Kamis, 17 Agustus 2017
Bacaan
Alkitab: Ulangan 12:17-21
Di dalam tempatmu tidak boleh kaumakan persembahan persepuluhan dari
gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu
sapimu dan kambing dombamu, ataupun sesuatu dari korban yang akan kaunazarkan,
ataupun dari korban sukarelamu, ataupun persembahan khususmu. (Ul 12:17)
Persepuluhan di dalam Alkitab (6): Tidak Boleh Dinikmati
Sendiri
Salah satu prinsip korban atau
persembahan dalam Alkitab adalah bahwa hal tersebut harus dikeluarkan dari
milik seseorang dan diberikan kepada pihak lain. Suatu persembahan tidak boleh
“dipisahkan” dari harta milik seseorang, hanya untuk seakan-akan diberikan
kepada Tuhan tetapi kemudian dinikmati sendiri. Sebenarnya prinsip persembahan
di Perjanjian Lama sangat berbeda dengan prinsip persembahan di Perjanjian
Baru. Hukum Taurat di Perjanjian Lama banyak mengatur mengenai persembahan
karena hukum tersebut memang ditujukan kepada bangsa Israel, bangsa budak yang
sudah 430 tahun menjadi budak di tanah Mesir. Oleh karena itu jika mereka diberikan
kebebasan yang sebebas-bebasnya, maka mereka akan menjadi liar karena euforia
kebebasan dari budak menjadi suatu bangsa yang merdeka. Oleh karena itu Tuhan
begitu luar biasa mengerti kondisi bangsa Israel dan memberikan hukum yang
sangat tepat bagi mereka dalam konteks kehidupan bangsa Israel setelah keluar
dari perbudakan. Tidak heran hukum Taurat begitu rinci mengatur kehidupan
bangsa Israel hingga kepada makanan dan juga kehidupan kesehatan (antara lain
juga mengatur mengenai wanita yang sedang mengalami menstruasi).
Dalam hal ini, perlu kita mengerti
bahwa bangsa Israel pada saat itu begitu “primitif” sehingga mengenai
persembahan pun perlu diatur bahwa itu bukanlah sesuatu yang boleh dinikmati
sendiri. Kita yang hidup di zaman modern ini, dengan kecerdasan yang jauh lebih
tinggi daripada pemahaman bangsa Israel sekitar 3500 tahun yang lalu, tentu
dengan mudah mengerti prinsip persembahan yang benar. Namun pada waktu itu,
mungkin saja bangsa Israel belum memiliki pemahaman seperti itu. Tidak heran
Alkitab menulis bahwa bangsa Israel tidak boleh memakan persembahan
persepuluhan, persembahan sulung, korban nazar. korban sukarela, atau
persembahan khusus di dalam tempat mereka sendiri (ay. 17). Tetapi mereka harus
memakannya di tempat yang dipilih Tuhan, yaitu di hadapan Tuhan dengan
bersukaria (ay. 18).
Menjadi pertanyaan, apakah persembahan
yang diberikan kepada Tuhan harus dimakan sendiri seluruhnya? Tentu tidaklah
demikian. Maksud dari memakan persembahan di ayat 18 tersebut sangat mungkin
diartikan sebagai “juga ikut menikmati” korban atau persembahan yang
dipersembahkan kepada Tuhan (dalam hal ini diserahkan kepada orang Lewi). Jadi
semangat korban atau persembahan, khususnya persembahan persepuluhan bukanlah
semangat yang egoistis, tetapi semangat untuk saling berbagi, untuk keadilan
dan keseimbangan antara suku Lewi dengan suku-suku Israel lainnya. Ini akan
lebih jelas lagi dalam ayat selanjutnya dimana Tuhan mengulangi Firman-Nya
supaya orang Israel jangan sampai melalaikan orang Lewi selama bangsa Israel
berada di tanah mereka (ay. 19). Hal ini juga menjadi suatu acuan bahwa
persembahan persepuluhan sangat terkait dengan profesi bangsa Israel pada waktu
itu yang terkait dengan tanah, antara lain hasil pertanian dan hasil ternak.
Kita memang harus memperhatikan konteks
pada waktu Firman ini diberikan kepada bangsa Israel, karena Firman ini
diberikan kepada bangsa Israel sebelum mereka menaklukkan tanah Kanaan secara
penuh. Artinya bangsa Israel sendiri belum menduduki tanah yang dijanjikan
kepada mereka. Bangsa Israel sendiri belum menikmati tanah tersebut dan mungkin
belum terbayang bagaimana memberikan korban dan persembahan termasuk
persembahan persepuluhan. Hal ini jelas terlihat di ayat selanjutnya, dimana
disebutkan bahwa “Apabila Tuhan telah meluaskan daerahmu nanti seperti
janji-Nya...” (ay. 20a). Oleh karena itu Tuhan berkata bahwa jika mereka ingin
makan daging, maka silahkan mereka makan daging. Ini menunjukkan janji Tuhan
mengenai kelimpahan jasmani yang akan diterima oleh bangsa Israel sebagai umat
pilihan Tuhan di Perjanjian Lama.
