Sabtu, 3 September 2016
Bacaan
Alkitab: Ibrani 13:17-19
Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka
berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab
atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan
keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu. (Ibr 13:17)
Sikap terhadap Pemimpin Rohani
Secara umum, pemimpin artinya adalah
orang yang memimpin. Jika ada yang menjadi pemimpin, maka tentu ada pula
orang-orang yang dipimpin. Dalam konteks rohani, tentu pemimpin juga memiliki
tugas dan tanggung jawab lebih dibandingkan dengan pemimpin dalam konteks
umum/duniawi. Pemimpin rohani tidak hanya berbicara tentang memberikan arah
kepada orang yang dipimpinnya, tetapi juga memberikan teladan hidup. Pemimpin
rohani tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap orang yang dipimpinnya,
tetapi juga harus berjaga-jaga atas mereka, yaitu menjaga jiwa setiap orang
yang dipimpinnya (ay. 17b).
Dengan demikian, tentu menjadi pemimpin
rohani sangat berat, karena kepada mereka dipercayakan jiwa orang-orang untuk
dapat dipimpin menuju tingkat kesucian yang sempurna seperti kesucian yang dimiliki
oleh Allah. Tidak heran banyak pemimpin rohani seperti pendeta yang bisa pusing
atau stres dalam memimpin jemaatnya. Tidak sedikit pula pendeta yang merasa
tugasnya terlalu berat sehingga pada akhirnya mundur dari pelayanan.
Di sisi lain, ada pula pendeta yang
bersikap salah terhadap jemaat yang dipimpinnya. Mereka berkeluh kesah ketika
jemaat bersikap tidak seperti yang pendetanya inginkan. Terkadang yang salah
memang jemaatnya, tetapi tak jarang juga pendeta yang berbuat salah. Konflik
antara pendeta dengan jemaat ini sangat memprihatinkan. Pendeta pun akhirnya
berkeluh kesah tentang jemaat dan jemaat pun akhirnya berkeluh kesah tentang
pendetanya (ay. 17c).
Namun demikian, Alkitab kita dengan
jelas berkata agar setiap orang menaati pemimpinnya dan tunduk kepada mereka
(ay. 17a). Dalam konteks rohani, jemaat pun perlu senantiasa berdoa bagi
pemimpinnya, supaya memiliki hati nurani yang baik dan benar (ay. 18-19).
Jemaat harus sadar bahwa pemimpin rohani telah ditetapkan Tuhan untuk memimpin
hidup kita ke arah kebenaran, oleh karena itu adalah bagian jemaat untuk
senantiasa mendukung dan loyal terhadap pimpinan rohani kita.
Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa
dukungan dan loyalitas kita yang tanpa batas, haruslah hanya ditujukan kepada
Tuhan, bukan kepada manusia, sekalipun ia mengaku sebagai seorang hamba Tuhan
atau wakil Tuhan. Dalam hal ini, kita memang harus taat dan tunduk kepada
pemimpin rohani kita (pendeta atau gembala jemaat). Namun kita tidak boleh taat
dan tunduk tanpa batas kepada mereka. Pemimpin kita mungkin bisa salah dan
tersesat. Tugas kita adalah untuk membantu pemimpin kita supaya dapat memimpin
kita dengan benar, dengan sukacita dan tanpa keluh kesah (ay. 17).
Lalu bagaimana jika pendeta kita atau
gembala jemaat kita sudah bertindak salah, jatuh, bahkan tersesat? Dalam hal
ini kita memerlukan hikmat dari Tuhan. Ada tipe orang yang terbuka terhadap
saran, masukan, bahkan kritik. Jika pemimpin kita berkarakter seperti itu, maka
kita boleh menyampaikan saran dan masukan kita, tentu dengan kata-kata yang
penuh kasih dan damai serta sikap respek dan menghargai pemimpin kita.
Namun jika pemimpin kita memiliki
karakter yang tidak mau dikoreksi, merasa dirinya paling benar, dan lain
sebagainya, jika kita datang kepadanya tentu kita akan berdebat panjang dan
tidak jarang disertai dengan argumen ayat-ayat Alkitab. Jika pemimpin kita
berkarakter seperti itu, maka kita perlu bijaksana. Biarkan pemimpin kita
disadarkan langsung oleh Tuhan. Pemimpin kita memiliki tanggung jawab untuk
menjaga jiwa kita dan bertanggung jawab atas setiap orang yang dipercayakan
Tuhan kepadanya. Oleh karena itu, biarlah itu menjadi urusan antara pemimpin
kita dengan Tuhan, karena Tuhan akan menjadi hakim yang adil dalam kasus ini.
Bagian kita adalah tetap melakukan apa yang diajarkan oleh pemimpin kita
(sepanjang sesuai dengan Firman Tuhan yang benar), tetapi kita harus berani
tidak melakukan apa yang dicontohkan oleh pemimpin tersebut (Mat 23:3). Ingat,
bahwa loyalitas tanpa batas kita hanyalah kepada Tuhan saja, bukan kepada
manusia, siapapun dia (termasuk di dalamnya pemimpin rohani seperti pendeta
atau gembala jemaat).
Bacaan
Alkitab: Ibrani 13:17-19
13:17 Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab
mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung
jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan
dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.
13:18 Berdoalah terus untuk kami; sebab kami yakin, bahwa hati nurani kami
adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang
baik.
13:19 Dan secara khusus aku menasihatkan kamu, agar kamu melakukannya,
supaya aku lebih lekas dikembalikan kepada kamu.