Sabtu, 19 Agustus 2017
Bacaan
Alkitab: Ulangan 26:12-15
Apabila dalam tahun yang ketiga, tahun persembahan persepuluhan, engkau
sudah selesai mengambil segala persembahan persepuluhan dari hasil tanahmu,
maka haruslah engkau memberikannya kepada orang Lewi, orang asing, anak yatim
dan kepada janda, supaya mereka dapat makan di dalam tempatmu dan menjadi
kenyang. Dan haruslah engkau berkata di hadapan TUHAN, Allahmu: Telah
kupindahkan persembahan kudus itu dari rumahku, juga telah kuberikan kepada
orang Lewi, dan kepada orang asing, anak yatim dan kepada janda, tepat seperti
perintah yang telah Kauberikan kepadaku. Tidak kulangkahi atau kulupakan
sesuatu dari perintah-Mu itu. (Ul 26:12-13)
Persepuluhan di dalam Alkitab (8): Kewajiban Bangsa
Israel yang Harus Dilaksanakan
Perlu dipahami bahwa perintah untuk
memberikan persembahan persepuluhan di dalam Hukum Taurat, khususnya di kelima
kitab Pentaukh (Kejadian s.d. Ulangan) adalah perintah bagi bangsa Israel, yang
diberikan Tuhan ketika mereka ada di padang gurun, sebelum mereka masuk ke
tanah perjanjian atau tanah Kanaan. Ini adalah perintah Tuhan kepada bangsa
Israel dan bukan perintah Tuhan kepada bangsa lain. Ini adalah perintah Tuhan
di Perjanjian Lama dan sebenarnya tidak menjadi kewajiban lagi bagi umat
percaya di Perjanjian Baru. Jika sunat adalah suatu kewajiban bagi bangsa
Israel di Perjanjian Lama dan sudah tidak diwajibkan lagi bagi umat percaya di
Perjanjian Baru, mengapa standar yang sama tidak dikenakan kepada standar
persembahan persepuluhan ini?
Dalam bagian bacaan Alkitab kita hari
ini, kita akan melihat peraturan mengenai persembahan persepuluhan di dalam
akhir kitab Ulangan, yaitu akhir dari kelima kitab Pentaukh. Sama seperti
penjelasan saya sebelumnya, maka sebenarnya prinsip persembahan persepuluhan di
dalam perikop ini adalah pengulangan dari penjelasan-penjelasan di ayat-ayat
sebelumnya. Namun perhatikan konteks perikop ini, dimana perikop ini sebenarnya
adalah suatu perkataan yang diucapkan bangsa Israel setelah mereka melakukan
kewajiban mereka. Dalam awal perikop ini tertulis bahwa jika bangsa Israel
telah masuk ke negeri tersebut (negeri Kanaan), dan mereka telah membawa hasil
pertama ke tempat yang dipilih Tuhan, mempersembahkan kepada imam, maka imam
harus menerima persembahan tersebut dan meletakkannya di depan mezbah, kemudian
orang Israel harus mengucapkan perkataan tertentu sesuai dengan yang ditentukan
(Ul 26:1-11).
Jadi itulah latar belakang dan konteks
dari ayat 12 sampai dengan ayat 15 ini. Jika bangsa Israel telah masuk ke dalam
tanah perjanjian dan telah mempersembahkan korban atau persembahan sesuai hukum
Taurat, maka ada ucapan yang harus diperkatakan oleh mereka. Dalam konteks
persembahan persepuluhan, jika pada tahun yang ketiga mereka sudah mengambil
persembahan persepuluhan dan memberikan kepada orang Lewi, orang asing, anak
yatim, dan kepada janda (ay. 12), maka mereka harus mengucapkan perkataan ini
kepada Tuhan sebagai ucapan syukur bahwa mereka telah dapat memberikan
persembahan dan telah dapat Tuhan tolong untuk setia melakukan hukum Taurat.
Perkataan tersebut antara lain berbunyi
seperti demikian: “Tuhan, aku telah memindahkan persembahan tersebut dari
rumahku dan telah kuberikan kepada mereka yang berhak, yaitu orang Lewi, orang
asing, anak yatim dan kepada janda” (ay. 13a). Ini adalah bukti bahwa bangsa
Israel memelihara hukum Taurat dan melakukan dengan tepat seperti perintah yang
telah Tuhan berikan kepada mereka (ay. 13b). Sebenarnya ini adalah standar
hukum Taurat, yaitu bukan hanya memberikan persepuluhan (keluar dari kantong
mereka), tetapi juga sampai siapa saja yang boleh menerima persembahan
persepuluhan tersebut. Jadi sebenarnya persembahan persepuluhan juga tidaklah
sederhana yang penting memberikan sepersepuluh lalu sudah selesai, tetapi juga
sampai memastikan bahwa orang-orang yang menerima persembahan tersebut juga
sudah sesuai dengan Firman Tuhan. Inilah arti dari tidak melangkahi atau melupakan
sesuatu dari perintah Tuhan tersebut (ay. 13c).
