Rabu, 09 Agustus 2017

Kita Lebih dari Pemenang?



Kamis, 10 Agustus 2017
Bacaan Alkitab: Roma 8:31-39
Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. (Rm 8:37)


Kita Lebih dari Pemenang?


Para pembaca renungan ini yang berasal dari gereja aliran pentakosta/karismatik pasti mengenal lagu-lagu yang liriknya mengandung kata-kata “kita lebih dari pemenang”. Lagu itu bahkan menjadi lagu favorit beberapa worship leader di gereja saya, karena memang kata-katanya dan juga jenis musiknya bisa menambah semangat jemaat dalam bernyanyi, apalagi dengan embel-embel “kita lebih dari pemenang”. Namun demikian, semakin saya belajar kebenaran Firman Tuhan, semakin saya berpikir apakah memang begitu ajaran yang benar.

Saya menemukan bahwa kalimat “lebih dari pemenang” berasal dari salah satu ayat di kitab Roma yang berbunyi “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita” (ay. 37). Ayat ini sebenarnya ditujukan kepada jemaat di kota Roma, dan tidak ditemukan dalam surat-surat ke jemaat di kota lain seperti Efesus, Galatia, Tesalonika, dan lain sebagainya. Artinya jika kita mau jujur, maka kita harus mempelajari konteks ayat-ayat sebelum dan sesudahnya untuk mengerti mengapa jemaat di kota Roma disebut Paulus sebagai mereka yang lebih dari pada orang-orang yang menang (lebih dari pemenang).

Sebagai ilustrasi, jika ada seorang ibu yang mengirimkan surat kepada anaknya yang sedang kuliah di kota lain, dan anak tersebut punya penyakit darah rendah, maka ibu tersebut sangat mungkin menulis “seringlah makan daging kambing”. Akan tetapi jika surat tersebut dibaca oleh orang yang sudah tua dan tanpa pikir panjang surat tersebut langsung dilakukan, maka efeknya bukan menjadikan lebih baik tetapi justru lebih buruk. Itu adalah ilustrasi bahwa kita tidak bisa serta merta langsung mengambil sebuah ayat dan mengenakannya dalam hidup kita tanpa mengerti konteks dan latar belakangnya. Adalah terlalu naif jika kita merasa sudah layak disebut sebagai lebih dari pemenang seperti jemaat Roma tanpa mengerti apa yang jemaat Roma hadapi dan sudah lewati.

Jemaat di kota Roma adalah jemaat di kota besar, ibu kota negara Romawi pada waktu itu. Sebagai pengikut Kristus (yang dianggap sekte pada waktu itu), mereka seringkali mengalami penindasan dan ketidakadilan, khususnya dari orang Yahudi dan juga pemerintah Romawi. Tidak jarang pasukan Romawi menangkap dan menyiksa orang Kristen dan memaksa mereka meninggalkan iman Kristen dan menyembah dewa-dewa Romawi atau patung kaisar. Namun demikian, mereka tetap tabah dan menjaga iman mereka sekalipun ada di antara mereka yang disiksa, dipukuli, bahkan mati dengan cara diadu dengan binatang buas.

Oleh karena iman jemaat Roma yang tetap teguh menghadapi aniaya tersebut, Paulus mengatakan agar jemaat Roma tidak perlu takut karena Allah ada di pihak mereka. Jika Allah ada di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? (ay. 31). Ini bukan berarti bahwa Tuhan akan membela jemaat Roma sehingga ketika mereka melawan binatang buas maka binatang tersebut menjadi jinak, dan mujizat lainnya. Akan tetapi Paulus hendak mengatakan bahwa jika Allah ada di pihak mereka, maka sekalipun ada orang-orang yang melawan mereka bahkan membunuh mereka, sesungguhnya mereka sedang melawan Tuhan. Dan penderitaan yang mereka alami itu adalah bukti bahwa mereka sungguh-sungguh memiliki Kristus dalam hidup mereka.

Jadi, dinaiaya atau tidak itu bukanlah hal yang terpenting. Yang terpenting adalah apakah jemaat Roma sudah sungguh-sungguh berjuang dalam iman yang benar, hingga mereka bisa mengenakan pribadi Kristus dalam diri mereka? Tuhan akan mengaruniakan kemampuan kepada mereka yang mau berjuang bersama-Nya (ay. 32). Dan yang lebih penting lagi, walaupun di dunia ini Tuhan seperti kalah dengan dewa-dewa Romawi, akan tetapi yang terpenting adalah bahwa Tuhan akan membela dan membenarkan umat-Nya pada hari penghakiman Tuhan tiba.

Oleh karena itu, pengharapan jemaat Roma tidak boleh hanya berhenti bahwa Tuhan Yesus sudah mati bagi dosa-dosa mereka, tetapi bahwa Tuhan Yesus juga sudah bangkit dari kematian, sehingga semua orang yang memiliki karakter seperti Kristus juga suatu saat nanti akan bangkit (ay. 34). Inilah pengharapan jemaat Roma yang luar biasa, sehingga mereka tidak lagi memandang dan mencintai dunia. Dunia pun menjadi semakin pudar di mata mereka, digantikan dengan pengharapan di kekekalan untuk memerintah bersama-sama dengan Kristus.

