Jumat, 4 Agustus 2017
Bacaan
Alkitab: Matius 5:38-48
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka
yang menganiaya kamu. (Mat 5:44)
Mengasihi Musuh dengan Benar
Suatu hari ketika saya tidur, tiba-tiba
sekitar tengah malam saya terbangun karena tenggorokan saya terasa sangat
sakit. Sakitnya luar biasa padahal seingat saya, sebelumnya saya tidak
makan/minum yang aneh-aneh. Pada saat itu, saya sempat ke kamar mandi dan
kembali ke tempat tidur, namun rasa sakit di tenggorokan saya benar-benar
sangat sakit hingga saya sempat berpikir, bahwa mungkin saja saya akan mati pada
malam itu. Saya mencoba untuk tidur namun belum bisa karena rasa sakit
tersebut. Di tengah-tengah kondisi antara terjaga dan tidur, pikiran saya mengembara
kemana-mana, sampai saya berpikir apakah sakit saya ini karena saya sedang diserang
dengan kuasa gelap.
Pada waktu itu saya percaya bahwa Tuhan
pasti melindungi anak-anak-Nya dari kuasa gelap. Namun tidak menutup kemungkinan Tuhan membuka pagar
perlindungan-Nya seperti yang dilakukan-Nya kepada Ayub. Di dalam rasa sakit
yang luar biasa, seperti ada pikiran dalam diri saya bahwa hal ini dilakukan
oleh seseorang yang saya kenal, yaitu seorang Kristen juga yang juga sudah
melayani di gereja. Saya sempat menepis pikiran tersebut dan berkata bahwa “Ah
masa iya seorang pelayan gereja masih main hal-hal seperti ini”, tetapi pikiran
saya yang lain juga berpikir “Tidak semua orang Kristen bahkan pelayan Tuhan
juga orang benar, bisa saja ia melakukan hal ini karena iri atau dendam kepada
saya”.
Saat itu saya tidak tahu apakah saya sedang
bermimpi atau tidak, tetapi saya ingat bahwa pada saat itu saya sempat berkata
kepada Tuhan begini: “Tuhan, aku tahu Engkau selalu melindungi aku, sehingga
tidak ada kuasa kegelapan yang bisa mempan terhadap aku. Namun demikian,
andaikan benar Engkau telah mengangkat pagar perlindungan-Mu, dan siapapun yang
melakukan hal ini, bahkan jika orang Kristen tersebut (menunjuk ke orang yang
sempat saya pikirkan itu) yang melakukan, dan saya harus sampai mati karena hal
ini, maka saat ini aku berkata kepada-Mu: ‘Aku mengampuni orang itu, karena ia
tidak tahu apa yang ia lakukan itu salah’”. Saat itu rasanya saya mengucapkan
kalimat pengampunan tersebut dengan begitu tulus dan saya bahkan sudah siap dan
pasrah untuk mati. Akan tetapi Tuhan berkendak lain, dan saya bisa tertidur dan
bangun di pagi harinya dengan kondisi yang jauh lebih baik. Saya merasa bahwa
ucapan saya itu bukan ucapan dalam mimpi (karena saya tipe orang yang jarang mengingat
mimpi, walaupun mimpi itu baru terjadi). Ketika saya merenungkan hal ini
beberapa waktu kemudian, jelas bahwa saya sedang diajar Tuhan apakah saya bisa
mengampuni orang lain dengan tulus.
Cerita di atas adalah pengalaman saya
pribadi yang tentunya sangatlah subyektif. Namun demikian, saya ingin membagikan
renungan mengenai hal ini, yaitu bagaimana cara mengasihi musuh dengan tulus. Perlu
dipahami bahwa konteks Matius pasal 5-7 merupakan ucapan Tuhan Yesus kepada para
pengikut-Nya dimana pada waktu itu tentu ajaran Tuhan Yesus pasti ditentang
habis-habisan oleh pihak penguasa (antara lain para imam, ahli Taurat, dan
orang Farisi). Dalam hal ini Tuhan Yesus mengajar dengan mengambil contoh
mengenai beberapa hal antara lain mengenai membunuh, berzinah, dan juga ketika
berhadapan dengan orang-orang yang memusuhi (yaitu yang akan kita pelajari hari
ini).
