Senin, 15 Agustus 2016

Memberikan Pertanggungjawaban kepada Tuhan



Rabu, 17 Agustus 2016
Bacaan Alkitab: 1 Petrus 4:1-5
Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati. (1 Ptr 4:5)


Memberikan Pertanggungjawaban kepada Tuhan


Jika renungan sebelumnya berbicara tentang memberikan pertanggungjawaban kepada orang lain, maka ada hal yang lebih penting lagi yaitu memberikan pertanggungjawaban kepada Tuhan. Dasar dari hal ini adalah bahwa Tuhan Yesus Kristus sudah melaksanakan tanggung jawab-Nya di dunia ini (ay. 1). Oleh karena Tuhan Yesus Kristus sudah melaksanakan tanggung jawab-Nya, maka Ia kemudian berhak untuk menuntut pertanggungjawaban dari semua manusia (ay. 5).

Pertanggungjawaban yang dimaksud adalah pertanggungjawaban apakah hidup kita lebih memilih kehendak manusia atau kehendak Allah (ay. 2). Ingatlah bahwa pada hari terakhir (hari penghakiman), kita akan dinilai atau dihakimi berdasarkan apakah kita melakukan kehendak Allah atau tidak (Mat 7:21-23). Walaupun bacaan Alkitab kita hari ini tidak berbicara atau menjelaskan mengenai kehendak Allah, namun ayat 3 menjelaskan tentang apa yang termasuk daam keinginan/kehendak manusia, yaitu: rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang. Singkatnya, dengan menggunakan logika sederhana, hal-hal tersebut harus kita jauhkan dari hidup kita apabila kita ingin hidup menurut kehendak Allah.

Sebagian dari kita mungkin sudah pernah melakukan hal-hal seperti itu di masa lalu (pada masa kebodohan kita). Namun demikian, sudah sepatutnya kita bertobat dan meninggalkan segala dosa dan hal-hal yang bukan merupakan kehendak Allah. Jika dulu hidup kita masih merupakan hidup di dalam kejahatan, maka sekarang setelah mengenal kebenaran, kita harus hidup meninggalkan kejahatan (ay. 4).

Konsekuensi dari meninggalkan kejahatan maka sangat mungkin ada orang-orang yang memfitnah kita, khususnya mereka yang tahu bagaimana kehidupan kita di masa lalu. Namun demikian, sudah sepatutnya kita berjuang untuk bertahan dalam kebenaran, terlebih jika kita sudah mengerti tentang kebenaran. Itulah pertandingan iman yang benar, yaitu berjuang menjaga dan mempertahankan iman sampai garis akhir. Pada akhirnya, semua orang pun wajib mempertanggungjawabkan hidup masing-masing di hadapan Tuhan (ay. 5). Mereka yang dahulu memfitnah kita pun harus mempertanggungjawabkan perkataan dan perbuatannya di hadapan Tuhan, apapun agama maupun kepercayaan mereka. Di sisi lain, kita pun juga akan mempertanggungjawabkan hidup kita di hadapan Tuhan tanpa kecuali.

Dengan demikian akan muncul pertanyaan mengenai apakah hubungan pertanggungjawaban kepada orang lain dan juga pertanggungjawaban kepada Tuhan? Tentu saja ada hubungan yang jelas antara kedua hal tersebut. Jika kita mampu memberikan pertanggungjawaban dengan benar kepada orang yang meminta pertanggungjawaban dari kita, maka kita akan dipandang setia sesuai bagian kita. Ingat bahwa yang diberi banyak pun dituntut banyak, sehingga pertanggungjawaban kita kepada orang lain akan dinilai berdasarkan banyaknya kebenaran yang kita miliki. Dalam hal ini seorang pendeta atau rohaniawan akan lebih dituntut banyak oleh Tuhan karena sudah lebih mengerti kebenaran dan sudah berani menyampaikan kebenaran kepada orang lailn. Inilah inti pertanggungjawaban kita di hadapan Tuhan.

Tentu saja jika kita tidak memberikan pertanggungjawaban yang proporsional kepada orang lain yang memintanya, apalagi bersikap defensif dan juga arogan, menganggap diri paling benar dan suci, anti menerima kritik dan masukan, tentu hal ini dapat membuat orang tersebut menjadi kecewa kepada kita dan juga kecewa kepada Tuhan (karena kita sebagai orang Kristen adalah representasi Tuhan di dunia ini). Kekecewaan tersebut dapat membuat orang tidak mau lagi datang ke gereja, atau tidak percaya lagi kepada Tuhan, yang pada akhirnya akan membuat orang tersebut terhilang. Hal ini nanti pun akan menjadi salah satu bentuk pertanggungjawaban kita di hadapan Tuhan. Ingat bahwa di hari penghakiman nanti, Tuhan tidak akan bertanya kepada para pendeta atau rohaniawan “Berapa banyak jemaatmu di dunia ini?” tetapi akan bertanya “Berapa banyak domba yang Kupercayakan kepadamu telah kau jaga? Berapa banyak domba yang hilang karena perkataan dan sikap perbuatanmu?”. Sanggupkah kita menjawab pertanyaan Tuhan pada hari itu?


Bacaan Alkitab: 1 Petrus 4:1-5
4:1 Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, -- karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa --,
4:2 supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.
4:3 Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang.
4:4 Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu.
4:5 Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.