Rabu, 31 Agustus 2016

Sikap terhadap Pemimpin Rohani



Sabtu, 3 September 2016
Bacaan Alkitab: Ibrani 13:17-19
Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu. (Ibr 13:17)


Sikap terhadap Pemimpin Rohani


Secara umum, pemimpin artinya adalah orang yang memimpin. Jika ada yang menjadi pemimpin, maka tentu ada pula orang-orang yang dipimpin. Dalam konteks rohani, tentu pemimpin juga memiliki tugas dan tanggung jawab lebih dibandingkan dengan pemimpin dalam konteks umum/duniawi. Pemimpin rohani tidak hanya berbicara tentang memberikan arah kepada orang yang dipimpinnya, tetapi juga memberikan teladan hidup. Pemimpin rohani tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap orang yang dipimpinnya, tetapi juga harus berjaga-jaga atas mereka, yaitu menjaga jiwa setiap orang yang dipimpinnya (ay. 17b).

Dengan demikian, tentu menjadi pemimpin rohani sangat berat, karena kepada mereka dipercayakan jiwa orang-orang untuk dapat dipimpin menuju tingkat kesucian yang sempurna seperti kesucian yang dimiliki oleh Allah. Tidak heran banyak pemimpin rohani seperti pendeta yang bisa pusing atau stres dalam memimpin jemaatnya. Tidak sedikit pula pendeta yang merasa tugasnya terlalu berat sehingga pada akhirnya mundur dari pelayanan.

Di sisi lain, ada pula pendeta yang bersikap salah terhadap jemaat yang dipimpinnya. Mereka berkeluh kesah ketika jemaat bersikap tidak seperti yang pendetanya inginkan. Terkadang yang salah memang jemaatnya, tetapi tak jarang juga pendeta yang berbuat salah. Konflik antara pendeta dengan jemaat ini sangat memprihatinkan. Pendeta pun akhirnya berkeluh kesah tentang jemaat dan jemaat pun akhirnya berkeluh kesah tentang pendetanya (ay. 17c).

Namun demikian, Alkitab kita dengan jelas berkata agar setiap orang menaati pemimpinnya dan tunduk kepada mereka (ay. 17a). Dalam konteks rohani, jemaat pun perlu senantiasa berdoa bagi pemimpinnya, supaya memiliki hati nurani yang baik dan benar (ay. 18-19). Jemaat harus sadar bahwa pemimpin rohani telah ditetapkan Tuhan untuk memimpin hidup kita ke arah kebenaran, oleh karena itu adalah bagian jemaat untuk senantiasa mendukung dan loyal terhadap pimpinan rohani kita.

Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa dukungan dan loyalitas kita yang tanpa batas, haruslah hanya ditujukan kepada Tuhan, bukan kepada manusia, sekalipun ia mengaku sebagai seorang hamba Tuhan atau wakil Tuhan. Dalam hal ini, kita memang harus taat dan tunduk kepada pemimpin rohani kita (pendeta atau gembala jemaat). Namun kita tidak boleh taat dan tunduk tanpa batas kepada mereka. Pemimpin kita mungkin bisa salah dan tersesat. Tugas kita adalah untuk membantu pemimpin kita supaya dapat memimpin kita dengan benar, dengan sukacita dan tanpa keluh kesah (ay. 17).

Lalu bagaimana jika pendeta kita atau gembala jemaat kita sudah bertindak salah, jatuh, bahkan tersesat? Dalam hal ini kita memerlukan hikmat dari Tuhan. Ada tipe orang yang terbuka terhadap saran, masukan, bahkan kritik. Jika pemimpin kita berkarakter seperti itu, maka kita boleh menyampaikan saran dan masukan kita, tentu dengan kata-kata yang penuh kasih dan damai serta sikap respek dan menghargai pemimpin kita.