Terkait dengan konteks korban dan
persembahan (termasuk di antaranya persembahan persepuluhan), bangsa Israel juga
diberikan “kelonggaran” apabila tempat tinggal mereka terlalu jauh dari tempat
yang dipilih Tuhan untuk mempersembahkan korban tersebut. Jika demikian, maka
mereka diberi kelonggaran untuk tidak mempersembahkan di tempat yang dipilih
Tuhan tersebut, tetapi boleh dipersembahkan di tempat mereka, dan dimakan
bersama di tempat tersebut (ay. 21). Tentu ini bukan berarti persembahan tersebut dimakan sendiri, tetapi di tiap-tiap
daerah suku-suku Israel, ada orang-orang Lewi yang tinggal di sekitar mereka.
Jadi orang Lewi tidak terpusat tinggal di Yerusalem, tetapi menyebar di seluruh
wilayah Israel, di sejumlah kota-kota yang diberikan kepada orang Lewi (Bil
35:1-8).
Jadi walaupun mereka diberikan
kelonggaran untuk tidak membawa persembahannya ke tempat yang dipilih Tuhan,
tetapi bukan berarti hal tersebut menjadi alasan agar persembahan tersebut bisa
mereka makan sendiri. Dalam konteks luas korban dan persembahan bangsa Israel,
mereka harus tetap mempersembahkan kepada Tuhan, dan dalam konteks yang lebih
sempit yaitu persembahan persepuluhan, mereka harus tetap mempersembahkannya kepada
suku Lewi yang tinggal di antara mereka. Kalaupun mereka memakan persembahan
tersebut, sangat mungkin itu adalah sebagian kecil dari persembahan yang
dimakan bersama (sebagai tanda sukacita mereka). Atau bisa saja selain
persembahan persepuluhan, mereka juga membawa makanan lain yang mereka makan bersama
di sana sebagai ungkapan rasa syukur atas kesempatan memberikan persembahan
kepada Tuhan.
Implikasi bagi kita yang hidup di zaman
modern ini, mungkin saja kita memberikan sesuatu bagi pekerjaan Tuhan, tetapi
sebenarnya hal itu kita lakukan karena ada maksud lain di hati kita, yaitu
supaya kita boleh menikmatinya sendiri. Bisa jadi hal ini terlihat dari sikap
kita saat memberikan persembahan ke gereja, dimana dengan bangganya kita
menulis nama kita besar-besar supaya orang lain mengerti bahwa kita memberikan
uang dalam jumlah besar. Ini sama saja dengan menikmati persembahan itu bagi
kepentingan diri kita sendiri. Seharusnya apapun yang kita berikan kepada Tuhan
atau bagi pekerjaan Tuhan, di situ kita harus siap untuk tidak menikmatinya,
sekecil apapun itu. Bahkan jika kita mau jujur, kita harus siap untuk tidak
menikmati apapun yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita harus bisa
memiliki hati yang sama seperti hati Tuhan, yaitu supaya kita bisa menikmati
apa yang Tuhan nikmati. Dalam hal ini Tuhan akan menuntun kita supaya kita
tidak lagi menikmati dosa, tetapi justru menikmati hidup dalam kebenaran, hidup
dalam kesucian, dan hidup dalam kekudusan, meskipun untuk itu ada harga yang
harus dibayar. Kita harus berani tidak menikmati hidup yang duniawi, dan hanya menikmati
hidup dalam ketaatan penuh terhadap kehendak Tuhan.
Bacaan
Alkitab: Ulangan 12:17-21
12:17 Di dalam tempatmu tidak boleh kaumakan persembahan persepuluhan dari
gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu
sapimu dan kambing dombamu, ataupun sesuatu dari korban yang akan kaunazarkan,
ataupun dari korban sukarelamu, ataupun persembahan khususmu.
12:18 Tetapi di hadapan TUHAN, Allahmu, haruslah engkau memakannya, di
tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, engkau ini, anakmu laki-laki dan
anakmu perempuan, hambamu laki-laki dan hambamu perempuan, dan orang Lewi yang
di dalam tempatmu, dan haruslah engkau bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu,
karena segala usahamu.
12:19 Hati-hatilah, supaya jangan engkau melalaikan orang Lewi, selama
engkau ada di tanahmu.
12:20 Apabila TUHAN, Allahmu, telah meluaskan daerahmu nanti, seperti yang
dijanjikan-Nya kepadamu dan engkau berpikir: Aku mau makan daging, karena
engkau ingin makan daging, maka bolehlah engkau makan daging sesuka hatimu.
12:21 Apabila tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, untuk menegakkan
nama-Nya di sana, terlalu jauh dari tempatmu, maka engkau boleh menyembelih
dari lembu sapimu dan kambing dombamu yang diberikan TUHAN kepadamu, seperti
yang kuperintahkan kepadamu, dan memakan dagingnya di tempatmu sesuka hatimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.