Kamis, 18 Agustus 2016

Mencabut Perkataan di Hadapan Tuhan

Jumat, 19 Agustus 2016
Bacaan Alkitab: Ayub 42:1-6
“Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu." (Ayb 42:6)


Mencabut Perkataan di Hadapan Tuhan


Alkisah ada seorang ibu yang memiliki seorang anak laki-laki yang mulai beranjak dewasa. Anak laki-laki ini adalah anak yang bandel dan tidak pernah mau mendengarkan perkataan orang tuanya. Anak laki-laki itu sedang menjalin hubungan yang tidak pantas dengan seorang janda muda, sehingga ibunya sangat marah hingga mengeluarkan kata-kata, “Sampai akhir zaman ibu tidak akan setuju kalau kamu berhubungan dengan janda itu”. Kalimat itu pun terdengar sampai ke orang lain, antara lain ke tetangga. Namun seiring berjalannya waktu, anak laki-laki itu pun menghamili si janda muda, sehingga mereka “terpaksa” dinikahkan, dan mau tidak mau si janda muda menjadi menantu ibu tersebut.

Karena keluarga janda muda itu adalah keluarga yang kaya, maka si janda muda berusaha mengambil hati ibu mertuanya dengan memberikan baju baru, sepatu baru, perhiasan, mengajak jalan-jalan dengan mobil mewah, dan lain sebagainya. Hingga si ibu pun mulai terpengaruh dan luluh hatinya sehingga ibu itu justru menjadi “kompak” dengan menantunya. Ketika para tetangga bertanya kepada si ibu, “Bukankah ibu dulu bilang kalau sampai akhir zaman ibu tidak setuju dengan si janda muda?” namun akhirnya si ibu berkata, “Oh perkataan itu sudah saya cabut kok. Lagipula saya bahagia karena sekarang saya bisa punya baju branded, perhiasan mewah, dan lain sebagainya dari menantu saya”.

Dari ilustrasi di atas maka muncul sebuah pertanyaan terlintas di benak kita semua, “Bolehkah kita mencabut perkataan?”. Renungan kita hari ini akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut.

Jika kita membaca Alkitab dengan teliti, maka kita akan tahu bahwa memang ada orang-orang yang pernah mencabut perkataannya, antara lain yaitu Ayub. Ayub pernah mengucapkan kata-kata kepada Tuhan yang antara lain berisi kekecewaan Ayub atas penderitaan yang menimpa dirinya. Namun demikian, pada akhirnya Ayub mengerti bahwa Tuhan adalah Tuhan yang Maha Kuasa, dan sanggup melakukan segala sesuatu yang diinginkan-Nya (ay. 1-2). Manusia sebagai ciptaan Tuhan tidak akan sanggup mengerti isi pikiran Tuhan (ay. 3). Justru seharusnya dengan kesadaran penuh mengenai pribadi Allah yang Maha Mulia, kita akan menyadari bahwa kita membutuhkan Tuhan dalam hidup kita, bahkan harus berusaha untuk mengerti kehendak Tuhan agar hidup kita boleh sesuai dengan kehendak-Nya (ay. 4).

Ayub pun sudah sampai mengucapkan kalimat yang kurang berkenan kepada Tuhan, sehingga Ayub pun menarik dan mencabut kembali perkataan yang pernah ia ucapkan kepada Tuhan (ay. 5-6). Tentu pencabutan perkataan Ayub tersebut dilakukan secara personal (antara Ayub dengan Tuhan) karena memang ucapannya hanya terkait antara Ayub dengan Tuhan, dan tidak terkait dengan orang lain. Ucapan Ayub diutarakannya kepada Tuhan dan bukan kepada orang lain, sehingga ucapan Ayub tersebut hanya terkait relasi Ayub dengan Tuhan. Dan Tuhan menghargai sikap Ayub yang mengakui kesalahannya hingga ia mencabut perkataannya. Ia tahu bahwa daripada ia bersikeras dengan pandangannya yang keliru terhadap Tuhan, lebih baik ia mengakui kesalahannya (dalam hal ucapannya yang sempat keluar dari mulutnya) di hadapan Tuhan.

Kenyataannya, banyak orang Kristen tidak pernah mau mengakui kesalahannya di hadapan Tuhan. Orang Kristen (bahkan termasuk pendeta atau hamba Tuhan) pun sering mengucapkan perkataan yang sia-sia di hadapan Tuhan, tetapi mereka tidak pernah merasa salah. Mereka tidak pernah menguji hidup mereka di hadapan Tuhan. Sehingga tanpa disadari semakin lama mereka semakin tersesat karena merasa diri mereka benar dan tidak memerlukan pertobatan.


Bacaan Alkitab: Ayub 42:1-6
42:1 Maka jawab Ayub kepada TUHAN:
42:2 "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.
42:3 Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui.
42:4 Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku.
42:5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
42:6 Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.