Kamis, 18 Agustus 2016
Bacaan
Alkitab: 1 Petrus 2:4-8
“Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang
tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah
menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu
sandungan." (1 Ptr 2:7)
Menjadi Batu Penjuru atau Batu Sandungan
Ketika kita dihadapkan kepada satu
pertanyaan, “Apakah kita mau menjadi batu penjuru atau menjadi batu sandungan?”,
tentu sebagian besar dari antara kita akan memilih untuk menjadi batu penjuru,
dan hampir tidak ada yang memilih untuk menjadi batu sandungan. Benarkah sikap
yang demikian? Sebenarnya hal ini disebabkan karena pemahaman yang masih belum
lengkap mengenai apa artinya batu sandungan.
Dalam bacaan Alkitab hari ini kita
membaca mengenai Tuhan Yesus yang disebut sebagai batu hidup (ay. 4a). Sebagai
batu hidup, Tuhan Yesus mengalami dua sisi yang berbeda, yaitu dibuang oleh
manusia, namun dipilih dan dihormati di hadirat Allah (ay. 4b). Jika kita
mengaku diri kita sebagai orang Kristen, yang artinya kita wajib hidup seperti
Kristus hidup dan meneladani hidup-Nya sepenuhnya (1 Yoh 2:6), maka kita pun harus
menjadi seperti batu hidup sama seperti Tuhan Yesus. Bagi kita yang mengikut
Kristus, kita harus menjadi batu hidu untuk membangun suatu rumah rohani bagi
suatu imamat kudus bagi kemuliaan Allah (ay. 5).
Tentu dalam membangun rumah rohani tersebut,
kita juga perlu memandang Tuhan Yesus sebagai batu penjuru yang mahal (ay. 6).
Batu penjuru di sini dapat diartikan sebagai suatu patokan yang memberi arah
bagaimana suatu bangunan harus dibangun. Selain itu batu penjuru juga dapat
diartikan sebagai batu penting yang menopang batu-batu di atasnya. Tentu dalam
membangun batu penjuru ini kita perlu membangun di atas dasar yang benar, yaitu
Tuhan Yesus Kristus sendiri. Jika kita membangun di atas dasar yang lain, maka
sesungguhnya pekerjaan kita adalah sesat.
Dalam hal ini jika Tuhan Yesus
dipandang sebagai batu penjuru, tentu kita juga harus menjadi batu penjuru.
Dalam hal ini tentu kita tidak mungkin menyamai kualitas batu penjuru sepertu
Tuhan Yesus (yang menjadi dasar gereja Tuhan di seluruh dunia), namun paling
tidak kita dapat menjadi batu penjuru yang mendukung pekerjaan Tuhan di tempat
kita masing-masing. Menjadi batu penjuru tidaklah harus dipandang sebagai
menjadi seorang pendeta atau pelayan mimbar (seperti worship leader atau pemain
musik) di gereja, tetapi sesungguhnya segenap hidup kita adalah pelayanan bagi
Tuhan. Salah besar jika pelayanan hanya dinilai di atas mimbar gereja, tetapi
kelakuan kita sehari-harinya tidak mencerminkan Tuhan dalam hidup kita.
Alkitab mengatakan bahwa Tuhan Yesus
menjadi batu penjuru yang mahal bagi orang percaya (ay. 6-7a). Akan tetapi bagi
orang yang tidak peraya, maka Tuhan Yesus menjadi batu sentuhan dan sandungan
(ay. 7b). Batu sentuhan dan batu sandungan adalah batu yang menyebabkan orang
lain terantuk, tersandung, dan jatuh. Dalam hal ini, kedua kata tersebut dalam
bahasa aslinya ternyata memiliki makna yang netral (bisa positif maupun
negatif). Hal ini terlihat bahwa dalam ayat-ayat lainnya Tuhan Yesus sendiri
juga dikonotasikan sebagai batu sandungan (Mat 15:12, Rm 8:33, 1 Kor 1:23).
Jika demikian, maka kita harus mau mengakui dengan terbuka bahwa kita juga
harus menjadi batu sandungan.
Namun demikian, kita tidak boleh
menjadi batu sandungan bagi orang percaya, tetapi haruslah menjadi batu
sandungan bagi orang yang tidak percaya atau yang binasa (Rm 14:21, 1 Kor 8:9
& 13). Hidup kita harus sampai “mengganggu” atau membuat orang lain yang
binasa menjadi tidak nyaman. Sama seperti kehidupan Tuhan Yesus yang “mengganggu”
para imam, ahli Taurat dan orang Farisi, maka kita pun harus bersikap demikian.
Jadilah batu sandungan dengan membuktikan kehidupan yang benar menurut Firman
Tuhan di tengah-tengah mereka yang bengkok hatinya. Jika orang di sekitar kita
korupsi, kita harus berani berkata tidak pada korupsi. Jika orang di sekitar
kita semua mencontek (bagi yang masih sekolah atau kuliah), maka kita harus
berani tidak mencontek meskipun konsekuensinya nilai kita akan ada di bawah
mereka yang mencontek.
Ingat bahwa orang-orang yang hidup
tidak benar ini sedang berjalan menuju kebinasaan. Mereka sebenarnya butuh
pertobatan. Tugas kita sebagai batu sandungan bagi mereka sehingga mereka
terjatuh dan bertobat, sehingga kembali kepada jalan yang benar (ay. 8). Oleh
karena itu kita harus menjadi batu sandungan dengan penuh kasih, dengan harapan
agar orang-orang yang akan binasa dapat diselamatkan, tentu sambil menjaga diri
kita supaya tidak tersandung dan tersesat. Oleh karena itu, jangan hanya berpikir
bahwa kita harus menjadi batu penjuru, tetapi juga sebagai batu sandungan,
sehingga kita akan menjadi batu penjuru bagi mereka yang percaya, dan menjadi
batu sandungan bagi mereka yang tidak percaya atau yang akan binasa.
Bacaan
Alkitab: 1 Petrus 2:4-8
2:4 Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh
manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.
2:5 Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan
suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan
rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.
2:6 Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan
di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa
yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."
2:7 Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang
tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah
menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu
sandungan."
2:8 Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman
Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.