Kamis, 1 September 2016
Bacaan
Alkitab: Kisah Para Rasul 21:10-14
Karena ia tidak mau menerima nasihat kami, kami menyerah dan berkata:
"Jadilah kehendak Tuhan!" (Kis
21:14)
Keras Kepala yang Benar
Ada beberapa profesi yang pada umumnya
orang-orangnya memiliki sikap keras kepala alias tidak mau mendengarkan orang
lain. Profesi-profesi tersebut antara lain: guru atau dosen (karena sering
mengajar dan menganggap dirinya lebih pintar/tahu daripada yang diajar),
auditor (karena dalam tugasnya memang harus mencari ketidaksesuaian terhadap
standar yang ada, dan biasanya juga merasa diri paling tahu), serta pendeta
(karena sudah terbiasa ketika berkhotbah tidak pernah ada jemaat yang boleh
menanggapinya sehingga selalu menganggap dirinya benar. Selain itu pendeta juga
merasa lebih tahu Firman Tuhan daripada jemaat sehingga dipikirnya pendeta
selalu benar dan tidak boleh dikoreksi oleh jemaat. Dari penjelasan di atas,
jelas bahwa seorang pendeta, penginjil, pengkhotbah, apalagi gembala jemaat
maupun ketua sinode gereja nyaris selalu berpikir dia selalu benar dan tidak
perlu jemaat memberikan pendapatnya.
Paulus pun dalam kehidupannya juga
adalah seseorang yang keras kepala. Hal ini terlihat ketika Paulus ada di
Kaisarea, seorang nabi (orang yang menyampaikan suara Tuhan) yang bernama
Agabus datang dan menyampaikan pesan Tuhan melalui Roh Kudus, bahwa Paulus akan
diikat oleh orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan
bangsa-bangsa lain (ay. 10-11). Para murid yang ada bersama-sama dengan Paulus
pun meminta dengan sangat agar Paulus tidak pergi ke Yerusalem (ay. 12). Tentu
apa yang disampaikan murid-murid ini pun juga ada benarnya. Mereka ingin
Paulus tetap dapat memberitakan Injil di kota-kota dan daerah-daerah lain
sehingga banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan Yesus.
Akan tetapi Paulus tetap kukuh dalam
pendiriannya, dan tetap ingin meneruskan perjalanannya ke Yerusalem. Paulus
sadar walau ia nantinya akan ditangkap dan dianiaya di Yerusalem, tetapi Paulus
tahu bahwa memang itulah jalan yang harus ditempuhnya. Ia bahkan bersedia mati
di Yerusalem jika itu karena nama Tuhan Yesus (ay. 14). Paulus keras kepala
bukan dalam hal yang salah, tetapi dalam hal yang benar. Ia keras kepala
(memiliki ego yang tinggi) karena kebenaran, bukan karena kejahatan. Paulus
sadar dengan benar bahwa hidup ini memang adalah milik Tuhan, dan ia harus siap
mati atau hidup bagi Tuhan.
Di sisi lain, nabi Agabus dan
murid-murid bisa saja beradu argumen bahkan beradu ayat dengan Paulus supaya
Paulus tidak perlu pergi ke Yerusalem. Tetapi nabi Agabus dan murid-murid hanya
menyampaikan pesan Tuhan bahwa Paulus akan ditangkap di Yerusalem. Perhatikan
sungguh-sungguh bahwa nabi Agabus hanya menyuarakan pesan itu saja, dan tidak menambah-nambahi
pesan pribadinya agar Paulus tidak perlu datang ke Yerusalem. Ini adalah tanda
seorang nabi yang benar, yaitu benar-benar menyampaikan pesan Tuhan tanpa perlu
menambahi pesan atau pendapat pribadi. Tentu kalau Tuhannya sama (Tuhannya nabi
dan Tuhannya Paulus), maka isi pesannya pun pasti sama, tidak mungkin
bertentangan. Jika ada perbedaan, maka pasti ada salah satu yang berdusta,
alias mengaku bahwa pesan yang diterima adalah Firman Tuhan padahal isinya
sebenarnya pesan atau kepentingan pribadi. Dalam hal ini penting bagi kita juga
untuk senantiasa menguji roh, apakah roh dari Tuhan atau bukan (1 Yoh 4:1).
Kembali kepada bacaan Firman Tuhan hari
ini, ketika murid-murid melihat Paulus tetap bersikeras untuk pergi ke
Yerusalem, maka murid-murid pun menyerah dan berkata “Jadilah kehendak Tuhan”
(ay. 14). Ini menunjukkan murid-murid juga tidak memaksakan kehendaknya. Nabi
Agabus tidak memaksakan kehendaknya. Paulus juga tidak memaksakan kehendaknya.
Semua pihak tidak ada yang memaksakan kehendaknya, tetapi mencoba melakukan
kehendak Tuhan (meskipun mungkin masih belum sepenuhnya mengerti).
Inilah keras kepala yang benar, yaitu
keras kepala dalam menaati kehendak Tuhan, keras kepala dalam hal menuruti
Firman Tuhan, dan keras kepala dalam membela pekerjaan Tuhan tanpa batas.
Jangan kita menjadi keras kepala dalam hal lain, ketika kita salah dan tidak
mau dikritik, bahkan justru menyalahkan orang yang mengkritik kita. Jangan karena
kritik orang lain kita merasa dihakimi dan menganggap orang lain sedang
melakukan rekayasa. Jika demikian, sesungguhnya kita yang sedang menghakimi
orang yang mengkritik kita, padahal mungkin saja kita yang paling bersalah.
Marilah kita keras kepala dalam kebenaran, bukan keras kepala dalam kejahatan,
marilah kita keras kepala dalam melakukan kehendak Tuhan, dan bukan keras
kepala dalam melakukan kepentingan diri kita sendiri.
Bacaan
Alkitab: Kisah Para Rasul 21:10-14
21:10 Setelah beberapa hari kami tinggal di situ, datanglah dari Yudea
seorang nabi bernama Agabus.
21:11 Ia datang pada kami, lalu mengambil ikat pinggang Paulus. Sambil
mengikat kaki dan tangannya sendiri ia berkata: "Demikianlah kata Roh
Kudus: Beginilah orang yang empunya ikat pinggang ini akan diikat oleh
orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan bangsa-bangsa
lain."
21:12 Mendengar itu kami bersama-sama dengan murid-murid di tempat itu
meminta, supaya Paulus jangan pergi ke Yerusalem.
21:13 Tetapi Paulus menjawab: "Mengapa kamu menangis dan dengan jalan
demikian mau menghancurkan hatiku? Sebab aku ini rela bukan saja untuk diikat,
tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus."
21:14 Karena ia tidak mau menerima nasihat kami, kami menyerah dan berkata:
"Jadilah kehendak Tuhan!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.