Namun jika pemimpin kita memiliki karakter yang tidak mau dikoreksi, merasa dirinya paling benar, dan lain sebagainya, jika kita datang kepadanya tentu kita akan berdebat panjang dan tidak jarang disertai dengan argumen ayat-ayat Alkitab. Jika pemimpin kita berkarakter seperti itu, maka kita perlu bijaksana. Biarkan pemimpin kita disadarkan langsung oleh Tuhan. Pemimpin kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga jiwa kita dan bertanggung jawab atas setiap orang yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Oleh karena itu, biarlah itu menjadi urusan antara pemimpin kita dengan Tuhan, karena Tuhan akan menjadi hakim yang adil dalam kasus ini. Bagian kita adalah tetap melakukan apa yang diajarkan oleh pemimpin kita (sepanjang sesuai dengan Firman Tuhan yang benar), tetapi kita harus berani tidak melakukan apa yang dicontohkan oleh pemimpin tersebut (Mat 23:3). Ingat, bahwa loyalitas tanpa batas kita hanyalah kepada Tuhan saja, bukan kepada manusia, siapapun dia (termasuk di dalamnya pemimpin rohani seperti pendeta atau gembala jemaat).



Bacaan Alkitab: Ibrani 13:17-19
13:17 Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.
13:18 Berdoalah terus untuk kami; sebab kami yakin, bahwa hati nurani kami adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik.
13:19 Dan secara khusus aku menasihatkan kamu, agar kamu melakukannya, supaya aku lebih lekas dikembalikan kepada kamu.

Menjaga Diri Sendiri dan Kawanan



Jumat, 2 September 2016
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 20:28-30
Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. (Kis 20:28)


Menjaga Diri Sendiri dan Kawanan


Jika kita mau jujur, tugas seorang pemimpin sebenarnya tidaklah mudah. Ia harus mampu membawa orang-orang yang ada di bawah pimpinannya ke arah yang benar. Hal ini pun sama halnya dengan pemimpin rohani. Paulus berkata dengan tegas kepada pemimpin jemaat (penatua) di Efesus, bahwa mereka harus menjaga diri mereka sendiri dan menjaga seluruh kawanan (ay. 28a). Tugas ini bukan tugas yang diberikan oleh organisasi gereja, tetapi ini adalah tanggung jawab yang diberikan Tuhan sendiri, yaitu untuk menggembalakan jemaat Allah (ay. 28b).

Oleh karena itu, tugas para pemimpin rohani sebenarnya sangatlah berat.  Menjaga diri sendiri saja sudah sulit, apalagi harus menjaga orang lain yang adalah kawanan yang dipercayakan kepada kita. Yang lebih sulit lagi adalah bahwa kita harus menjaga kawanan domba dari serigala-serigala yang ganas. Paulus pun mengatakan bahwa akan ada serigala-serigala ganas yang masuk ke tengah-tengah jemaat dan tidak akan menyayangkan jemaat (ay. 29). Serigala ini adalah lambang orang-orang yang tidak peduli akan keselamatan jiwa-jiwa. Yang terpenting bagi mereka adalah mereka bisa mendapatkan keuntungan dari jemaat Tuhan atau dari pekerjaan Tuhan di gereja maupun persekutuan. Serigala tidak akan peduli tentang bagaimana menjaga kawanan, tetapi akan berusaha memanfaatkan kawanan demi keuntungan pribadinya.

Tidak cukup hanya di situ, pemimpin jemaat juga harus menjaga kawanan dari orang-orang yang menyampaikan ajaran palsu. Ajaran palsu ini akan membuat kawanan tertarik dari jalan yang benar ke jalan yang sesat (ay. 30). Ajaran palsu di sini dapat berarti ajaran yang hanya menyenangkan telinga namun sama sekali tidak berisi kebenaran (2 Tim 4:3-4). Satu-satunya hal yang dapat membuat kita dapat membedakan ajaran palsu atau tidak adalah dari buahnya (Mat 7:20). Buah bicara tentang sesuatu yang terlihat dari luar. Buah bicara tentang sikap hidup yang ditunjukkan oleh seseorang. Seorang nabi palsu walaupun memiliki perkataan yang manis di atas mimbar, tetapi suatu saat akan menunjukkan buah yang asli yaitu sikap hidupnya yang ternyata palsu.

