Selasa, 30 Agustus 2016

Mengalami Banyak Sengsara



Selasa, 30 Agustus 2016
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 14:22-23
Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara. (Kis 14:22)


Mengalami Banyak Sengsara


Pernahkah kita berpikir, mengapa kita sampai mau untuk menjadi orang Kristen? Tentu ada di antara kita yang menjawab “Saya sudah Kristen sejak lahir” (karena orang tuanya Kristen). Ada juga menjawab “Karena saya mau masuk surga”. Ada juga yang menjawab “Karena saya mau diberkati Tuhan” atau “Karena saya mau doa-doa saya dijawab”, dan lain sebagainya.

Secara umum, pandangan orang sehingga mereka mau menjadi orang Kristen adalah karena ingin diberkati, ingin kaya, ingin hidup enak, ingin disembuhkan, ingin tidak sakit lagi, ingin bebas dari kutuk, ingin setiap doa dijawab, dan ingin masuk surga. Tentu hal ini tidak dapat dikatakan salah sepenuhnya, tetapi saya berani katakan ini juga tidaklah benar sepenuhnya.

Dalam kehidupan Pelayanan Paulus yang kita dapat lihat di kitab Para Rasul, kita dapat melihat bagaimana Paulus dan rekan-rekannya (antara alin Barnabas) pergi dari kota ke kota untuk memberitakan kebenaran Injil. Dalam perjalanannya ke kota-kota, mereka tentu memperoleh sejumlah orang yang bersedia belajar untuk menjadi murid Tuhan (ay. 21). Murid-murid di kota-kota tertentu ini pun tentu sering ditinggal Paulus yang harus pergi ke kota-kota lain. Pada masa itu belum ada fasilitas chatting atau video call seperti saat ini, sehingga mereka harus berkomunikasi melalui surat, atau memanfaatkan kesempatan ketika Paulus datang ke kota tersebut untuk belajar langsung dalam waktu yang sangat sempit.

Ketika Paulus dan Barnabas kembali ke kota-kota yang dahulu mereka pernah singgahi dan memberitakan Injil yaitu Listra, Ikonium dan Antiokhia, mereka menguatkan hati para murid dan memberi nasehat. Inti nasehat tersebut adalah agar para murid tetap bertekun dalam iman (ay. 22a). Selanjutnya Paulus dan Barnabas juga mengatakan bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah maka kita harus menderita banyak sengsara (ay. 22b). Nah, pertanyaannya, masih relevankah ayat tersebut dalam konteks kekristenan hari ini?

Jika kita melihat sejarah gereja atau jemaat mula-mula, kita tahu bahwa jemaat mula-mula menderita aniaya yang begitu dashyat. Mereka ditangkapi dari rumah ke rumah, mereka harus beribadah dengan sembunyi-sembunyi. Mereka dipaksa untuk menyangkal iman, dan jika tidak mau maka mereka harus siap untuk dianiaya bahkan dibunuh. Mereka dibunuh dengan cara yang kejam, ada yang disalib, dibakar hidup-hidup, diadu dengan binatang buas, dan lain sebagainya. Hukuman tersebut tidak hanya diberikan bagi laki-laki dewasa, tetapi juga para perempuan, orang yang sudah tua, pemuda remaja bahkan anak-anak dan bayi pun harus siap menerima konsekuensi aniaya jika mereka mengaku percaya kepada Tuhan.

Hal itu sangat berbeda jauh dengan apa yang dialami kekristenan hari-hari ini. Kita yang hidup di abad ke-21 sangat jarang merasakan aniaya. Mungkin hanya di beberapa tempat terjadi aniaya terhadap orang Kristen. Namun sebagian besar umat Kristen (termasuk di Indonesia) jarang merasakan aniaya. Justru yang banyak pendeta dan hamba Tuhan menawarkan kekristenan sebagai suatu kehidupan yang enak di bumi dan di surga. Mereka menawarkan kesembuhan, kesuksesan, kekayaan, doa yang dijawab Tuhan, dan plus bisa masuk surga.

Saya tidak mengatakan ini adalah hal yang salah sepenuhnya. Tetapi seharusnya Firman Allah yang disampaikan Paulus tetap berlaku hingga saat ini. Jika jemaat mula-mula mengalami banyak sengsara (aniaya fisik) untuk mengikut Tuhan, maka kita yang hidup di masa sekarang ini pun tetap harus mengalami banyak sengsara. Sengsara dalam hal ini mungkin bukanlah aniaya fisik, tetapi adalah suatu sikap dimana kita harus mau menyangkal diri, menahan hawa nafsu daging dan melawan dosa. Setiap orang yang mau mengikut Tuhan dan masuk ke dalam Kerajaan Allah harus menderita sengsara, itulah kata Firman Tuhan.

Oleh sebab itu, jika hidup kita saat ini sepertinya nyaman-nyaman saja, maka waspadalah. Bisa jadi itu adalah carai iblis untuk membuat kita terlena dan pada akhirnya kita tidak mau membayar harga yang harus dibayar untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga. Jika perlu, walaupun kita tidak mengalami sengsara fisik, kita harus mampu “menyengsarakan” hidup kita sendiri. Dalam hal ini kita harus mau menyangkal diri demi Tuhan. Kita harus mau menderita baik secara fisik (misalnya dengan cara berdoa pagi hari, berpuasa, dan rela berlelah-lelah bagi pekerjaan Tuhan) dan juga secara jiwa (misalnya karena menahan emosi, memperbaiki karakter, sabar jika difitnah, dll) karena kebenaran, sama seperti Tuhan Yesus sudah lebih dahulu menderita. Sudah siapkah kita untuk menderita sengsara di dalam Tuhan?


Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 14:22-23
14:21 Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia.
14:22 Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.