Orang-orang yang mengikuti Tuhan Yesus
pada waktu itu tentu saja sudah tahu mengenai hukum Taurat, yang mengajarkan
antara lain: mata ganti mata dan gigi ganti gigi (ay. 38). Ini adalah sesuatu
hal yang wajar, karena manusia memiliki naluri untuk membalas. Namun demikian
Tuhan Yesus mengajarkan bahwa para pengikutnya harus bisa sampai pada level
yang lebih tinggi lagi, yaitu sampai mengampuni musuh kita. Jadi dalam hal ini kita
harus bisa sampai tidak melawan mereka yang berbuat jahat kepada kita (ay.
39a), tidak membalas orang yang menampar pipi kita (ay. 39b), bersedia
menyerahkan apapun bagi kepentingan Tuhan (ay. 40), dan tidak mengeluh atas
penderitaan (ay. 41).
Tentu kita harus mengerti bahwa konteks
ini adalah penderitaan yang harus dialami (dan akan dialami) oleh para pengikut
Kristus di abad mula-mula (yaitu jemaat mula-mula). Mereka mengalami aniaya
yang hebat, dan di situ mereka diajar untuk tidak membalas kejahatan dengan
kejahatan, melainkan untuk menunjukkan kasih Kristus dalam diri mereka. Dalam
hal ini kita tidak boleh mengambil mentah-mentah ayat 39 ini semisal ada orang
yang mau mencuri motor kita lalu kita berikan juga mobil kita. Kita harus peka
terhadap suara Tuhan. Ada kalanya kita disuruh untuk diam dan mengalah, tetapi
ada kalanya juga Tuhan memerintahkan kita untuk membela pekerjaan dan
kepentingan-Nya (Ingat, membela kepentingan Tuhan bukan kepentingan kita
sendiri). Oleh karena itu sangatlah wajar jika dalam 10 Hukum tertulis “Jangan
membunuh” tetapi di peristiwa lain Tuhan juga memerintahkan bangsa Israel
menyerang musuh-Nya dan harus membunuh mereka. Di sini kita harus belajar agar
kita dapat peka terhadap suara Tuhan.
Namun yang lebih penting lagi adalah
kita harus bisa untuk menghilangkan naluri membalas sehingga kita dapat
mengampuni dan mengasihi orang-orang yang memusuhi kita (ay. 44). Inilah
perbedaan antara kita sebagai umat Perjanjian Baru dan mereka yang hidup dengan
standar Perjanijan Lama, dimana mereka hanya mengasihi sesama mereka namun
mereka sangat kejam terhadap orang-orang yang berbeda dengan mereka (dianggap
sebagai musuh) (ay. 43). Hal ini karena status kita sebagai anak-anak Allah
yang harus bisa memancarkan kasih Allah kepada semua orang (termasuk kepada mereka
yang memusuhi kita) (ay. 45). Umat percaya di Perjanjian Baru tidak hanya
dipanggil untuk menjadi orang yang baik, tetapi harus sampai kepada level
sempurna sama seperti Bapa di surga juga sempurna (ay. 48).
Oleh karena itu kita harus belajar
menanggalkan naluri kemanusiaan kita yang tidak sesuai dengan standar
kesempurnaan Allah. Kita harus berjuang untuk mencapai standar Allah sendiri,
yaitu kasih tanpa syarat. Dalam hal ini, kita tentu tidak selalu mengalah, atau
memberi pinjaman tanpa syarat kepada orang yang datang kepada kita (ay. 42). Tetapi
kita harus menjadi cerdas sehingga kita bisa mengasihi musuh kita atau
memberikan pinjaman kepada mereka yang membutuhkan jika diperlukan dan jika itu
sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita tidak boleh memiliki standar seperti
orang-orang di luar Kristen yang hanya mengasihi orang-orang tertentu (ay.
46-47). Di situlah perjuangan kita yang tidak mudah, karena harus bersedia
menanggalkan naluri kemanusiaan kita untuk mengenakan naluri Allah sehingga
kita bisa memiliki natur yang sama dengan-Nya, yaitu hingga memiliki natur atau kodrat ilahi.
Bacaan
Alkitab: Matius 5:38-48
5:38 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
5:39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat
jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga
kepadanya pipi kirimu.
5:40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini
bajumu, serahkanlah juga jubahmu.
5:41 Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil,
berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
5:42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang
yang mau meminjam dari padamu.
5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah
musuhmu.
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi
mereka yang menganiaya kamu.
5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga,
yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan
menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
5:46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu?
Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
5:47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja,
apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak
mengenal Allah pun berbuat demikian?
5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga
adalah sempurna."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.