Bahkan nilai kekudusan persembahan
persepuluhan bagi bangsa Israel tidak hanya berhenti sampai di situ. Kekudusan
persembahan tersebut juga dilihat dari sikap bangsa Israel yang berusaha hidup
kudus dalam segala hal, bahkan ketika mereka sedang berkabung atau najis pun
mereka tidak mau memakan persembahan kudus tersebut (ay. 14a). Inilah
mendengarkan suara Tuhan dengan benar, yaitu berjuang melakukan apa yang Tuhan
perintahkan dengan sungguh-sungguh, sampai pada hal yang terkecil (ay. 14b).
Dalam Perjanjian Lama memang kita akan
melihat bahwa bangsa Israel diberikan hukum (yaitu hukum Taurat) oleh Tuhan.
Jika mereka melakukan hukum itu dengan benar dan setia, maka mereka akan
mendapatkan berkat. Namun jika mereka melalaikan dan tidak melakukan hukum
dengan setia, maka mereka akan menerima kutuk. Dalam hal ini berkat dan kutuk
bangsa Israel di dalam Perjanjian Lama berorientasi pada hal-hal jasmani. Tanah
perjanjian yang dijanjikan Tuhan kepada mereka pun adalah tanah secara fisik,
yaitu tanah Kanaan. Inilah orientasi dan tujuan akhir bangsa Israel yaitu
ketika mereka boleh diam di tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka (ay. 15).
Namun demikian, kita sebagai umat
percaya yang hidup di masa Perjanjian Baru tidaklah demikian. Memang Alkitab
berkata bahwa kita pun adalah suatu bangsa yang terpilih, umat kepunyaan Allah
sendiri (1 Ptr 2:9). Saya dulu mengira kita sama dengan bangsa Israel, sehingga
sering ada istilah “Israel rohani”. Namun demikian, kita harus sadar bahwa hal
tersebut tidaklah sepenuhnya benar. Walaupun bangsa Israel adalah umat pilihan
Tuhan di masa Perjanjian Lama dan kita adalah umat pilihan Tuhan di masa
Perjanjian Baru, namun demikian orientasi kita dengan bangsa Israel sangatlah
berbeda. Kita tidak boleh memandang berkat dan kutuk hanya dari sudut pandang
jasmani: jika kita benar maka kita akan diberkati dan menjadi kaya, jika kita
salah maka kita akan dikutuk dan menjadi miskin. Perjanjian Baru tidaklah
sesederhana itu. Kita bisa saja hidup benar namun tidak kaya dan berlimpah
harta, seperti jemaat mula-mula yang justru kehilangan segala sesuatu (harta
benda, status politik, kewarganegaraan, keluarga, bahkan nyawa mereka sendiri)
karena mereka memilih mengikut Tuhan dengan segenap hati. Orientasi kita
sebagai umat pilihan Allah di Perjanjian Baru bukanlah tanah perjanjian secara
fisik, tetapi suatu tanah air surgawi (Ibr 11:16). Dan untuk mencapainya, kita
membutuhkan perjuangan.
Jika bangsa Israel hanya dituntut untuk
memberi persembahan dan beribadah kepada Tuhan sebagai kewajiban mereka, maka
kita sebagai umat Perjanjian Baru dituntut untuk lebih dari itu. Kita tidak
boleh merasa puas dan bangga, dan merasa sudah melakukan kewajiban kita dengan
memberi persembahan apalagi persembahan persepuluhan. Itu barulah sebagian dari
tanggung jawab kita sebagai umat percaya di Perjanjian Baru. Namun demikian,
kita harus berjuang untuk bisa menemukan kehendak Allah dalam hidup kita,
sehingga kita bisa melakukannya dengan setia sampai akhir. Standar penghakiman
kita pada hari penghakiman kita nanti bukanlah hukum Taurat (termasuk apakah
kita sudah memberikan persembahan persepuluhan atau tidak), tetapi seberapa
kita melakukan kehendak Allah (Mat 7:21-23).
Bacaan
Alkitab: Ulangan 26:12-15
26:12 "Apabila dalam tahun yang ketiga, tahun persembahan
persepuluhan, engkau sudah selesai mengambil segala persembahan persepuluhan
dari hasil tanahmu, maka haruslah engkau memberikannya kepada orang Lewi, orang
asing, anak yatim dan kepada janda, supaya mereka dapat makan di dalam tempatmu
dan menjadi kenyang.
26:13 Dan haruslah engkau berkata di hadapan TUHAN, Allahmu: Telah
kupindahkan persembahan kudus itu dari rumahku, juga telah kuberikan kepada
orang Lewi, dan kepada orang asing, anak yatim dan kepada janda, tepat seperti
perintah yang telah Kauberikan kepadaku. Tidak kulangkahi atau kulupakan
sesuatu dari perintah-Mu itu.
26:14 Pada waktu aku berkabung sesuatu tidak kumakan dari persembahan kudus
itu, pada waktu aku najis sesuatu tidak kujauhkan dari padanya, juga sesuatu
tidak kupersembahkan dari padanya kepada orang mati, tetapi aku mendengarkan
suara TUHAN, Allahku, aku berbuat sesuai dengan segala yang Kauperintahkan
kepadaku.
26:15 Jenguklah dari tempat
kediaman-Mu yang kudus, dari dalam sorga, dan berkatilah umat-Mu Israel, dan
tanah yang telah Kauberikan kepada kami, seperti yang telah Kaujanjikan dengan
sumpah kepada nenek moyang kami -- suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan
madunya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.