Jumat, 05 Agustus 2016

Syarat Menjadi Seorang Gembala Jemaat



Sabtu, 6 Agustus 2016
Bacaan Alkitab: 1 Petrus 5:1-4
“Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.” (1 Ptr 5:4)


Syarat Menjadi Seorang Gembala Jemaat


Setiap gereja pada umumnya dipimpin oleh seorang yang disebut gembala atau gembala sidang. Gembala ini adalah seorang pendeta yang berkomitmen untuk menggembalakan suatu jemaat, entah jemaat lokal atau jemaat yang lebih besar. Di organisasi gereja-gereja yang sudah cukup mapan pengaturannya, biasanya gembala ditunjuk oleh organisasi atau sinode. Di beberapa daerah yang cukup terpencil, biasanya gembala menunjuk dirinya sendiri sementara menunggu keputusan organisasi, atau jemaat meminta seseorang untuk menjadi gembala.

Meskipun di mata manusia (khususnya jemaat gereja) posisi gembala adalah posisi yang terhormat, akan tetapi sesungguhnya peran seorang gembala sangatlah berat. Sebenarnya Alkitab Perjanjian Baru bahasa Indonesia menggunakan kata lain untuk menggambarkan jabatan gembala ini, antara lain “penatua” (ay. 1) dan juga penilik jemaat (1 Tim 3:1-7, Tit 1:7-9). Namun dari deskripsi tugas seorang penatua dan penilik jemaat, kita dapat melihat bahwa peran mereka adalah sama dengan peran gembala jemaat di masa kini.

Menurut sejarah Kristen, Petrus dianggap sebagai gembala jemaat pertama setelah Tuhan Yesus naik ke surga. Petrus menggembalakan jemaat Tuhan di tengah-tengah tantangan zaman pada masa itu, yaitu ketika jemaat Tuhan mengalami aniaya yang hebat baik dari orang Yahudi dan juga dari pemerintahan Romawi. Dalam surat kepada para gembala (penatua) jemaat, Petrus menuliskan sejumlah prinsip-prinsip penting yang harus diingat oleh para gembala jemaat, yaitu:

Pertama, menggembalakan dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah dan bukan karena paksaan (ay. 2a). Menjadi seorang gembala jemaat haruslah dilakukan dengan sukarela tanpa paksaan. Hal ini penting karena jika di awalnya saja sudah salah arah, maka tanpa pertobatan yang sungguh-sungguh, kelanjutan pelayanannya juga akan menjadi salah arah.

Kedua, menggembalakan dengan pengabdian diri dan bukan karena mau mencari keuntungan (ay. 2b). Perlu dipahami dengan benar bahwa pelayanan bukanlah paksaan, tetapi adalah pengabdian. Kualitas pelayanan kita akan terlihat dari bagaimana kita menghayati prinsip pengabdian kepada Tuhan. Seseorang yang benar-benar menghargai Tuhan akan melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh.

Ironisnya, cukup banyak pendeta (termasuk gembala jemaat) sekarang yang melihat jemaat sebagai “sumber uang”. Mereka tidak sadar bahwa jemaat adalah domba-domba yang dipercayakan Gembala Agung kepada mereka untuk dijaga dan dipelihara. Para pendeta dan gembala yang sesat ini hanya akan melihat jemaat yang hadir sebagai sumber uang bagi kepentingan pendeta itu sendiri. Akibatnya, topik khotbah hanya berkisar pada memberi untuk pekerjaan Tuhan (termasuk perpuluhan). Bahkan tidak jarang ada “ancaman” yang diberikan pendeta jika jemaat tidak mau memberi bagi pekerjaan Tuhan (tentunya yang dimaksud adalah  memberi di gereja tempat pendeta tersebut berada). Ini menggambarkan betapa merosotnya pengertian gembala jemaat yang dimengerti oleh para pendeta tersebut.

Ketiga, menggembalakan dengan cara memberi teladan, bukan memerintah (ay. 3). Seorang pemimpin yang sejati tentu harus menjadi teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Betapa bahayanya jika si pemimpin adalah orang yang munafik, yang tidak konsisten perkataannya sehingga tidak ada yang dapat diteladani dari pemimpin tersebut. Seorang gembala jemaat juga harus benar-benar memiliki cara hidup yang baik, di dalam jemaat dan juga terlebih di luar jemaat. Bagaimanapun juga orang percaya ibarat terang yang terletak di atas bukit, dan pasti akan dilihat oleh orang lain. Gembala jemaat yang tidak mengerti hal ini akan bersembunyi di balik jargon “pendeta juga manusia”, untuk melegitimasikan perbuatannya yang salah. Pendeta juga akan sering mengucapkan alasan “pertimbangan pastoral” untuk membenarkan perbuatannya yang nyata-nyata salah.

Jika melihat ketiga syarat tersebut, tentulah sangat berat menjadi seorang gembala jemaat. Namun tugas dan tanggung jawab yang berat tersebut tidak akan sia-sia, karena ada janji Tuhan yang berlaku bagi mereka yang mau setia berjuang hingga akhir. Tentu saja ini pun termasuk pada semua orang percaya (tidak hanya gembala jemaat atau pendeta saja) yang mau sungguh-sungguh hidup di jalan Tuhan (ay. 4). Janji Tuhan tersebut adalah adanya mahkota kemuliaan yang kekal bagi mereka yang setia.

Tidak ada mahkota tanpa perjuangan dalam perlombaan. Hanya orang-orang yang sungguh-sungguh mengerti Firman Tuhan dan berjuang keras untuk melakukannya dengan setia (walau berat) akan menerima mahkota. Bagaimana dengan mereka yang tidak mau berjuang? Bagaimana dengan para gembala jemaat yang justru mengambil keuntungan dari jemaat demi kepentingan pribadi? Bagi mereka akan disediakan hukuman kekal, karena mereka tidak mau menjadi gembala jemaat yang benar (Mat 7:21-23)


Bacaan Alkitab: 1 Petrus 5:1-4
5:1 Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.
5:2 Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.
5:3 Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.
5:4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.