Selasa, 30 Agustus 2016

Keras Kepala yang Benar



Kamis, 1 September 2016
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 21:10-14
Karena ia tidak mau menerima nasihat kami, kami menyerah dan berkata: "Jadilah kehendak Tuhan!"  (Kis 21:14)


Keras Kepala yang Benar


Ada beberapa profesi yang pada umumnya orang-orangnya memiliki sikap keras kepala alias tidak mau mendengarkan orang lain. Profesi-profesi tersebut antara lain: guru atau dosen (karena sering mengajar dan menganggap dirinya lebih pintar/tahu daripada yang diajar), auditor (karena dalam tugasnya memang harus mencari ketidaksesuaian terhadap standar yang ada, dan biasanya juga merasa diri paling tahu), serta pendeta (karena sudah terbiasa ketika berkhotbah tidak pernah ada jemaat yang boleh menanggapinya sehingga selalu menganggap dirinya benar. Selain itu pendeta juga merasa lebih tahu Firman Tuhan daripada jemaat sehingga dipikirnya pendeta selalu benar dan tidak boleh dikoreksi oleh jemaat. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa seorang pendeta, penginjil, pengkhotbah, apalagi gembala jemaat maupun ketua sinode gereja nyaris selalu berpikir dia selalu benar dan tidak perlu jemaat memberikan pendapatnya.

Paulus pun dalam kehidupannya juga adalah seseorang yang keras kepala. Hal ini terlihat ketika Paulus ada di Kaisarea, seorang nabi (orang yang menyampaikan suara Tuhan) yang bernama Agabus datang dan menyampaikan pesan Tuhan melalui Roh Kudus, bahwa Paulus akan diikat oleh orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan bangsa-bangsa lain (ay. 10-11). Para murid yang ada bersama-sama dengan Paulus pun meminta dengan sangat agar Paulus tidak pergi ke Yerusalem (ay. 12). Tentu apa yang disampaikan murid-murid ini pun juga ada benarnya. Mereka ingin Paulus tetap dapat memberitakan Injil di kota-kota dan daerah-daerah lain sehingga banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan Yesus.

Akan tetapi Paulus tetap kukuh dalam pendiriannya, dan tetap ingin meneruskan perjalanannya ke Yerusalem. Paulus sadar walau ia nantinya akan ditangkap dan dianiaya di Yerusalem, tetapi Paulus tahu bahwa memang itulah jalan yang harus ditempuhnya. Ia bahkan bersedia mati di Yerusalem jika itu karena nama Tuhan Yesus (ay. 14). Paulus keras kepala bukan dalam hal yang salah, tetapi dalam hal yang benar. Ia keras kepala (memiliki ego yang tinggi) karena kebenaran, bukan karena kejahatan. Paulus sadar dengan benar bahwa hidup ini memang adalah milik Tuhan, dan ia harus siap mati atau hidup bagi Tuhan.

Di sisi lain, nabi Agabus dan murid-murid bisa saja beradu argumen bahkan beradu ayat dengan Paulus supaya Paulus tidak perlu pergi ke Yerusalem. Tetapi nabi Agabus dan murid-murid hanya menyampaikan pesan Tuhan bahwa Paulus akan ditangkap di Yerusalem. Perhatikan sungguh-sungguh bahwa nabi Agabus hanya menyuarakan pesan itu saja, dan tidak menambah-nambahi pesan pribadinya agar Paulus tidak perlu datang ke Yerusalem. Ini adalah tanda seorang nabi yang benar, yaitu benar-benar menyampaikan pesan Tuhan tanpa perlu menambahi pesan atau pendapat pribadi. Tentu kalau Tuhannya sama (Tuhannya nabi dan Tuhannya Paulus), maka isi pesannya pun pasti sama, tidak mungkin bertentangan. Jika ada perbedaan, maka pasti ada salah satu yang berdusta, alias mengaku bahwa pesan yang diterima adalah Firman Tuhan padahal isinya sebenarnya pesan atau kepentingan pribadi. Dalam hal ini penting bagi kita juga untuk senantiasa menguji roh, apakah roh dari Tuhan atau bukan (1 Yoh 4:1).

Kembali kepada bacaan Firman Tuhan hari ini, ketika murid-murid melihat Paulus tetap bersikeras untuk pergi ke Yerusalem, maka murid-murid pun menyerah dan berkata “Jadilah kehendak Tuhan” (ay. 14). Ini menunjukkan murid-murid juga tidak memaksakan kehendaknya. Nabi Agabus tidak memaksakan kehendaknya. Paulus juga tidak memaksakan kehendaknya. Semua pihak tidak ada yang memaksakan kehendaknya, tetapi mencoba melakukan kehendak Tuhan (meskipun mungkin masih belum sepenuhnya mengerti). 

Inilah keras kepala yang benar, yaitu keras kepala dalam menaati kehendak Tuhan, keras kepala dalam hal menuruti Firman Tuhan, dan keras kepala dalam membela pekerjaan Tuhan tanpa batas. Jangan kita menjadi keras kepala dalam hal lain, ketika kita salah dan tidak mau dikritik, bahkan justru menyalahkan orang yang mengkritik kita. Jangan karena kritik orang lain kita merasa dihakimi dan menganggap orang lain sedang melakukan rekayasa. Jika demikian, sesungguhnya kita yang sedang menghakimi orang yang mengkritik kita, padahal mungkin saja kita yang paling bersalah. Marilah kita keras kepala dalam kebenaran, bukan keras kepala dalam kejahatan, marilah kita keras kepala dalam melakukan kehendak Tuhan, dan bukan keras kepala dalam melakukan kepentingan diri kita sendiri.



Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 21:10-14
21:10 Setelah beberapa hari kami tinggal di situ, datanglah dari Yudea seorang nabi bernama Agabus.
21:11 Ia datang pada kami, lalu mengambil ikat pinggang Paulus. Sambil mengikat kaki dan tangannya sendiri ia berkata: "Demikianlah kata Roh Kudus: Beginilah orang yang empunya ikat pinggang ini akan diikat oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan bangsa-bangsa lain."
21:12 Mendengar itu kami bersama-sama dengan murid-murid di tempat itu meminta, supaya Paulus jangan pergi ke Yerusalem.
21:13 Tetapi Paulus menjawab: "Mengapa kamu menangis dan dengan jalan demikian mau menghancurkan hatiku? Sebab aku ini rela bukan saja untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus."
21:14 Karena ia tidak mau menerima nasihat kami, kami menyerah dan berkata: "Jadilah kehendak Tuhan!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.