Kamis, 29 September 2011

Jangan Sampai Terjadi Kekacauan

Jumat, 30 September 2011

Bacaan Alkitab: 1 Korintus 14:26-33

“Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.” (1 Kor 14:33)

Jangan Sampai Terjadi Kekacauan

Ketika saya pulang dari kantor menuju rumah, hampir setiap hari saya mengalami yang namanya kemacetan. Pada suatu waktu, saya sempat berpikir, apa sih sebenarnya penyebab kemacetan tersebut? Mengapa Jakarta ini selalu macet? Mungkin hanya pada saat lebaran saja jalanan di Jakarta agak sepi.

Saya kemudian mengamati perilaku pengguna jalan, mulai dari angkutan umum, mobil pribadi, sepeda motor, hingga pejalan kaki, hingga saya menemukan jawabannya dalam sebuah jawaban sederhana. Menurut saya, penyebab terjadinya kemacetan adalah karena masing-masing pengguna jalan tidak berada dalam posisi yang seharusnya. Angkutan umum berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang sesukanya, mobil yang pelan justru mengambil lajur paling kanan, sepeda motor yang seharusnya mengambil lajur paling kiri justru menyelip hingga ke tengah bahkan ke kanan, kendaraan yang menyerobot lampu merah, hingga penyeberang jalan yang menyeberang sesukanya.

Jika kita tidak suka adanya kemacetan atau kekacauan di sepanjang perjalanan kita menuju kantor atau menuju rumah, tentunya kita juga tidak suka adanya kekacauan di dalam jemaat. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Paulus mengingatkan jemaat Korintus untuk menciptakan suatu keteraturan dalam beribadah. Paulus tidak menginginkan adanya kekacauan dalam ibadah jemaat. Walaupun surat Paulus ini ditulis hampir 2000 tahun yang lalu, tetapi sesungguhnya inti dari tulisan ini masih relevan dalam kehidupan berjemaat kita di masa kini.

Pertama, Paulus meminta agar setiap orang dalam jemaat mempersembahkan sesuatu sesuai dengan karunia yang Tuhan telah berikan kepadanya (ay. 26a). Hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa setiap orang tidak boleh hanya duduk diam dalam jemaat, tetapi harus melakukan sesuatu yang dapat membangun jemaat. Jika kita hanya dapat berdoa, maka lakukanlah bagian kita untuk berdoa. Jika kita memiliki suara yang bagus, maka mulailah ambil bagian menjadi paduan suara ataupun worship leader, dan seterusnya. Apa yang dapat kita lakukan, lakukanlah dengan sebaik-baiknya.

Kedua, apapun yang kita lakukan, bertujuan untuk membangun jemaat (ay. 26b). Setiap pelayanan yang kita lakukan, tidak boleh kita lakukan untuk kepentingan kita sendiri, atau bahkan supaya kita beroleh pujian dari orang lain. Biarlah segala kemuliaan hanya untuk Tuhan kita saja, dan jangan sampai kita mencuri kemuliaan Tuhan.

Ketiga, apa yang kita lakukan harus saling melengkapi jemaat lainnya (ay. 27 dan 29). Setiap jemaat memiliki karunia yang berbeda-beda sehingga kita harus saling mengisi dan melengkapi satu sama lainnya. Kita membutuhkan orang lain, dan orang lain membutuhkan kita, sehingga perlu adanya kesadaran bahwa apa yang kita lakukan haruslah dapat membantu jemaat lainnya yang membutuhkan.

Keempat, kita harus belajar untuk menahan diri jika diperlukan (ay. 28 dan 30). Kehidupan berjemaat bukan seperti kondisi di lingkungan kerja di mana setiap orang berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin. Dalam jemaat, semua orang harus mampu memahami posisinya, dan jika memang dibutuhkan untuk diam beberapa saat, jemaat harus mampu menahan diri.

Tuhan ingin keteraturan dalam jemaat, bukan kekakuan dalam jemaat. Jemaat bebas mengekspresikan apapun yang Tuhan beri kepada mereka, namun tetap dengan memegang prinsip keteraturan, dan bukannya kekacauan. Bayangkan jika dalam suatu ibadah setiap jemaat merasa bahwa mereka mampu memberitakan Firman Tuhan, bisa-bisa semua saling berebut menjadi pengkhotbah, lalu siapa yang akhirnya menjadi pendengar Firman Tuhan? Atau jika setiap jemaat merasa dirinya memiliki suara yang paling bagus, lalu setiap jemaat menyanyikan lagu kesukaannya masing-masing, apa yang akan terjadi dalam ibadah tersebut? Bagaimana jika ada orang yang baru pertama kali datang ke ibadah dan melihat ibadah yang kacau seperti itu dapat merasakan hadirat Tuhan?

Mari kita lihat apa karunia yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita yang dapat kita gunakan dalam kehidupan berjemaat. Jika memang kita diberi karunia untuk memperhatikan orang, manfaatkanlah itu untuk membangun jemaat. Jika memang kita diberi karunia untuk dalam hal tulis-menulis, manfaatkanlah itu untuk membuat tulisan-tulisan yang nantinya dapat menjadi berkat bagi jemaat lainnya. Apapun karunia yang Tuhan berikan bagi kita, kembangkanlah karunia itu, dan gunakan untuk membangun jemaat, pada tempat dan dengan cara yang seharusnya. Jika kita mengerti prinsip ini dan mau membangun jemaat di manapun kita masing-masing berada, pastilah Tuhan akan semakin memberkati jemaat tempat kita berada.

Bacaan Alkitab: 1 Korintus 14:26-33

14:26 Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun.

14:27 Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya.

14:28 Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.

14:29 Tentang nabi-nabi -- baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan.

14:30 Tetapi jika seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang pertama itu harus berdiam diri.

14:31 Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang, sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan.

14:32 Karunia nabi takluk kepada nabi-nabi.

14:33 Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.