Rabu, 31 Agustus 2016
Bacaan
Alkitab: Lukas 11:34
Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu,
tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. (Luk 11:34)
Mata yang Baik atau Jahat
Saya pernah membaca suatu tulisan/quote
yang berbunyi demikian:
Mata bila dibalut cinta, ia buta
terhadap nista
Mata bila diliput benci, ia hanya melihat
yang keji
Kalimat di atas memang bukan tulisan
Alkitab, bahkan setahu saya kalimat tersebut ditulis oleh orang non Kristen.
Namun saya sangat setuju bahwa mata kita sangat menentukan sikap hidup kita.
Tidak hanya mata secara jasmani yang kita gunakan untuk melihat apa yang ada di
depan kita, tetapi juga mata secara rohani yang kita gunakan untuk melihat
dalam iman.
Apa yang kita lihat akan menentukan
respon dan tindakan kita selanjutnya. Jika kita berjalan dan di depan kita
melihat ada jurang, maka dari apa yang kita lihat tersebut kita akan berhenti
sebagai respon atau tindakan kita. Sehingga tidak dapat disangkal bahwa apa
yang dilihat oleh mata kita akan sangat menentukan sikap hati dan arah
kehidupan kita.
Alkitab berkata bahwa mata adalah
pelita tubuh kita (ay. 34). Jika mata kita baik, maka tubuh kita terang
(artinya kita bisa melihat apa yang ada di depan kita). Jika mata kita tidak
baik (jahat), maka tubuh kita pun menjadi gelap, karena kita tidak bisa melihat
apa yang ada di depan kita. Oleh karena itu, kita perlu memperkarakan dengan
sungguh-sungguh bagaimana kondisi mata kita. Apakah selama ini mata kita baik
atau jahat. Apakah selama ini mata kita terang atau gelap. Bahkan kita pun
harus berusaha agar mata yang sudah terang ini pun tidak menjadi gelap (ay.
35).
Oleh karena itu bagian kita adalah
menjaga mata kita supaya tetap terang, supaya tubuh kita tetap terang dan tidak
ada bagian yang gelap (ay. 36). Jika seluruh tubuh kita adalah terang, maka
kita tidak akan lagi hidup dalam kegelapan dan kita justru dapat menerangi
orang lain dengan terang kita.
Dalam konteks rohani, mata ini berbicara
tentang sudut pandang dan pola pikir kita. Kita melihat secara rohani melalui
iman kita, yaitu melihat apa yang tidak kelihatan (Ibr 11:1). Selanjutnya, iman
kita timbul dari pendengaran akan Firman Kristus (Rm 10:17). Jadi kuantitas dan
kualitas Firman Tuhanlah yang menentukan apakah mata rohani kita baik atau
tidak baik (jahat). Semakin banyak kita membaca Firman Tuhan (secara kuantitas)
dan juga menggali Firman Tuhan dengan dalam (secara kualitas), maka mata kita
akan menjadi baik pula.
Seperti kalimat di atas, mata bila
diliput cinta (dalam hal ini cinta yang salah yaitu cinta duniawi atau nafsu),
maka seseorang bisa menjadi buta terhadap hal-hal yang nista. Ia hanya akan
melihat hal yang baik dan buta terhadap hal-hal yang jahat. Jika ia mencintai orang
yang tepat memang tidak terlalu masalah, tetapi bila ternyata ia sedang dijebak
oleh orang yang jahat, yang mengandalkan “cinta semu” alias nafsu seksual
semata, maka sesungguhnya ia sedang berjalan menuju kebinasaan karena tidak
dapat melihat apalagi membaca rencana jahat yang sedang menimpanya. Di matanya,
semua baik dan indah, padahal di belakangnya ada kejahatan dan kenistaan.
Sebaliknya, mata bila diliput benci
maka ia hanya akan melihat yang keji. Dalam hal ini ibarat seseorang yang sudah
benci dahulu kepada orang lain, tidak mau menerima masukan dan saran yang
membangun. Orang seperti ini akan menjadi orang yang sombong yang semakin
tertutup padahal sesungguhnya ia sedang berjalan ke arah yang salah. Ia
menganggap semua orang yang tidak sepaham dengannya adalah orang-orang yang
keji, orang-orang yang berusaha mengkudetanya, orang-orang yang sedang menyusun
rekayasa, dan lain sebagainya. Padahal mungkin saja orang di sekitarnya sedang
berusaha menolong, namun karena matanya sudah terlanjur benci, maka hanya hal
yang keji yang dilihatnya.
Menjadi pertanyaan bagi kita semua,
apakah mata kita baik atau jahat. Orang yang matanya baik ketika membaca
renungan ini akan merasa diingatkan supaya menjaga matanya tetap baik. Namun
orang yang matanya sudah jahat ketika membaca renungan ini akan merasa saya
menghakiminya, akan merasa dirinya yang paling benar, sehingga sudah tidak
merasa membutuhkan pertobatan. Sangat disayangkan, padahal orang seperti itulah
yang harusnya sadar bahwa ia harus mengubah mata yang jahat sehingga menjadi
mata yang baik. Betapa bahayanya jika orang seperti itu adalah seorang hamba
Tuhan, seorang pendeta, apalagi seorang gembala jemaat/gembala sidang.
Bacaan
Alkitab: Lukas 11:341-36
11:34 Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh
tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu.
11:35 Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi
kegelapan.
11:36 Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka
seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan
cahayanya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.