Kamis, 3 Agustus 2017
Bacaan
Alkitab: Galatia 5:7-10
Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalang-halangi kamu,
sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi? (Gal 5:7)
Mereka yang Mengacaukan Perlombaan Jemaat
Suka atau tidak suka, kita semua sudah
terhisap masuk ke dalam suatu perlombaan yang diwajibkan bagi kita (Ibr 12:1).
Perlu dipahami bahwa perlombaan tersebut bukan sekedar meninggalkan semua beban
dan dosa yang merintangi kita. Itu barulah “syarat pendaftaran” untuk masuk ke
dalam perlombaan tersebut. Perlombaan yang dimaksud adalah berjuang untuk hidup
sempurna seperti Tuhan Yesus hidup (Ibr 12:2). Dalam hal ini gereja dan pendeta
harus membawa jemaat untuk masuk ke dalam perlombaan ini, tanpa kecuali.
Jemaat di Galatia sendiri juga telah
mengerti tentang hal ini. Dikatakan bahwa dahulu mereka berlomba dengan baik
(ay. 7a), sehingga tentu mereka juga sudah masuk dalam perlombaan, dan telah
membayar “syarat pendaftarannya” yaitu meninggalkan beban (percintaan dunia)
dan dosa (ketidaktaatan terhadap perintah Allah). Namun di ayat-ayat
selanjutnya, Paulus menulis bahwa ternyata jemaat di Galatia mulai tidak setia mengikuti
perlombaan tersebut. Paulus menulis: “Siapakah yang menghalang-halangi kamu
sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi” (ay. 7b). Dalam bahasa yang lebih
sederhana, hal tersebut bisa diterjemahkan: “Siapakah yang mengacaukan kamu
sehingga kamu tidak berlomba dengan benar lagi?”.
Paulus menegaskan bahwa Tuhan tidak
pernah mengajarkan bahwa umat-Nya (orang percaya) untuk tidak perlu bersusah-susah
ikut dalam perlombaan. Tuhan Yesus dengan jelas berkata bahwa setiap orang
harus sempurna seperti Bapa di surga juga sempurna (Mat 5:48) atau berkata
bahwa setiap orang harus berjuang untuk bisa memasuki pintu yang sesak (Luk
13:24). Tentu inilah perjuangan kita sebagai orang Kristen yaitu pengikut
Kristus. Jadi jika ada yang mengajarkan bahwa kita tidak perlu berlomba karena
Tuhan Yesus yang sudah berlomba bagi kita, itu bukanlah ajaran yang benar.
Ajakan untuk menuruti ajaran yang keliru tersebut tentu bukan datang dari Tuhan
yang telah memanggil kita untuk berjuang dan berlomba dengan tekun (ay. 8).
Kita harus mulai bisa selektif terhadap
ajaran-ajaran yang mengisi pola pikir kita, karena ajaran yang keliru bila
dibiarkan saja masuk ke dalam hati dan pikiran kita, akan mewarnai jiwa kita
dengan warna yang salah. Ibarat ragi yang dicampurkan ke dalam adonan, maka
sedikit ragi pun bila didiamkan dan tidak dibuang, lambat laun akan
mengkhamirkan seluruh adonan, apalagi jika dibiarkan dalam jangka waktu yang
lama (ay. 9). Hal ini bukan berarti lalu kita men-judge atau
menghakimi bahwa seluruh pendeta/pengkhotbah pasti salah, tetapi kita harus
bisa selektif terhadap khotbah-khotbah atau ajaran-ajaran yang masuk ke dalam telinga
kita. Kita harus mulai bisa memilah mana ajaran yang benar (yang harus masuk
sampai ke dalam hati kita) dan mana ajaran yang keliru yang tidak perlu masuk
ke dalam hati (cukup masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan, atau bahkan
jangan sampai masuk telinga kita).
Dalam sebuah khotbah di ibadah hari minggu misalnya, dari 60 menit khotbah
seorang pendeta, kita harus bisa menangkap butir-butir kebenaran yang harus
kita simpan di dalam hati kita dan mana yang tidak perlu kita simpan. Jangan
justru kebalikannya, kita menyimpan hal-hal yang keliru dan mengabaikan
butir-butir kebenaran yang disampaikan. Oleh karena itu jemaat harus menjadi
cerdas mengerti kehendak Allah bagi umat Perjanjian Baru. Salah satu kunci
untuk bisa peka adalah hidup dalam Firman dan persekutuan dengan Tuhan. Hidup
dalam Firman berarti kita harus mengusahakan membaca Alkitab Perjanjian Baru (PB)
minimal 2 kali lipat dari Alkitab Perjanjian Lama (PL) (misal: setiap hari membaca
PL 1 pasal dan PB 2 pasal, atau membaca PL 2 pasal dan PB 4 pasal, dan
seterusnya). Hidup dalam persekutuan dengan Tuhan berarti kita memiliki
waktu-waktu khusus untuk berdoa, menyembah, dan bersekutu dengan-Nya. Dalam waktu-waktu
itu kita seharusnya tidak melakukan hal apapun selain meminta Tuhan berbicara
kepada kita dan mengajar kita mengenai kehendak-Nya supaya kita mampu
melakukannya dalam hidup kita.