Tentu dalam hal ini kita perlu mendukung pemimpin kita agar mereka dapat menjaga diri mereka dan menjaga kawanan yang dipercayakan Tuhan kepada mereka. Tentu kita harus menghargai pemimpin-pemimpin yang benar, yang memang benar-benar berjaga-jaga atas jiwa kita (Ibr 13:17). Kepada pemimpin-pemimpin yang benar ini, kita perlu mendukung dengan sepenuh hati, sambil juga kita mendoakan pemimpin kita tersebut supaya tidak salah langkah dan tidak tersesat. Adalah indah jika pemimpin mengasihi jemaat dan jemaat mengasihi pemimpinnya. Adalah indah jika pemimpin menjaga dirinya sendiri dan menjaga seluruh kawanan (jemaat), serta jemaat juga menjaga dirinya sendiri dan menjaga pemimpinnya. Jika demikian, maka pemimpin dan jemaat tersebut akan menjadi pemimpin dan jemaat yang berkenan di hadapan Tuhan, karena sudah melakukan bagiannya dengan sebaik-baiknya.



Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 20:28-30
20:28 Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.
20:29 Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu.
20:30 Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka.

Selasa, 30 Agustus 2016

Keras Kepala yang Benar



Kamis, 1 September 2016
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 21:10-14
Karena ia tidak mau menerima nasihat kami, kami menyerah dan berkata: "Jadilah kehendak Tuhan!"  (Kis 21:14)


Keras Kepala yang Benar


Ada beberapa profesi yang pada umumnya orang-orangnya memiliki sikap keras kepala alias tidak mau mendengarkan orang lain. Profesi-profesi tersebut antara lain: guru atau dosen (karena sering mengajar dan menganggap dirinya lebih pintar/tahu daripada yang diajar), auditor (karena dalam tugasnya memang harus mencari ketidaksesuaian terhadap standar yang ada, dan biasanya juga merasa diri paling tahu), serta pendeta (karena sudah terbiasa ketika berkhotbah tidak pernah ada jemaat yang boleh menanggapinya sehingga selalu menganggap dirinya benar. Selain itu pendeta juga merasa lebih tahu Firman Tuhan daripada jemaat sehingga dipikirnya pendeta selalu benar dan tidak boleh dikoreksi oleh jemaat. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa seorang pendeta, penginjil, pengkhotbah, apalagi gembala jemaat maupun ketua sinode gereja nyaris selalu berpikir dia selalu benar dan tidak perlu jemaat memberikan pendapatnya.

Paulus pun dalam kehidupannya juga adalah seseorang yang keras kepala. Hal ini terlihat ketika Paulus ada di Kaisarea, seorang nabi (orang yang menyampaikan suara Tuhan) yang bernama Agabus datang dan menyampaikan pesan Tuhan melalui Roh Kudus, bahwa Paulus akan diikat oleh orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan bangsa-bangsa lain (ay. 10-11). Para murid yang ada bersama-sama dengan Paulus pun meminta dengan sangat agar Paulus tidak pergi ke Yerusalem (ay. 12). Tentu apa yang disampaikan murid-murid ini pun juga ada benarnya. Mereka ingin Paulus tetap dapat memberitakan Injil di kota-kota dan daerah-daerah lain sehingga banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan Yesus.

Akan tetapi Paulus tetap kukuh dalam pendiriannya, dan tetap ingin meneruskan perjalanannya ke Yerusalem. Paulus sadar walau ia nantinya akan ditangkap dan dianiaya di Yerusalem, tetapi Paulus tahu bahwa memang itulah jalan yang harus ditempuhnya. Ia bahkan bersedia mati di Yerusalem jika itu karena nama Tuhan Yesus (ay. 14). Paulus keras kepala bukan dalam hal yang salah, tetapi dalam hal yang benar. Ia keras kepala (memiliki ego yang tinggi) karena kebenaran, bukan karena kejahatan. Paulus sadar dengan benar bahwa hidup ini memang adalah milik Tuhan, dan ia harus siap mati atau hidup bagi Tuhan.

