bangsa Israel ke tanah perjanjian (Yer 29:10). Ya, memang kembalinya bangsa Israel ke tanah perjanjian tidaklah salah, namun yang salah adalah sikap dari bangsa Israel yang menunda-nunda untuk membangun rumah Tuhan atau Bait Allah (ay. 2).

Bait Allah adalah simbol dari kehadiran Allah dalam kehidupan bangsa Israel. Dan ketika bangsa Israel kembali dari Babel, yang pertama mereka pikirkan adalah tempat tinggal bagi mereka sendiri. Itu memang tidak salah, tetapi yang salah adalah ketika mereka telah membuat tempat tinggal yang bagus bagi diri mereka, tapi mereka melupakan bahwa mereka juga punya kewajiban untuk membangun rumah bagi Tuhan. (ay. 4).

Akibatnya, Tuhan murka. Bahkan Tuhan menantang bangsa Israel: “Perhatikanlah keadaanmu! Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!” (ay. 5-6). “Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri. Itulah sebabnya langit menahan embunnya dan bumi menahan hasilnya, dan Aku memanggil kekeringan datang ke atas negeri, ke atas gunung-gunung, ke atas gandum, ke atas anggur, ke atas minyak, ke atas segala yang dihasilkan tanah, ke atas manusia dan hewan dan ke atas segala hasil usaha.” (ay. 9-11).

Sangat menyeramkan apa yang Tuhan sampaikan melalui perantaraan nabi Hagai. Ketika bangsa Israel melalaikan pembangunan rumah Tuhan, ada konsekuensi yang harus ditanggung. Apa yang diusahakan oleh bangsa Israel tidak menghasilkan apa yang diharapkan, karena Tuhan telah memanggil kekeringan. Itu semua terjadi karena bangsa Israel tidak membangun rumah Tuhan padahal mereka telah membangun rumah mereka sendiri dengan bagus. Hal itu menggambarkan bahwa Tuhan tidak menjadi yang terutama dalam kehidupan bangsa Israel.

Bagaimanakah dengan kita? Adakah kita mengalami apa yang dialami bangsa Israel? Apakah kita telah susah payah bekerja namun hasilnya sedikit? Apakah kita mengalami “kekeringan” dalam kehidupan kita? Firman Tuhan hari ini berkata: “Perhatikanlah keadaanmu!”. Mungkin selama ini kita belum melalaikan pekerjaan Tuhan, sehingga Tuhan menahan berkat bagi kita. Mungkin selama ini kita belum membangun “rumah Tuhan” sehingga Tuhan tidak hadir dalam kehidupan kita. Ayat 8 berkata bahwa ketika kita membangun rumah Tuhan, maka Tuhan akan berkenan kepada kita dan akan menyatakan kemuliaanNya di rumah Tuhan tersebut. Janji Tuhan adalah ketika kita membangun rumah Tuhan, di situ Tuhan akan hadir. Rumah Tuhan di sini dapat berbicara tentang pekerjaan Tuhan secara fisik, maupun mezbah doa yaitu hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Bangunlah kedua-duanya, dan pasti akan ada terobosan dalam hidup kita.

Ketika bangsa Israel akhirnya membangun rumah Tuhan, bahkan ketika baru dasarnya saja yang dibangun, saat itu juga Tuhan telah memberi berkat (Hag 2:19-20). Janji Tuhan akan ditepati, bangunlah rumah bagi Tuhan, maka Tuhan akan memberi berkat, karena Tuhan adalah Tuhan yang memiliki emas dan perak, bahkan seluruh alam semesta ini adalah kepunyaanNya (Hag 2:9). Jadi, masihkah kita menunda-nunda untuk membangun rumah Tuhan?

Bacaan Alkitab: Hagai 1:1-11

1:1 Pada tahun yang kedua zaman raja Darius, dalam bulan yang keenam, pada hari pertama bulan itu, datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai kepada Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar, bunyinya:

1:2 "Beginilah firman TUHAN semesta alam: Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN!"

1:3 Maka datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai, bunyinya:

1:4 "Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan?

1:5 Oleh sebab itu, beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu!

1:6 Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!

1:7 Beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu!

1:8 Jadi naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman TUHAN.

1:9 Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri.

1:10 Itulah sebabnya langit menahan embunnya dan bumi menahan hasilnya,

1:11 dan Aku memanggil kekeringan datang ke atas negeri, ke atas gunung-gunung, ke atas gandum, ke atas anggur, ke atas minyak, ke atas segala yang dihasilkan tanah, ke atas manusia dan hewan dan ke atas segala hasil usaha."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.