Sabtu, 20 Agustus 2016
Bacaan
Alkitab: 1 Samuel 14:38-45
Kata Saul: "Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih lagi
dari pada itu. Sesungguhnya, Yonatan, engkau harus mati." Tetapi rakyat
berkata kepada Saul: "Masakan Yonatan harus mati, dia yang telah mendapat
kemenangan yang besar ini di Israel? Jauhlah yang demikian! Demi TUHAN yang
hidup, sehelai rambut pun dari kepalanya takkan jatuh ke bumi! Sebab dengan
pertolongan Allah juga dilakukannya hal itu pada hari ini." Demikianlah
rakyat membebaskan Yonatan, sehingga ia tidak harus mati. (1 Sam 14:44-45)
Mencabut Perkataan di Hadapan Manusia
Jika renungan hari kemarin berbicara
tentang bagaimana Ayub mencabut perkataannya di hadapan Tuhan, maka hari ini
kita akan membahas mengenai contoh tentang orang-orang yang mencabut perkataannya
di hadapan manusia. Contoh yang saya ambil adalah Saul, dimana pada waktu
berperang dengan orang Filistin, Saul mengatakan suatu ucapan yang berbunyi: “Terkutuklah
orang yang memakan sesuatu sebelum matahari terbenam dan sebelum aku membalas
dendam terhadap musuhku” (1 Sam 14:24). Pada waktu itu, Yonatan yang tidak
mendengar ucapan Saul tersebut memakan madu hutan (1 Sam 14:27).
Pada waktu itu Saul bertanya kepada
Tuhan tetapi Tuhan tidak menjawab dia, sehingga Saul bertanya kepada imam, pada
siapakah terdapat kesalahan di hadapan Tuhan (ay. 38). Bahkan Saul sempat
berucap bahwa jika kesalahan dilakukan oleh Yonatan, anaknya, maka Yonatan pun
tetap harus mati (ay. 39). Sayangnya, setelah menguji melalui urim dan tumim,
maka kesalahan tersebut terletak pada pihak Saul dan Yonatan (ay. 40-41), dan
seterusnya didapati Yonatan (ay. 42-43).
Melihat hal tersebut, Saul pun berkata
bahwa Yonatan harus dihukum mati (ay. 44). Namun rakyat Israel membela Yonatan,
sehingga raja Saul pun akhirnya “mencabut” perkataan yang baru saja ia ucapkan
di hadapan rakyat Israel. Pertanyaannya: Salahkah Saul mencabut perkataannya
tersebut?
Dalam hal ini, Alkitab dengan jujur
mencatat bagaimana keputusan Saul itu tidak dilarang. Artinya, memang sah-sah
saja jika kita mencabut perkataan kita terdahulu. Namun demikian, ada beberapa
poin penting yang perlu dicatat dalam hal cabut-mencabut perkataan ini, yaitu:
Pertama, pastikan seluruh orang yang
mendengar perkataan kita yang terdahulu (yang akan kita cabut) juga mendengar
pada saat kita menyatakan untuk mencabut perkataan kita. Hal ini penting,
karena jika tidak, maka akan ada sejumlah orang yang masih memegang teguh
perkataan kita yang terdahulu. Hal ini akan menimbulkan kebingungan, apalagi
jika yang mencabut perkataan adalah seorang pemimpin (misal pendeta atau
gembala sidang), karena akan membuat rakyat atau jemaat bingung untuk bersikap.
Apalagi dalam contoh Saul dan Yonatan, jika Saul tidak mencabut perkataannya di
depan semua orang, maka bisa jadi ada orang-orang yang tidak mendengar “pencabutan
ucapan” dan akhirnya membunuh Yonatan. Dampak dari tidak mengumumkan “pencabutan
ucapan” secara luas dapat sangat mengerikan.
Kedua, walau Alkitab tidak melarang
adanya “pencabutan ucapan” (seperti dalam kasus Saul dan Yonatan ini), namun Alkitab
juga mencatat adanya orang-orang yang konsisten dengan ucapannya terkait dengan
orang lain, antara lain Yefta yang sudah terlanjur mengucapkan kalimat
nazarnya, sehingga terpaksa membunuh anak gadisnya satu-satunya (Hak 11:1-40).
Selain itu, di Perjanjian Baru, kita pun tidak pernah menemukan adanya tokoh-tokoh
Perjanjian Baru yang mencabut perkataan mereka, baik itu Petrus, Paulus,
ataupun rasul-rasul lainnya. Bahkan Tuhan Yesus pun senantiasa konsisten dengan
ucapan-Nya selama di dunia ini, dan tidak pernah mencabut perkataan yang pernah
diucapkan-Nya.
Oleh karena itu, kita harus menaikkan
standar perkataan yang keluar dari mulut kita, sehingga tidak ada perkataan
yang sia-sia keluar dari mulut kita (Mat 12:36). Kita pun harus cepat untuk
mendengar tetapi lambat untuk berkata-kata (Yak 1:19). Jika perlu, jangan
sampai kita harus mencabut perkataan kita di hadapan manusia. Jagalah perkataan
kita sehingga kita dapat mempertanggungjawabkan setiap kata yang keluar dari
mulut kita, karena orang yang dapat dipercaya dimulai dari perkataan yang dapat
dipegang dan dipercaya.
Bacaan
Alkitab: 1 Samuel 14:38-45
14:38 Lalu kata Saul: "Datanglah ke mari, kamu segala pemuka rakyat;
berusahalah mengetahui apa sebab dosa ini terjadi pada hari ini.
14:39 Sebab demi TUHAN yang hidup, yang menyelamatkan orang Israel,
sekalipun itu disebabkan oleh Yonatan, anakku, maka ia pasti akan mati."
Tetapi seorang pun dari seluruh rakyat tidak ada yang menjawabnya.
14:40 Kemudian berkatalah ia kepada seluruh orang Israel: "Kamu
berdiri di sebelah yang satu dan aku serta anakku Yonatan akan berdiri di
sebelah yang lain." Lalu jawab rakyat kepada Saul: "Perbuatlah apa
yang kaupandang baik."
14:41 Lalu berkatalah Saul: "Ya, TUHAN, Allah Israel, mengapa Engkau
tidak menjawab hamba-Mu pada hari ini? Jika kesalahan itu ada padaku atau pada
anakku Yonatan, ya TUHAN, Allah Israel, tunjukkanlah kiranya Urim; tetapi jika
kesalahan itu ada pada umat-Mu Israel, tunjukkanlah Tumim." Lalu didapati
Yonatan dan Saul, tetapi rakyat itu terluput.
14:42 Kata Saul: "Buanglah undi antara aku dan anakku Yonatan."
Lalu didapati Yonatan.
14:43 Kata Saul kepada Yonatan: "Beritahukanlah kepadaku apa yang
telah kauperbuat." Lalu Yonatan memberitahukan kepadanya, katanya:
"Memang, aku telah merasai sedikit madu dengan ujung tongkat yang ada di
tanganku. Aku bersedia untuk mati."
14:44 Kata Saul: "Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih
lagi dari pada itu. Sesungguhnya, Yonatan, engkau harus mati."
14:45 Tetapi rakyat berkata kepada Saul: "Masakan Yonatan harus mati,
dia yang telah mendapat kemenangan yang besar ini di Israel? Jauhlah yang
demikian! Demi TUHAN yang hidup, sehelai rambut pun dari kepalanya takkan jatuh
ke bumi! Sebab dengan pertolongan Allah juga dilakukannya hal itu pada hari
ini." Demikianlah rakyat membebaskan Yonatan, sehingga ia tidak harus
mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.