Paulus sendiri yakin bahwa jemaat Galatia sesungguhnnya sudah mengerti
tentang hal ini (ay. 10a). Mereka sudah pernah mengikuti perlombaan sehingga
pastilah sudah mengerti mengenai kebenaran tersebut. Namun demikian, Paulus
mengingatkan bahwa setiap kita akan bertanggung jawab terhadap pilihan yang
kita ambil. Mereka yang dengan setia mengikuti perlombaan hingga akhir akan
dianggap sebagai kelompok pemenang, dan akan memperoleh “hadiah” di hari
penghakiman nanti (Why 2:7). Namun di sisi lain, mereka yang memilih untuk
mundur dari perlombaan tentu juga akan menerima konsekuensinya. Lebih lanjut
lagi Paulus menegaskan bahwa orang-orang yang mengacaukan jemaat (yang antara
lain membuat jemaat tidak lagi berlomba dengan baik), juga akan menerima
hukuman yang lebih berat, siapapun juga dia (ay. 10b).
Jika kita mau jujur, kelompok yang ketiga ini (yaitu mereka yang
mengacaukan iman jemaat) bisa jadi adalah orang-orang di luar jemaat (misalnya:
mereka yang anti terhadap kekristenan sehingga menganiaya jemaat supaya mundur
dari imannya), namun juga bisa berarti orang-orang yang ada di dalam diri
jemaat itu sendiri. Yang lebih berbahaya lagi, orang seperti ini bisa menduduki
posisi strategis dalam jemaat sebagai pemimpin kelompok sel, pengurus gereja,
diaken, majelis, bahkan pendeta dan gembala sidang. Orang-orang seperti ini
yang belum sungguh-sungguh berlomba dengan baik namun sudah duduk di
posisi-posisi strategis semacam itu, akan dapat memberikan pengaruh lebih besar
kepada jemaat. Akan sangat berbahaya jika pengaruh yang diberikan adalah
pengaruh yang salah.
Bayangkan jika seorang diaken atau majelis bisa berkata “prinsip saya ikut
Tuhan Yesus itu ya pasti enak, Tuhan pasti melindungi, Tuhan pasti memberkati,
sekalipun saya korupsi Tuhan pasti menjaga karena uangnya saya berikan juga
kepada gereja untuk membangun gereja”. Atau bayangkan jika seorang
pendeta/gembala sidang berkhotbah bahwa “Tuhan Yesus sudah mati di atas kayu salib
untuk menyelamatkan kita, sehingga jemaat tidak perlu hidup benar, yang penting
percaya saja dan pasti selamat. Jemaat cukup meyakini saja dalam hati bahwa
kita sudah selamat tanpa perbuatan baik, yang artinya tanpa perlu berbuat baik”.
Ini tidak akan membawa jemaat kepada kesucian hidup yang benar. Akibatnya
banyak orang Kristen yang masih berjudi, mabuk-mabukan, berzinah, korupsi,
membunuh, dan lain sebagainya, namun mereka memiliki keyakinan dalam diri
mereka bahwa mereka tetap selamat karena mereka orang Kristen.
Pengajaran-pengajaran yang salah seperti sebenarnya tidak membawa jemaat ke
surga, tetapi justru mengarahkan mereka kepada kengerian neraka kekal.
Oleh karena itu tidak salah jika Tuhan Yesus berkata bahwa di hari terakhir
nanti, akan ada orang-orang yang telah mengusir setan bahkan melakukan mujizat tapi
tidak dikenal Tuhan dan dibuang dari hadapan Tuhan (Mat 7:21-23). Hal itu tentu
menunjuk kepada orang-orang yang menduduki posisi dalam gereja tetapi tidak
pernah mengajar jemaat dalam kebenaran. Hidupnya tidak memancarkan kesucian dan
kekudusan Tuhan. Hidupnya tidak memancarkan kebenaran yang sejati sehingga
justru membuat jemaat dan orang lain menjadi tidak hidup kudus. Orang lain yang
melihat hidup mereka akan berkata “Oh jadi orang Kristen (bahkan jadi pengurus,
diaken, majelis, dan pendeta) itu hidupnya cukup seperti itu toh? Berarti boleh
berbuat dosa bahkan hidup dalam dosa, yang penting setiap hari Minggu ke
gereja, kasih persembahan dan perpuluhan, lalu masuk surga”. Betapa rusaknya
iman jemaat dan orang lain yang melihat kehidupan para pengurus dan pejabat
gereja yang tidak benar. Tidak heran bahwa suatu saat nanti Tuhan Yesus baru
akan berkata kepada mereka dengan terus terang: “Aku tidak pernah mengenal
kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mat 7:23)
Bacaan
Alkitab: Galatia 5:7-10
5:7 Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalang-halangi
kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi?
5:8 Ajakan untuk tidak menurutinya lagi bukan datang dari Dia, yang
memanggil kamu.
5:9 Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan.
5:10 Dalam Tuhan aku yakin tentang kamu, bahwa kamu tidak mempunyai
pendirian lain dari pada pendirian ini. Tetapi barangsiapa yang mengacaukan
kamu, ia akan menanggung hukumannya, siapa pun juga dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.