Jumat, 18 Agustus 2017

Persepuluhan di dalam Alkitab (8): Kewajiban Bangsa Israel yang Harus Dilaksanakan



Sabtu, 19 Agustus 2017
Bacaan Alkitab: Ulangan 26:12-15
Apabila dalam tahun yang ketiga, tahun persembahan persepuluhan, engkau sudah selesai mengambil segala persembahan persepuluhan dari hasil tanahmu, maka haruslah engkau memberikannya kepada orang Lewi, orang asing, anak yatim dan kepada janda, supaya mereka dapat makan di dalam tempatmu dan menjadi kenyang. Dan haruslah engkau berkata di hadapan TUHAN, Allahmu: Telah kupindahkan persembahan kudus itu dari rumahku, juga telah kuberikan kepada orang Lewi, dan kepada orang asing, anak yatim dan kepada janda, tepat seperti perintah yang telah Kauberikan kepadaku. Tidak kulangkahi atau kulupakan sesuatu dari perintah-Mu itu. (Ul 26:12-13)


Persepuluhan di dalam Alkitab (8): Kewajiban Bangsa Israel yang Harus Dilaksanakan


Perlu dipahami bahwa perintah untuk memberikan persembahan persepuluhan di dalam Hukum Taurat, khususnya di kelima kitab Pentaukh (Kejadian s.d. Ulangan) adalah perintah bagi bangsa Israel, yang diberikan Tuhan ketika mereka ada di padang gurun, sebelum mereka masuk ke tanah perjanjian atau tanah Kanaan. Ini adalah perintah Tuhan kepada bangsa Israel dan bukan perintah Tuhan kepada bangsa lain. Ini adalah perintah Tuhan di Perjanjian Lama dan sebenarnya tidak menjadi kewajiban lagi bagi umat percaya di Perjanjian Baru. Jika sunat adalah suatu kewajiban bagi bangsa Israel di Perjanjian Lama dan sudah tidak diwajibkan lagi bagi umat percaya di Perjanjian Baru, mengapa standar yang sama tidak dikenakan kepada standar persembahan persepuluhan ini?

Dalam bagian bacaan Alkitab kita hari ini, kita akan melihat peraturan mengenai persembahan persepuluhan di dalam akhir kitab Ulangan, yaitu akhir dari kelima kitab Pentaukh. Sama seperti penjelasan saya sebelumnya, maka sebenarnya prinsip persembahan persepuluhan di dalam perikop ini adalah pengulangan dari penjelasan-penjelasan di ayat-ayat sebelumnya. Namun perhatikan konteks perikop ini, dimana perikop ini sebenarnya adalah suatu perkataan yang diucapkan bangsa Israel setelah mereka melakukan kewajiban mereka. Dalam awal perikop ini tertulis bahwa jika bangsa Israel telah masuk ke negeri tersebut (negeri Kanaan), dan mereka telah membawa hasil pertama ke tempat yang dipilih Tuhan, mempersembahkan kepada imam, maka imam harus menerima persembahan tersebut dan meletakkannya di depan mezbah, kemudian orang Israel harus mengucapkan perkataan tertentu sesuai dengan yang ditentukan (Ul 26:1-11).

Jadi itulah latar belakang dan konteks dari ayat 12 sampai dengan ayat 15 ini. Jika bangsa Israel telah masuk ke dalam tanah perjanjian dan telah mempersembahkan korban atau persembahan sesuai hukum Taurat, maka ada ucapan yang harus diperkatakan oleh mereka. Dalam konteks persembahan persepuluhan, jika pada tahun yang ketiga mereka sudah mengambil persembahan persepuluhan dan memberikan kepada orang Lewi, orang asing, anak yatim, dan kepada janda (ay. 12), maka mereka harus mengucapkan perkataan ini kepada Tuhan sebagai ucapan syukur bahwa mereka telah dapat memberikan persembahan dan telah dapat Tuhan tolong untuk setia melakukan hukum Taurat. 

Perkataan tersebut antara lain berbunyi seperti demikian: “Tuhan, aku telah memindahkan persembahan tersebut dari rumahku dan telah kuberikan kepada mereka yang berhak, yaitu orang Lewi, orang asing, anak yatim dan kepada janda” (ay. 13a). Ini adalah bukti bahwa bangsa Israel memelihara hukum Taurat dan melakukan dengan tepat seperti perintah yang telah Tuhan berikan kepada mereka (ay. 13b). Sebenarnya ini adalah standar hukum Taurat, yaitu bukan hanya memberikan persepuluhan (keluar dari kantong mereka), tetapi juga sampai siapa saja yang boleh menerima persembahan persepuluhan tersebut. Jadi sebenarnya persembahan persepuluhan juga tidaklah sederhana yang penting memberikan sepersepuluh lalu sudah selesai, tetapi juga sampai memastikan bahwa orang-orang yang menerima persembahan tersebut juga sudah sesuai dengan Firman Tuhan. Inilah arti dari tidak melangkahi atau melupakan sesuatu dari perintah Tuhan tersebut (ay. 13c).