Oleh karena itu tidak ada hal apapun yang dapat memisahkan jemaat di kota Roma dengan kasih Kristus. Mereka tetap mengasihi Kristus walaupun mengalami penindasan (diperlakukan tidak adil oleh pemerintah Romawi), kesesakan (karena harta benda mereka disita), penganiayaan (dipukuli dan dianggap pemberontak karena tidak mau menyembah dewa Romawi atau patung kaisar), kelaparan (dimasukkan ke dalam penjara dan diberi makan sangat sedikit atau tidak sama sekali), ketelanjangan (diberlakukan sebagai budak yang akan diumpankan kepada binatang buas), bahkan bahaya dan pedang (kematian diri mereka) sekalipun (ay. 35). Karena iman mereka kepada Kristus, mereka senantiasa dibayangi oleh bahaya maut setiap harinya. Tetapi dalam kondisi sulit yang ekstrem seperti itu, mereka siap bahkan jika harus mati sekalipun, ibarat domba-domba yang sedang mengantri untuk disembelih (ay. 36).

Nah, dengan melihat konteks aniaya dan penindasan yang dialami oleh jemaat Roma pada waktu itu, tentu di mata orang lain, jemaat Roma dianggap sebagai pihak yang kalah. Mereka tidak punya uang, pengaruh, dan secara kedudukan politik mereka dianggap sama seperti budak bahkan penjahat yang tidak dapat membela diri. Banyak jemaat Roma yang harus dianiaya bahkan mati karena membela iman mereka. Namun demikian, Paulus menegaskan bahwa walaupun orang dunia memandang bahwa pemerintah Romawi adalah pihak yang menang dan jemaat Roma adalah pihak yang kalah, tetapi di mata Tuhan mereka lebih daripada orang-orang yang menang (ay. 37a). Ini tentu bukan karena kekuatan diri mereka sendiri, tetapi juga karena karya Roh Kudus dalam diri mereka dan ketaatan mereka untuk mau melakukan kehendak Bapa (ay. 37b).

Tentu konsekuensi logis menjadi orang-orang yang lebih dari pemenang dalam konteks jemaat Roma ini bukanlah kemudian hidup mereka menjadi enak atau nyaman. Justru pernyataan Paulus bahwa mereka lebih dari pemenang membuat mereka harus siap mempertaruhkan apapun bagi kerajaan Tuhan. Paulus mengatakan bahwa jika jemaat Roma sudah mencapai level lebih dari pemenang, maka tidak ada satu pun hal yang dapat memisahkan mereka dari kasih Tuhan. Mereka akan tetap mengasihi Tuhan entah mereka hidup atau mati, entah ada malaikat-malaikat (mungkin merujuk kepada malaikat jahat atau malaikat yang jatuh/fallen angels yang mengganggu hidup orang percaya), pemerintah yang menindas, segala hal-hal di atas (tinggi) maupun di bawah (dalam), maupun makhluk ciptaan lainnya. Tidak akan ada hal apapun yang dapat memisahkan jemaat Roma dari kasih Allah di dalam Tuhan Yesus, sehingga mereka pantas disebut sebagai orang-orang yang lebih dari pemenang.

Bagaimana dengan kita? Apakah iman kita sudah teruji dalam kondisi sulit yang ekstrem seperti yang dialami oleh jemaat Roma? Jika ya, maka kita pantas dan layak disebut sebagai orang-orang yang lebih dari pemenang. Akan tetapi jika kita masih jauh dari standar hidup jemaat Roma, maka seharusnya kita malu jika kita menyanyikan lagu dengan lirik “lebih dari pemenang” tetapi kita masih hidup dalam dosa dan percintaan dunia. Bukan lagunya atau lirik lagunya yang salah, tetapi jika kita menyanyi tanpa mengerti kebenaran yang terkandung dalam liriknya, lambat laun kita akan menjadi orang-orang yang munafik, yang bisa menyanyi dengan meriah, tetapi kelakuan hidup kita adalah nol besar. Bagaimana kita bisa mengaku lebih dari pemenang tetapi dalam hidup kita, kita masih kalah oleh dosa (masih suka hidup dalam dosa, baik yang nyata maupun yang tersembunyi) dan masih kalah oleh dunia (masih mencintai dunia lebih daripada mencintai Tuhan)? Marilah kita berjuang untuk menjadi orang-orang yang lebih dari pemenang di hadapan Tuhan. Minimal berjuanglah untuk menang dalam kehidupan kita masing-masing, supaya pada hari penghakiman, jerih payah kita di dalam Tuhan akan berbuahkan mahkota kehidupan (Why 2:10).



Bacaan Alkitab: Roma 8:31-39
8:31 Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
8:33 Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?
8:34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?
8:35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
8:36 Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."
8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
8:38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
8:39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.