Kamis, 29 September 2011

Satu Jiwa Berharga di Mata Tuhan

Rabu, 28 September 2011

Bacaan Alkitab: Lukas 15:1-7

“Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?” (Luk 15:4)

Satu Jiwa Berharga di Mata Tuhan

Ketika saya membaca perikop ini, saya cukup terheran-heran, bagaimana mungkin seorang yang memiliki 100 domba mau meninggalkan 99 domba miliknya hanya untuk mengejar 1 domba yang hilang? Secara ilmu manajemen modern hal ini sangat tidak logis. Terlebih dengan kondisi masyarakat di kota-kota besar yang menjadi individualis, rasa-rasanya di zaman modern ini, kebanyakan orang akan membiarkan 1 domba hilang asalkan 99 domba yang dimilikinya tidak hilang. Buat apa mengejar 1 domba yang hilang dengan mengorbankan 99 domba lainnya? Tetapi itulah bedanya ajaran Yesus dengan prinsip dunia. Ketika dunia sangat memegang teguh prinsip ekonomi, Yesus mengajarkan bahwa di mata Tuhan, 1 domba itu sangat berharga.

Perumpamaan yang kita baca kali ini memiliki kesamaan dengan perumpamaan-perumpamaan lain di pasal ini, seperti misalnya perumpamaan tentang dirham yang hilang (Luk 15:8-10), serta perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk 15:11-32). Semua perumpamaan tersebut menggambarkan bahwa di mata Tuhan, 1 jiwa sangat penting, dan sukacita akibat kembalinya 1 jiwa tersebut adalah sungguh luar biasa. Kebanyakan orang tidak mengerti akan prinsip ini, sama seperti orang Farisi dan ahli Taurat yang bersungut-sungut hanya karena Yesus makan bersama-sama dengan orang berdosa (ay. 2).

Dengan mengatakan perumpamaan ini, Yesus ingin mengubah pola pikir para orang Farisi dan ahli Taurat, di mana mereka berpikir bahwa Tuhan harusnya lebih memiliki banyak waktu dengan manusia yang “suci” seperti mereka, namun di mata Tuhan, adalah lebih baik jika Tuhan banyak menghabiskan waktu dengan orang-orang berdosa yang mau bertobat. Orang Farisi dan ahli Taurat tidak mengerti tujuan kedatangan Yesus ke dunia. Mereka berpikir bahwa jika Yesus memang benar-benar Mesias, Yesus tidak mungkin bergaul dengan para pendosa. Padahal Yesus datang bukan untuk orang-orang yang telah “benar”, tetapi datang kepada orang-orang berdosa yang membutuhkan keselamatan (Mrk 2:17).

Demikianlah kita sebagai murid Yesus juga harus memiliki pandangan seperti Yesus. Bukankah kita sering seperti orang Farisi dan ahli Taurat yang tidak mengerti arti keselamatan jiwa-jiwa? Jika ada salah seorang jemaat di gereja kita yang mulai mundur, bagaimana sikap kita? Akankah kita membiarkan orang itu hilang? Ataukah kita berusaha sebisa mungkin melakukan segala sesuatu yang kita bisa lakukan agar orang tersebut dapat kembali kepada Tuhan? Ingat, di mata Tuhan, satu jiwa pun sangat berharga, bahkan dikatakan bahwa ketika ada satu orang yang bertobat, seluruh malaikat di surga akan bersukacita (ay. 7). Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memiliki pola pikir seperti Yesus dalam kehidupan kita?

Bacaan Alkitab: Lukas 15:1-7

15:1 Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.

15:2 Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka."

15:3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:

15:4 "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?

15:5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,

15:6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.

15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.