Bahkan nilai kekudusan persembahan persepuluhan bagi bangsa Israel tidak hanya berhenti sampai di situ. Kekudusan persembahan tersebut juga dilihat dari sikap bangsa Israel yang berusaha hidup kudus dalam segala hal, bahkan ketika mereka sedang berkabung atau najis pun mereka tidak mau memakan persembahan kudus tersebut (ay. 14a). Inilah mendengarkan suara Tuhan dengan benar, yaitu berjuang melakukan apa yang Tuhan perintahkan dengan sungguh-sungguh, sampai pada hal yang terkecil (ay. 14b).

Dalam Perjanjian Lama memang kita akan melihat bahwa bangsa Israel diberikan hukum (yaitu hukum Taurat) oleh Tuhan. Jika mereka melakukan hukum itu dengan benar dan setia, maka mereka akan mendapatkan berkat. Namun jika mereka melalaikan dan tidak melakukan hukum dengan setia, maka mereka akan menerima kutuk. Dalam hal ini berkat dan kutuk bangsa Israel di dalam Perjanjian Lama berorientasi pada hal-hal jasmani. Tanah perjanjian yang dijanjikan Tuhan kepada mereka pun adalah tanah secara fisik, yaitu tanah Kanaan. Inilah orientasi dan tujuan akhir bangsa Israel yaitu ketika mereka boleh diam di tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka (ay. 15).

Namun demikian, kita sebagai umat percaya yang hidup di masa Perjanjian Baru tidaklah demikian. Memang Alkitab berkata bahwa kita pun adalah suatu bangsa yang terpilih, umat kepunyaan Allah sendiri (1 Ptr 2:9). Saya dulu mengira kita sama dengan bangsa Israel, sehingga sering ada istilah “Israel rohani”. Namun demikian, kita harus sadar bahwa hal tersebut tidaklah sepenuhnya benar. Walaupun bangsa Israel adalah umat pilihan Tuhan di masa Perjanjian Lama dan kita adalah umat pilihan Tuhan di masa Perjanjian Baru, namun demikian orientasi kita dengan bangsa Israel sangatlah berbeda. Kita tidak boleh memandang berkat dan kutuk hanya dari sudut pandang jasmani: jika kita benar maka kita akan diberkati dan menjadi kaya, jika kita salah maka kita akan dikutuk dan menjadi miskin. Perjanjian Baru tidaklah sesederhana itu. Kita bisa saja hidup benar namun tidak kaya dan berlimpah harta, seperti jemaat mula-mula yang justru kehilangan segala sesuatu (harta benda, status politik, kewarganegaraan, keluarga, bahkan nyawa mereka sendiri) karena mereka memilih mengikut Tuhan dengan segenap hati. Orientasi kita sebagai umat pilihan Allah di Perjanjian Baru bukanlah tanah perjanjian secara fisik, tetapi suatu tanah air surgawi (Ibr 11:16). Dan untuk mencapainya, kita membutuhkan perjuangan.

Jika bangsa Israel hanya dituntut untuk memberi persembahan dan beribadah kepada Tuhan sebagai kewajiban mereka, maka kita sebagai umat Perjanjian Baru dituntut untuk lebih dari itu. Kita tidak boleh merasa puas dan bangga, dan merasa sudah melakukan kewajiban kita dengan memberi persembahan apalagi persembahan persepuluhan. Itu barulah sebagian dari tanggung jawab kita sebagai umat percaya di Perjanjian Baru. Namun demikian, kita harus berjuang untuk bisa menemukan kehendak Allah dalam hidup kita, sehingga kita bisa melakukannya dengan setia sampai akhir. Standar penghakiman kita pada hari penghakiman kita nanti bukanlah hukum Taurat (termasuk apakah kita sudah memberikan persembahan persepuluhan atau tidak), tetapi seberapa kita melakukan kehendak Allah (Mat 7:21-23).



Bacaan Alkitab: Ulangan 26:12-15
26:12 "Apabila dalam tahun yang ketiga, tahun persembahan persepuluhan, engkau sudah selesai mengambil segala persembahan persepuluhan dari hasil tanahmu, maka haruslah engkau memberikannya kepada orang Lewi, orang asing, anak yatim dan kepada janda, supaya mereka dapat makan di dalam tempatmu dan menjadi kenyang.
26:13 Dan haruslah engkau berkata di hadapan TUHAN, Allahmu: Telah kupindahkan persembahan kudus itu dari rumahku, juga telah kuberikan kepada orang Lewi, dan kepada orang asing, anak yatim dan kepada janda, tepat seperti perintah yang telah Kauberikan kepadaku. Tidak kulangkahi atau kulupakan sesuatu dari perintah-Mu itu.
26:14 Pada waktu aku berkabung sesuatu tidak kumakan dari persembahan kudus itu, pada waktu aku najis sesuatu tidak kujauhkan dari padanya, juga sesuatu tidak kupersembahkan dari padanya kepada orang mati, tetapi aku mendengarkan suara TUHAN, Allahku, aku berbuat sesuai dengan segala yang Kauperintahkan kepadaku.
26:15 Jenguklah dari tempat kediaman-Mu yang kudus, dari dalam sorga, dan berkatilah umat-Mu Israel, dan tanah yang telah Kauberikan kepada kami, seperti yang telah Kaujanjikan dengan sumpah kepada nenek moyang kami -- suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.