Kamis, 22 September 2011
Bacaan Alkitab: Matius 27:3-10
“Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia… Maka ia pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri.” (Mat 27:3,5)
Perbedaan antara Petrus dan Yudas Iskariot
Dalam keempat Injil diceritakan bahwa ada dua murid Yesus yang telah melakukan “kesalahan” yang fatal kepada Tuhan. Yang pertama adalah Petrus yang telah menyangkal Yesus dan yang kedua adalah Yudas Iskariot yang mengkhianati Yesus. Dalam kitab Matius bahkan kedua “kesalahan” ini ditempatkan berdampingan, kisah Petrus ditulis dalam Matius 26:69-75 sementara kisah Yudas ditulis dalam Matius 27:1-10. Tapi uniknya kedua murid ini memiliki cara yang berbeda ketika mereka menyadari kesalahannya.
Yudas, setelah “menjual” Yesus seharga 30 keping perak kepada imam kepala dan tua-tua, akhirnya menyesal. Penyesalan itu karena ternyata ia sadar bahwa ia telah menyerahkan Yesus yang akhirnya dijatuhi hukuman mati. Yudas kemudian menghadap imam kepala dan bermaksud menyerahkan uang 30 keping perak tersebut kepada imam kepala dan tua-tua, dengan harapan hal itu akan memperbaiki keadaan. Namun ternyata imam kepala dan tua-tua tidak peduli dengan uang itu. Bagi mereka yang penting adalah Yesus akhirnya dihukum mati. Merasa telah melakukan kesalahan fatal, Yudas akhirnya tidak berpikir panjang dan melemparkan uang tersebut lalu pergi dan menggantung diri.
Petrus, setelah sebelumnya mengatakan bahwa ia tidak akan menyangkal Yesus (Mat 26:35), ternyata begitu ditanya orang lain bisa takut juga. Bahkan ia menyangkal Yesus sebanyak tiga kali sebelum ayam berkokok. Dalam kitab Lukas diceritakan bahwa saat ayam berkokok, Tuhan Yesus berpaling dan memandang Petrus. Bisa kita bayangkan perasaan Petrus? Petrus yang bebrapa jam yang lalu berkoar-koar bahwa ia takkan pernah meninggalkan Yesus, ternyata sudah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Padahal peristiwa penyangkalan tersebut belum sampai 1 x 24 jam sejak perkataan Petrus sebelumnya. Saya yakin Petrus pasti malu dan sedih. Dikatakan bahwa ia sampai menangis tersedu-sedu dan pergi ke luar. Saya yakin pada saat ia melihat tatapan Tuhan ketika ayam berkokok, pasti Petrus merasa lebih baik mati saja daripada menanggung rasa malu dan rasa bersalahnya.
Tapi di situlah perbedaan Yudas dengan Petrus. Ketika Yudas menghadapi masalah, ia lebih memilih jalan pintas yaitu mati. Sementara Petrus ia masih memilih untuk tetap hidup dan menjalani konsekuensi perbuatannya, walaupun nanti ia akan ditanya Tuhan “Apakah engkau mengasihi aku?” hingga tiga kali (Yoh 21:15-19) sebagai konsekuensi penyangkalannya yang juga adalah sebanyak tiga kali. Keputusan Petrus untuk tidak memilih jalan seperti Yudas akhirnya menjadikan Petrus sebagai batu karang jemaat mula-mula, bahkan sekali berkhotbah, hingga 3000 orang menjadi percaya (Kis 2:41). Petrus bahkan menulis dua kitab yang dimuat dalam Alkitab yaitu kitab 1 dan 2 Petrus. Walaupun akhirnya Petrus mati juga, tapi ia tidak mati dengan cara yang memalukan seperti Yudas. Tradisi mengatakan bahwa Petrus mati dengan disalib secara terbalik karena Petrus merasa tidak layak untuk disalib seperti Tuhan Yesus.
Apakah anda pernah melakukan “kesalahan” dalam hidup anda? Barangkali anda merasa bahwa “kesalahan” tersebut adalah “kesalahan” yang tak termaafkan. Barangkali hal itu merupakan kelalaian anda, atau bahkan dosa yang pernah anda lakukan yang berdampak besar dalam kehidupan anda, bahkan berdampak bagi orang-orang di sekitar anda. Ingatlah renungan hari ini, tidak ada suatu “kesalahan” pun yang tidak dapat diampuni. Alkitab menyatakan bahwa jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yoh 1:9). Jadilah seperti Petrus yang mampu bangkit dari “kesalahan”nya, dan bahkan setelah itu dipakai Tuhan luar biasa dalam membangun kerajaanNya. Apapun “kesalahan” kita, minta ampun kepada Tuhan, dan marilah kita sadar kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi (1 Kor 15:34a).
Bacaan Alkitab: Matius 27:3-10
27:3 Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua,
27:4 dan berkata: "Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah." Tetapi jawab mereka: "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!"
27:5 Maka ia pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri.
27:6 Imam-imam kepala mengambil uang perak itu dan berkata: "Tidak diperbolehkan memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan, sebab ini uang darah."
27:7 Sesudah berunding mereka membeli dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing.
27:8 Itulah sebabnya tanah itu sampai pada hari ini disebut Tanah Darah.
27:9 Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: "Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel,
27:10 dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.