Di sisi lain, nabi Agabus dan murid-murid bisa saja beradu argumen bahkan beradu ayat dengan Paulus supaya Paulus tidak perlu pergi ke Yerusalem. Tetapi nabi Agabus dan murid-murid hanya menyampaikan pesan Tuhan bahwa Paulus akan ditangkap di Yerusalem. Perhatikan sungguh-sungguh bahwa nabi Agabus hanya menyuarakan pesan itu saja, dan tidak menambah-nambahi pesan pribadinya agar Paulus tidak perlu datang ke Yerusalem. Ini adalah tanda seorang nabi yang benar, yaitu benar-benar menyampaikan pesan Tuhan tanpa perlu menambahi pesan atau pendapat pribadi. Tentu kalau Tuhannya sama (Tuhannya nabi dan Tuhannya Paulus), maka isi pesannya pun pasti sama, tidak mungkin bertentangan. Jika ada perbedaan, maka pasti ada salah satu yang berdusta, alias mengaku bahwa pesan yang diterima adalah Firman Tuhan padahal isinya sebenarnya pesan atau kepentingan pribadi. Dalam hal ini penting bagi kita juga untuk senantiasa menguji roh, apakah roh dari Tuhan atau bukan (1 Yoh 4:1).

Kembali kepada bacaan Firman Tuhan hari ini, ketika murid-murid melihat Paulus tetap bersikeras untuk pergi ke Yerusalem, maka murid-murid pun menyerah dan berkata “Jadilah kehendak Tuhan” (ay. 14). Ini menunjukkan murid-murid juga tidak memaksakan kehendaknya. Nabi Agabus tidak memaksakan kehendaknya. Paulus juga tidak memaksakan kehendaknya. Semua pihak tidak ada yang memaksakan kehendaknya, tetapi mencoba melakukan kehendak Tuhan (meskipun mungkin masih belum sepenuhnya mengerti). 

Inilah keras kepala yang benar, yaitu keras kepala dalam menaati kehendak Tuhan, keras kepala dalam hal menuruti Firman Tuhan, dan keras kepala dalam membela pekerjaan Tuhan tanpa batas. Jangan kita menjadi keras kepala dalam hal lain, ketika kita salah dan tidak mau dikritik, bahkan justru menyalahkan orang yang mengkritik kita. Jangan karena kritik orang lain kita merasa dihakimi dan menganggap orang lain sedang melakukan rekayasa. Jika demikian, sesungguhnya kita yang sedang menghakimi orang yang mengkritik kita, padahal mungkin saja kita yang paling bersalah. Marilah kita keras kepala dalam kebenaran, bukan keras kepala dalam kejahatan, marilah kita keras kepala dalam melakukan kehendak Tuhan, dan bukan keras kepala dalam melakukan kepentingan diri kita sendiri.



Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 21:10-14
21:10 Setelah beberapa hari kami tinggal di situ, datanglah dari Yudea seorang nabi bernama Agabus.
21:11 Ia datang pada kami, lalu mengambil ikat pinggang Paulus. Sambil mengikat kaki dan tangannya sendiri ia berkata: "Demikianlah kata Roh Kudus: Beginilah orang yang empunya ikat pinggang ini akan diikat oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan bangsa-bangsa lain."
21:12 Mendengar itu kami bersama-sama dengan murid-murid di tempat itu meminta, supaya Paulus jangan pergi ke Yerusalem.
21:13 Tetapi Paulus menjawab: "Mengapa kamu menangis dan dengan jalan demikian mau menghancurkan hatiku? Sebab aku ini rela bukan saja untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus."
21:14 Karena ia tidak mau menerima nasihat kami, kami menyerah dan berkata: "Jadilah kehendak Tuhan!"