Selasa, 30 Agustus 2016

Lebih Baik Diam atau Bersuara?



Senin, 29 Agustus 2016
Bacaan Alkitab: 1 Raja-raja 21:17-19, 22:7-9
Tetapi datanglah firman TUHAN kepada Elia, orang Tisbe itu, bunyinya: "Bangunlah, pergilah menemui Ahab, raja Israel yang di Samaria. Ia telah pergi ke kebun anggur Nabot untuk mengambil kebun itu menjadi miliknya”. (1 Raj 21:17-18)


Lebih Baik Diam atau Bersuara?


Beberapa waktu yang lalu, muncul suatu pertanyaan dalam diri saya, apakah jika saya seorang nabi (atau mendapat karunia nabi, yaitu untuk menyampaikan suara Tuhan atau Firman Tuhan), saya harus bersikap diam dan menunggu orang datang kepada saya dan bertanya, ataukah saya harus aktif mendatangi orang untuk menyampaikan Firman Tuhan kepadanya. Pertanyaan ini sederhana tetapi mengganggu saya, karena saya cukup sering menemukan bahwa jika kita datang kepada orang lain dan menyampaikan kebenaaran, saya dipandang sebagai orang yang mengganggu. Tetapi jika kita memilih diam, yang ada justru masalah menjadi semakin runyam.

Ternyata saya mendapat jawabannya dari Firman Tuhan yang menjadi bacaan kita hari ini. Dalam dua bagian ayat yang tidak terlalu berbeda jauh (hanya berbeda 1 pasal saja), kita melihat bagaimana dalam kisah pertama Tuhan berfirman kepada nabi Elia untuk datang kepada Ahab dan manyampaikan Firman Tuhan terkait dosa Ahab yang telah membunuh Nabot untuk memperoleh kebun anggurnya (ay. 17-19). Dalam hal ini, Tuhanlah yang meminta Elia untuk aktif dan datang kepada Raja Ahab, dan Elia taat. Bisa saja Raja Ahab tidak suka dengan isi berita yang dibawa Elia, dan sangat mungkin Elia dibunuh oleh pegawai-pegawai Raja Ahab. Akan tetapi, Elia tidak takut kepada Raja Ahab. Elia lebih takut kepada Tuhan, bahkan jika ia harus mati sekalipun karena menyuarakan suara Tuhan kepada Raja Ahab.

Tidak lama setelah peristiwa tersebut, ada pengulangan kisah dimana Raja Ahab dan Raja Yosafat ingin berperang bersama melawan raja Aram. Pada waktu itu, Raja Yosafat ingin bertanya kepada Tuhan melalui perantaraan nabi Tuhan. Raja Ahab telah memiliki 400 orang “nabi” (dalam hal ini nabi palsu, karena mereka tidak menyuarakan suara Tuhan), namun Raja Yosafat ingin mencari suara Tuhan melalui nabi-Nya yang benar (ay  7). Akhirnya Raja Israel (Raja Ahab) berkata bahwa ada satu orang nabi lagi yaitu nabi Mikha tetapi ia sering menubuatkan malapetaka kepada raja (ay. 8). Namun akhirnya Raja Ahab pun memanggil Mikha supaya mendengar apa kata Tuhan dalam perkara tersebut (ay. 9).

Menarik bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang dinamis. Tuhan tidak terpaku pada satu cara untuk menyampaikan suara-Nya. Di satu peristiwa, Tuhan mengutus nabi-Nya untuk datang dan menyampaikan Firman-Nya kepada orang lain (aktif). Di peristiwa yang lain, Tuhan sudah menaruh Firman-Nya kepada nabi tetapi nabi itu baru menyampaikan Firman Tuhan ketika ia dipanggil (pasif). Tentu prinsip ini juga masih berlaku hingga saat ini bagi jemaat-Nya.

Dalam hal ini, yang terpenting bukanlah kita bersikap aktif atau bersikap pasif. Yang terpenting adalah kita melakukan apa yang disuruh Tuhan. Jika Tuhan meminta kita aktif dan pergi ke seseorang untuk menyampaikan Firman Tuhan, maka lakukanlah. Jika Tuhan tidak meminta kita aktif (artinya kita cukup pasif saja), maka kita pun tetap harus bersiap ketika ada orang yang datang kepada kita, maka di situlah kita menyampaikan kebenaran Firman Tuhan. Adalah celaka jika kita bertindak aktif padahal Tuhan tidak menyuruhnya, atau ketika kita bertindak pasif padahal Tuhan meminta kita aktif. Seorang nabi dilihat dari dua hal, apakah Firman Tuhan yang disampaikannya adalah Firman Tuhan yang benar, dan apakah dia melakukan apa yang Tuhan suruh. Seseorang yang tidak menyampaikan Firman yang benar bukanlah nabi, melainkan penipu atau nabi palsu. Seseorang yang bertindak menurut keinginannya sendiri dan bukan keinginan Tuhan pun bukanlah nabi, melainkan penipu atau nabi palsu.


Bacaan Alkitab: 1 Raja-raja 21:17-19, 22:7-9
21:17 Tetapi datanglah firman TUHAN kepada Elia, orang Tisbe itu, bunyinya:
21:18 "Bangunlah, pergilah menemui Ahab, raja Israel yang di Samaria. Ia telah pergi ke kebun anggur Nabot untuk mengambil kebun itu menjadi miliknya.
21:19 Katakanlah kepadanya, demikian: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah membunuh serta merampas juga! Katakan pula kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu."
22:7 Tetapi Yosafat bertanya: "Tidak adakah lagi di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita dapat meminta petunjuk?"
22:8 Jawab raja Israel kepada Yosafat: "Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla." Kata Yosafat: "Janganlah raja berkata demikian."
22:9 Kemudian raja Israel memanggil seorang pegawai istana, katanya: "Jemputlah Mikha bin Yimla dengan segera!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.