Jumat, 19 Agustus 2016
Bacaan
Alkitab: Ayub 42:1-6
“Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk
dalam debu dan abu." (Ayb 42:6)
Mencabut Perkataan di Hadapan Tuhan
Alkisah ada seorang ibu yang memiliki
seorang anak laki-laki yang mulai beranjak dewasa. Anak laki-laki ini adalah
anak yang bandel dan tidak pernah mau mendengarkan perkataan orang tuanya. Anak
laki-laki itu sedang menjalin hubungan yang tidak pantas dengan seorang janda
muda, sehingga ibunya sangat marah hingga mengeluarkan kata-kata, “Sampai akhir
zaman ibu tidak akan setuju kalau kamu berhubungan dengan janda itu”. Kalimat
itu pun terdengar sampai ke orang lain, antara lain ke tetangga. Namun seiring
berjalannya waktu, anak laki-laki itu pun menghamili si janda muda, sehingga
mereka “terpaksa” dinikahkan, dan mau tidak mau si janda muda menjadi menantu
ibu tersebut.
Karena keluarga janda muda itu adalah
keluarga yang kaya, maka si janda muda berusaha mengambil hati ibu mertuanya
dengan memberikan baju baru, sepatu baru, perhiasan, mengajak jalan-jalan
dengan mobil mewah, dan lain sebagainya. Hingga si ibu pun mulai terpengaruh
dan luluh hatinya sehingga ibu itu justru menjadi “kompak” dengan menantunya.
Ketika para tetangga bertanya kepada si ibu, “Bukankah ibu dulu bilang kalau
sampai akhir zaman ibu tidak setuju dengan si janda muda?” namun akhirnya si
ibu berkata, “Oh perkataan itu sudah saya cabut kok. Lagipula saya bahagia
karena sekarang saya bisa punya baju branded,
perhiasan mewah, dan lain sebagainya dari menantu saya”.
Dari ilustrasi di atas maka muncul
sebuah pertanyaan terlintas di benak kita semua, “Bolehkah kita mencabut
perkataan?”. Renungan kita hari ini akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
Jika kita membaca Alkitab dengan
teliti, maka kita akan tahu bahwa memang ada orang-orang yang pernah mencabut
perkataannya, antara lain yaitu Ayub. Ayub pernah mengucapkan kata-kata kepada
Tuhan yang antara lain berisi kekecewaan Ayub atas penderitaan yang menimpa
dirinya. Namun demikian, pada akhirnya Ayub mengerti bahwa Tuhan adalah Tuhan
yang Maha Kuasa, dan sanggup melakukan segala sesuatu yang diinginkan-Nya (ay. 1-2).
Manusia sebagai ciptaan Tuhan tidak akan sanggup mengerti isi pikiran Tuhan
(ay. 3). Justru seharusnya dengan kesadaran penuh mengenai pribadi Allah yang
Maha Mulia, kita akan menyadari bahwa kita membutuhkan Tuhan dalam hidup kita,
bahkan harus berusaha untuk mengerti kehendak Tuhan agar hidup kita boleh
sesuai dengan kehendak-Nya (ay. 4).
Ayub pun sudah sampai mengucapkan
kalimat yang kurang berkenan kepada Tuhan, sehingga Ayub pun menarik dan
mencabut kembali perkataan yang pernah ia ucapkan kepada Tuhan (ay. 5-6). Tentu
pencabutan perkataan Ayub tersebut dilakukan secara personal (antara Ayub
dengan Tuhan) karena memang ucapannya hanya terkait antara Ayub dengan Tuhan,
dan tidak terkait dengan orang lain. Ucapan Ayub diutarakannya kepada Tuhan dan
bukan kepada orang lain, sehingga ucapan Ayub tersebut hanya terkait relasi
Ayub dengan Tuhan. Dan Tuhan menghargai sikap Ayub yang mengakui kesalahannya
hingga ia mencabut perkataannya. Ia tahu bahwa daripada ia bersikeras dengan
pandangannya yang keliru terhadap Tuhan, lebih baik ia mengakui kesalahannya
(dalam hal ucapannya yang sempat keluar dari mulutnya) di hadapan Tuhan.
Kenyataannya, banyak orang Kristen
tidak pernah mau mengakui kesalahannya di hadapan Tuhan. Orang Kristen (bahkan
termasuk pendeta atau hamba Tuhan) pun sering mengucapkan perkataan yang
sia-sia di hadapan Tuhan, tetapi mereka tidak pernah merasa salah. Mereka tidak
pernah menguji hidup mereka di hadapan Tuhan. Sehingga tanpa disadari semakin
lama mereka semakin tersesat karena merasa diri mereka benar dan tidak
memerlukan pertobatan.
Bacaan
Alkitab: Ayub 42:1-6
42:1 Maka jawab Ayub kepada TUHAN:
42:2 "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan
tidak ada rencana-Mu yang gagal.
42:3 Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan?
Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang
sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui.
42:4 Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan
menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku.
42:5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi
sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
42:6 Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk
dalam debu dan abu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.